Lestarikan Adat, Warga Masyarakat Gelar Labuh Laut Larung Sembonyo Pantai Prigi
TRENGGALEK – Labuh Larung Sembonyo merupakan upacara adat perwujudan rasa syukur nelayan terhadap tangkapan ikan yang melimpah dan permintaan keselamatan bagi nelayan Prigi saat melaut.
Upacara adat larung Sembonyo ini dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani utamanya bagi nelayan yang menggantungkan hidupnya di Teluk Prigi dalam penghormatan pada leluhur yang telah membuka atau babad alas teluk ini, Minggu (29/07/18).
Dalam kegiatan Larung Sembonyo ini dihadiri Staf Ahli Kementrian,Kelautan dan Perikanan, Laksamana Pertama Hadi Santoso, Kapolres Trenggalek AKBP Didit Bambang Wibowo S, S.I.K., M.H., Imam Basuki anggota DPRD Trenggalek, Camat Watulimo, Retno Wahyudianto, Danramil 0806/07 Watulimo Kapten Inf Fardol serta Kapolsek Watulimo AKP Saipul Rohman.
Tradisi dan budaya yang dilestarikan masyarakat Prigi ini lahir dari Mitos atau hikayah yang berkembang dan diyakini oleh masyarakat teluk Prigi. Hikayah ini menceritakan tentang awal dibukanya kawasan atau babad alas teluk Prigi, yang menjadi cikal bakal atau asal usul adanya upacara Larung sembonyo ini.
Masyarakat meyakini bahwasanya tradisi yang biasa dilakukan setiap 1 tahun sekali penanggalan jawa ini merupakan adat budaya yang harus dilestarikan. Upacara adat larung Sembonyo ini dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani utamanya bagi nelayan yang menggantungkan hidupnya di Teluk Prigi dalam penghormatan pada leluhur yang telah membuka atau babad alas teluk ini.
Sunardi adalah salah satu nelayan yang terlibat dalam larung saji ini mengatakan, kegiatan tersebut rutin dilakukan para nelayan setiap tahun sejak zaman nenek moyang mereka. Mereka berharap, bentuk syukur itu bakal berbuah manis dalam musim ikan yang sudah di depan mata. ”Ini memang sudah masuk musim ikan. Karena itu kami menggelar Labuh Laut Sembonyo. Para nelayan berkomitmen kegiatan seperti ini harus tetap dilestarikan,” ujar Sunardi.(Fr)
Advertisement