Politik Dua Kaki ala Driver Taksi Online
"Hallo pak.. ini kan saya harus nganter orang ke TP (Tunjungan Plaza), bapak saya jemput dulu terus nganter masnya ke TP ndak papa ya, pak?"
Terus terang saja, saya adalah pelanggan setia taksi online X. Bukan karena tidak suka taksi online yang lain, tapi berdasarkan pengalaman pribadi taksi online X yang paling murah dibanding yang lain.
Sekali lagi, itu menurut pengalaman saya yang punya uang saku pas-pasan untuk hidup di Kota Surabaya. Mungkin akan berbeda menurut orang lain, termasuk menurut driver taksi online satu ini. Seorang Ibu2 yang sempat membuat deg-degan ketika mengantarkan saya ke Tunjungan Plaza (TP) Surabaya beberapa waktu yang lalu.
Rasa deg-degan sudah terasa saat ada notifikasi dari aplikasi X bahwa saya telah mendapat driver.
Bagaimana tidak? Lebih dari satu tahun menggunakan taksi X saya tidak pernah dapat driver perempuan.
Lebih deg-degan lagi, foto driver -sebut saja Ibu Bunga- yang dipajang dalam aplikasi ini, cukup menegangkan bahkan tergolong horor. Mirip ratu film horor Indonesia.
Dalam benak sudah timbul pikiran macem-macem. Kalau dalam perjalanan nanti saya "dihororin" kan nggak lucu.
Sempat juga terpikir ingin cancel. Tapi, saya lebih memilih mengikuti rasa penasaran yang besar, dari pada harus sabar untuk menunggu driver selanjutnya.
Tak lama, Ibu Bunga datang menjemput. Biasanya ketika naik taksi online, saya milih duduk di depan sebelah driver. Saya suka ngobrol dengan driver karena mereka bisa menjadi jembatan informasi antara penumpang satu dengan penumpang lainnya. Driver taksi adalah sumber informasi macam-macam hal.
Kali ini saya sungkan dan milih duduk di belakang.
Ketika masuk mobil rasa deg-degan saya jadi berkurang. Ternyata bayangan saya salah. Ibu ini tidak menegangkan dan tidak "sehoror" yang saya duga sebelumnya.
Dengan logat medok khas Suroboyo, Ibu Bunga justru menyapa saya dengan senyuman ramahnya. Perjalanan sampai di Jalan Dr Soetomo, Ibu Bunga tiba-tiba menerima panggilan telpon, lalu bertanya pada saya, "Mas, Artotel itu dimana ya?"
"Owh kalau Artotel disana bu, sudah kelewat. Kalau kita tadi lurus ada Artotel di kiri jalan", jawab saya sambil menduga bahwa Ibu Bunga dapat order penumpang lagi dari aplikasi taksi online lainnya.
Dan benar. Ternyata aplikasi Y Ibu Bunga "nyantol" penumpang tujuan Bandara Juanda. Dia minta ijin kepada saya untuk putar balik menjemput penumpang Y terlebih dahulu, lalu mengantarkan saya ke TP, selanjutnya mengantar penumpang Y ke Bandara Juanda.
Saya iyakan permintaan Ibu Bunga karena sedang tidak terburu-buru. Tapi saya minta dulu Ibu Bunga untuk telepon penumpang Y terlebih dulu. Siapa tahu dia yang tidak mau bareng satu mobil dengan saya.
Spontan, Ibu Bunga telepon penumpang itu. "Hallo," terdengar suara bapak-bapak dari handphone Ibu Bunga. "Hallo pak.. ini kan saya harus nganter orang ke TP (Tunjungan Plaza), bapak saya jemput dulu terus nganter masnya ke TP ndak papa ya, pak?," tanya Ibu Bunga.
Singkat cerita, ternyata bapak penumpang Y tersebut bersama rombongan 3 orang. Jadi tidak cukup untuk bareng di satu mobil dalam perjalanan yang sama. Andai bapak itu sendiri atau berdua, saya sebagai penumpang X bisa merasakan pengalaman menarik, yaitu semobil dalam perjalanan yang sama dengan penumpang Y. Pasti seru tuh!
Memang banyak driver taksi online yang pernah saya temui beroperasi menggunakan dua aplikasi. Tujuannya agar tidak terlalu lama menunggu order penumpang. Satu sepi maka bisa buka satunya lagi. Tampaknya ini hal yang wajar bagi para driver taksi online. Tapi belum pernah saya temui praktek menggabungkan penumpang beda aplikasi taksi online di satu mobil dalam perjalanan yang sama. Ya baru Ibu Bunga ini.
Apa peraturan perusahaan taksi online mengijinkan driver menggabungkan penumpang dari aplikasi taksi online yang berbeda?
Saya tidak tahu persis kebijakan taksi online. Tapi seandainya, peraturan perusahaan tidak membolehkan, maka trik Ibu Bunga ini tak ubahnya gaya politisi jaman sekarang. Strateginya sama seperti trend praktek politik masa kini, yakni: Main Dua Kaki, Hahaha.
Akhir kata, Ibu Bunga menginspirasi saya untuk bisa mengerti bahwa: naluri mengejar target trip/poin/bonus di taksi online hampir sama seperti politisi mengejar ambisi politik, kadang harus dengan cara "bermain dua kaki". (farismujaddid)
Advertisement