Surga Alam Bawah Sadar
Surga (jannah) atau nirwana tiba-tiba menjadi sebuah kata untuk melukiskan sesuatu yang kita anggap indah, menakjubkan dan hal-hal lain yang mempesona mata batin kita. Surga menjadi dambaan, lawan dari neraka, sebuah tempat menyeramkan dengan maha siksa dan derita yang mencengangkan.
Bagaimana surga dan neraka itu bentuknya, dan siapa saja penghuninya, tidaklah dalam konteks untuk diperdebatkan. Semua telah dilukiskan dalam al-Qur'an, sebuah kitab yang keberadaannya kita imani. Maka surga dan neraka pun kita imani, karena ia dilukiskan keberadaannya dalam kitab suci-Nya itu.
Pada dasarnya seseorang memiliki jalan ke surga atau ke neraka, dan itu ada pada telapak kakinya, karena ia merupakan 'simbol' dari langkah kepasrahan menuju ALLAH Azza wa Jalla, atau sebaliknya perlawanan kita kepada-Nya SWT.
Perangai baik dan buruklah, yang akan menghantarkan kita menjadi penghuni surga atau neraka. Perangai baik dan buruk pun telah diatur batasan-batasannya, juga kriteria-kriterianya dalam kitab suci-Nya. Dan pilihan memang ada pada kita.
Adalah almarhum Syekh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al-Azhar, Mesir, saat berkunjung ke Indonesia di sekitar pertengahan tahun 70-an, menyaksikan pemandangan indah dari ketinggian Puncak, Bogor, berkata, "Seandainya surga seperti ini, sudah cukup."
Pemandangan di Puncak memang mengagumkan. Jika kita berada di atas dan menyaksikan pemandangan membentang ke bawah, yang tampak adalah pohon-pohon teh yg berjajar rapi, laksana karpet hijau tebal, yang dibelah oleh jalan yang berkelok-kelok dengan kendaraan yang melintasinya bererotan, menjadikan panorama keindahannya mempesona mata batin kita.
Mengapa tiba-tiba Syekh Syaltut menautkan pemandangan indah yang dilihatnya itu dengan surga? Itulah "suara alam bawah sadar". Dan tampaknya setiap orang memiliki suara alam bawah sadar dalam memaknai dan mendambakan surga, sebagai tempat abadi, dimana kenikmatan yang ada di dalamnya akan kekal selamanya. Surga menjadi tujuan dan pengharapan, karena tidak ada tujuan dan pengharapan utama melebihinya.
Surga memang misteri, dan imajinasi kita amat terbatas mengungkap misteri yang dikandungnya. Surga identik dengan suatu tempat, ketentraman dan keniscayaan. Itulah surga alam bawah sadar kita. Dan kemisteriannya (surga) itu bagian dari rahasia ALLAH SWT, Si Penyimpan rahasia yang menjadikannya misteri, namun tetap terpateri janji-Nya: memberi kebahagiaan jika manusia mematuhi hukum-hukum-Nya dan menghindar dari segala larangan-Nya.
Misteri surga itu yang menjadikan manusia menangkap tafsirannya dengan bermacam tafsiran, multi tafsir, multi dimensi, dan multi interpretasi. Sebagaimana Nabi SAW menggambarkannya, "Di dalam surga terdapat sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata siapa pun, belum pernah didengar telinga siapa pun, dan belum pernah terlintas digambarkan kalbu seorang pun."
Itulah misteri surga, dimana imajinasi kita tidak akan mampu menguaknya, tapi perbuatan Ihsanlah yang akan menghantarkan kita "mengungkap" misterinya... kelak pada masanya...
Wallahu A'lam...*
Ady Amar, pemerhati sosial dan keagamaan, tinggal di Surabaya
Advertisement