Membangun Ekosistem Digital Untuk Indonesia yang lebih baik
Ilustrasi semangat dan contoh-contoh sukses negara di dunia menjadi jendela pandangan baru berkembang pesatnya ekonomi nasional. Awal tahun 2018 menjadi kesempatan terbesar bagi negara Indonesia meraih peluang pertumbuhan ekonomi. Ini bukanlah mimpi semata, tetapi Saya yakin Anda juga pasti setuju. Indonesia, negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Teggara, jelas akan banyak permasalahan maka disitu akan banyak peluang. Target pertumbuhan ekonomi kuartal I 5,2 % sudah tercapai, ini harus terus dipertahankan sehingga bisa naik sampai 5,4 % sepanjang tahun tahun 2018.
Mengarah ke ekonomi digital
Di Israel generasi pendirinya, mulai Perdana Menteri Ben Gurion hingga Benyamin Netanyahu mendoktrin bahwa setiap warga Israel harus ahli menggunakan senjata, menjinakkan bahan eksplosif (BOM), hingga menyelundup ke tempat musuh. Mereka dilatih mandiri dan sering berada di posisi hidup dan mati saat wajib militer (wamil). Bagaimana tidak mereka adalah DNA prajurit untuk siap berperang. Bagaiamana selanjutnya, generasi mudanya kemudian menjadikan bekal tersebut sebagai DNA entrepreneurship. Tepatnya di ibukota Israel Tel Aviv hampir mencapai 900 perusahaan berbasis star up berkembang pesat. Mereka mengembangkan teknologi dan akhirnya berkembang pesat ekosistem bisnis yang baik disana.
Di Indonesia, berbeda jauh dengan negara-negara lainnya. Era digital memang terlihat berkembang. Namun lain situasinya. Hanya beberapa anak-anak muda berbakat yang mampu melihat peluang. Lahirnya bisnis star up berbasis digital diantaranya, tokopedia, bukalapak, traveloka, kitabisa, dll. Itu belum sebanding dengan peluang dan kesempatan yang ada. Harus diciptakan karakter dan basis semangat yang kuat, sehinggah mereka mempunyai row model bagi se generasinnya.
Semangat saudagar atau pengusaha di era lampau sebenarnya bagi generasi kala itu sudah terpupuk. Mereka memiliki jiwa dan semangat sebagai patriot. “Saya berpendapat, seseorang yang tidak pernah jujur atas kesalahannya tidak akan pernah bisa memperbaiki kesalahannya. Kalau kita tidak bisa bangun negeri, jangan pernah ikut merusak negeri yang kita cintai ini. Apalagi bila kesalahan terjadi pada seorang pemimpin bangsa, kesalahan tersebut dapat menyengsarakan rakyatnya sendiri”, (Abdul Latief, Bangkitnya Enterpreneur Nasionalis : 2017). Itulah jiwa nasionalis mereka dan tekat yang kuat sebagai sebagai seorang entrepreneur.
DNA entrepreneurship
“But being a true entrepreneur is not an easy road. Most entrepreneurs have made money -- and lost money. It's normal to have had struggles and successes. The question is whether you have the DNA to see it through, or if you feel compelled to stick with a secure office job as soon as your first venture idea fails. And honestly, there’s nothing wrong with that -- entrepreneurship isn't for everyone”, (Brian D. Evans is the founder of BDE Ventures and Influencive: 2017). Tetapi menjadi pengusaha sejati bukanlah jalan yang mudah. Sebagian besar pengusaha telah menghasilkan uang dan kehilangan uang. Itu hal yang normal untuk memiliki perjuangan dan kesuksesan. Pertanyaannya adalah apakah Anda memiliki DNA untuk melihatnya, atau jika Anda merasa terdorong untuk tetap dengan pekerjaan kantor yang aman segera setelah ide usaha pertama Anda gagal. Dan sejujurnya, tidak ada yang salah dengan itu -- Jiwa Entrepreneur bukan untuk semua orang.
Kita harus yakin dan memiliki semangat kuat jika menyelami sebagai seorang pengusaha. Jangan sekalipun berniat coba-coba atau sekedar aktifitas tambahan. Harus fokus berkeinginan untuk bertumbuh dan berkembang. Entrepreneur adalah syarat subjektif dalam menciptakan kesempatan dan peluang baru itu. Negara pun harus melihat dinamika yang terus berkembang. Demikian semua harus bersama-sama melihat kesempatan ini. Kita harus menjadi tuan di negara sendiri. Mampu mengurai setiap persoalan menjadi peluang bagi semua.
Ekosistem Industri Digital
Coba kita amati, situasi disekitar kita. Antara lain, pemerintahan, lingkungan hidup, kesehatan, pendidikan, transportasi, pariwisata, energi, agrikultur, perdagangan dan jaminan sosial. Hampir semua masih kurang efisien, banyak masalah, dan belum merata dari sisi keberpihakan. Jika saja anak-anak muda itu diarahkan dalam kesempatan dan fasilitas entrepreneur, bisa dipastikan permasalahan akut itu akan cepat terurai. Maka tentunya harus dipikirkan cara menyelesaikannya secara integratif berbasis ekosistim industri digital. Disinilah peran pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan pemerhati industri digital. Mereka diberikan ruang dan kesempatan mengembangkan platform industri digital sesuai kebutuhan masalah-masalah diatas. Kita harus berani untuk mengadopsi teknologi baru. Karena terbukti, dimana ada masalah maka sudah pasti teknologi adalah senjata ampuh penyelesaian nya.
Walau sekedar berandai-andai kita tetap harus menyakini era digital akan menjadi sukma ekosistem industri secara besar-besaran. Inilah era revolusi indutri yang ke-4 (abad 4.0). Semua harus bergegas dan berorientasi digital. Contoh seperti di negara Singapura, yang secara terang-terangan menjadi negara mengadopsi ekositem industri digital. Negara ikut andil dan memfasilitasi setiap persoalan masyarakat. Hasilnya, ada dampak sosial yang lebih berpihak. Teknologi berperan sebagai penyelesaian persoalan sosial. Dan pada akhirnya masyarakat lebih produktif, setiap harinya ada saja hal baru sebagai pengalaman dalam menyelesaiakan persoalan disekitar. Ini adalah peluang dan juga dampak secara bersamaan. Tentu itulah, nilai tambah secara ekonomi. Mereka yang semula hanya sebagai penikmat teknologi kemudian beralih sebagai produsen teknologi.
Nah, di negara tercinta Indonesia. Sedang terjadi alih teknologi dan tranfer knowlaguage seperti keadaan di Israel ”Dilatih mandiri dan sering berada di posisi hidup dan mati saat wamil membuat entrepreneurship seperti ada di setiap DNA warga Indonesia,”. Semoga segera terwujud, dan lahir pengusaha patriotik nasionalis._
Advertisement