Tak Cukup Berilmu, Tapi Bijak Berilmu...
Beberapa saat yang lalu, saya menerima undangan seorang kawan di rumahnya yang luas nan asri...
Ada Ustadz ternama di rumahnya, yang pantas jika saja saya bertemu dengannya...
Tentu suatu kehormatan bagi saya bertemu dengan Ustadz itu, dan ternyata ada beberapa kawan lainnya yang juga diundangnya...
Alhamdulillah banyak hal yang kita bicarakan... Bertanya dari kami, dan menjawab dari sang Ustadz...
Suasana jadi gayeng, sedikit pun tidak tampak bahwa sang Ustadz yang terkesan "keras" itu menampakkan kesangarannya...
Banyak ilmu yang kita dapat di perbincangan siang itu, tidak satu pun pertanyaan dari kita yang tak dijawabnya...
Kesan saya pribadi, Ustadz yang satu ini luas ilmunya... Bagaimana tidak...
Nanya kita, dari mulai hal remeh temeh sampai hal-hal yang berat dijawabnya dengan memuaskan...
Ada derai tawa juga di tengah-tengah obrolan kita itu, dari kita yang memancing tawa atau sang ustadz yang juga 'ikut-ikut' menebar tawa...
Saya ikut bertanya, tapi lebih tepat mencoba "mengoreksi" gaya yang dipilih sang Ustadz dalam berda'wah...
Kenapa mesti dalam da'wah, yang ditebar selalu menyelipkan hal-hal yang tidak produktif...
Semisal, jika mainstream yang sudah berkembang di masyarakat, dan semacam sudah mendapat "pengakuan", mengapa mesti "dikoreksi" dengan pendekatan yang kontroversial...
Atau, kenapa dari semua pertanyaan yang terkadang cuma "iseng" dan akan menimbulkan reaksi dari masyarakat luas, mesti dijawab...
Sang Ustadz itu, memberikan jawaban yang, menurut saya, baik meski kurang bijak. Begini jawabnya...
Itu bukan jawaban dari saya, tapi dari ilmu yang saya dapatkan... Itu bukan dari saya, tapi itu termuat dalam kumpulan Hadits Shahih...
Lalu saya terus dan kembangkan, Apakah jika itu tidak dijawab dengan alasan yang sebenarnya bisa dibuat akan mengurangi ilmu yang kita punya...
Menurut saya yang faqir ilmu, bahwa tidak semua layak dijawab, jika jawaban kita akan menimbulkan persoalan baru, persoalan lebih besar yang akan meruntuhkan bangunan ukhuwah di kalangan ummat...
Gaya da'wah adalah pilihan, namun bijak dalam menyampaikan ilmu mestinya jadi tuntutan semua da'i...
Saat saya sampaikan pertanyaan yang lebih sebagai "usulan" itu, sang Ustadz mendengar dengan tanpa melanjutkan jawaban pembelaan...
Siang itu, banyak ilmu yang saya dapatkan, tentu bermanfaat... dan senang sekali jika suatu saat dapat bertemu lagi dengannya...
Mungkin nasihat Imam al-Ghazali, dalam Ihya'-nya patut disampaikan...
Duduklah di majelis-majelis ilmu, unduhlah ilmu dari Guru yang mengajarkan hakikat ilmu (yang sebenarnya)...
Wallahu A'lam...*
Ady Amar, pemerhati sosial dan keagamaan, tinggal di Surabaya
Advertisement