Merayakan Keragaman
Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca. Siswa bebas memilih bacaan yang mereka sukai. Kebebasan memilih bacaan dan kompleksitas yang terkait dengan pengembangan kemampuan membaca mempunyai konsekuensi berupa ketersediaan dan kualitas sumber daya pustaka
Lingkungan dan suasana membaca yang menyenangkan tidak dibatasi oleh tembok dan ruang kelas maupun perpustakaan. Jika Pemerintah sudah gigih mewajibkan aktivitas membaca, maka setiap sekolah juga wajib membangun suasana belajar yang kondusif. Termasuk di dalamnya, setiap sekolah juga harus punya cukup kebebasan, selain kreativitas, untuk mengembangkan program belajar yang mendorong kegemaran membaca.
Jarang ada dua anak di satu kelas berkembang sama cepat dalam kemampuan maupun kegemaran membaca. Biar bagaimana pun, membaca adalah interaksi sosial dan emosional antara pembaca dan penulis (pengarang). Dalam setiap interaksi ini, setiap anak akan membawa pengalaman, persepsi, dan imajinasinya sendiri baik tentang apa yang ia baca maupun tentang siapa yang menuliskannya.
Di kelas X MIPA 1 SMA Barunawati Surabaya, setiap peserta didik diwajibkan menuntaskan buku bacaan yang telah dipilih untuk kegiatan literasi dalam waktu 1 semester. Bukan waktu yang pendek, akan tetapi melalui pembiasaan itu akan tumbuh budaya membaca di setiap harinya.
Ketika awal semester genap semua peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Barunawati telah siap untuk mengumpulkan tugasnya yaitu menuliskan dan menceritakan kembali isi buku yang telah tuntas dibacanya. Sebuah langkah untuk menjaga keberlanjutan budaya literasi dan membangun ekosistem literasi di sekolah. Ada poin penting yang perlu dirayakan yaitu keberagaman buku untuk bahan bacaan peserta didik merefleksikan kekayaan budaya Indonesia.
Advertisement