Pembunuh Akal Sehat...
Di antara kita tidak sedikit menjadi pengagum berat dari seorang tokoh tertentu. Kekaguman kita terhadapnya terkadang berlebih-lebihan, bahkan melampaui akal sehat.
Tokoh itu diagungkan layaknya manusia tanpa salah. Apa yang dikatakannya, meski hanya berdasar nalarnya saja sudah dianggap kebenaran.
Bahkan terkadang para pengagumnya itu menambah-nambahkan 'kesaktian' tokoh itu. Tanpa sadar ia telah menjadi 'juru bicara' yang baik, sekalipun tanpa diminta. Ia 'mengabdikan' dirinya agar sang tokoh lebih dikenal.
Fenomena ini muncul di tengah-tengah komunitas yang ada, oleh banyak sebab. Saya tidak sedang membahas sebab-sebab yang melatarbelakanginya.
Tulisan ini dimaksudkan untuk menggugah kesadaran, bahwa mengagung-agungkan tokoh berlebihan (taklid) itu tidak baik.
Taklid itu pada dasarnya adalah penguasaan seseorang atas diri seseorang. Pikiran jadi terbelenggu. Maka pikiran dikondisikan, seolah kebenaran milik sang tokoh itu.
Penguasaan akal atas seseorang inilah awal dari kejumudan. Dalil-dalil yang ada sudah tidak lagi jadi panutan. Taklid itu membunuh akal sehat...
Ibnul Qoyyim al-Jauziah, adalah murid utama dan kesayangan Ibnu Taimiyah. Apa kata beliau tentang sang Guru itu, dan agar beliau terbebas dari taklid terhadapnya?
"Aku mencintai guruku, Ibnu Taimiyah. Tapi aku lebih mencintai suara kebenaran."
Ibnul Qoyyim mampu menjaga jarak subyektivitas pada sang Guru, yang itu tidak boleh keluar dari pemahaman kebenaran.
Karenanya, Ibnul Qoyyim mampu keluar dari 'bayang-bayang' kebesaran sang Guru, Ibnu Taimiyah. Ia 'berselancar' di samudera ilmu tak bertepi.
Berpuluh karya besar dihasilkannya. Bahasan dari karya-karya yang dihasilkannya itu hampir tidak bersentuhan dengan karya-karya sang Guru. Dan, itu mustahil bisa dimiliki murid yang cuma bertaklid pada sang Guru...
Wallahu a'lam...*
Ady Amar
Advertisement