Kultus dan Nahjul Balaghah...
Kultus berkonotasi kekaguman yang berlebihan, bahkan berlebih-lebihan. Kekaguman pada tokoh, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat...
Sekalipun sang Tokoh, yang dikaguminya, telah wafat beratus tahun yang lalu... Namun kisah sang Tokoh terus dimunculkan, baik lewat dongeng maupun ditulis dalam sebuah buku
Pengultusan pada tokoh yang masih hidup, bisa jadi karena sang Tokoh itu dikenalnya dengan baik, dan menganggapnya punya kelebihan.
Dalam konteks perbincangan kita, baik sang Tokoh masih hidup maupun sudah wafat, lebih pada ilmu agama atau ketokohan pada sejarah yang melatarbelakanginya...
Maka, dibuatlah kisah-kisah menawan, yang sebenarnya kisah-kisah itu tidak berhubungan dengan sang Tokoh. Bahkan kisah-kisah itu sama sekali tidak dibuat atau dihadirkan sang Tokoh...
Sang Tokoh yang dikultuskan itu menjadi legenda yang diciptakan bahkan dimitoskan. Fenomena ini muncul di Barat maupun Timur (baca, Islam).
Sayyidina Ali r.a. memiliki "penggemar" yang fanatik, bahkan ke tingkat mengultuskannya dengan berlebihan.
Adalah Nahjul Balaghah, sebuah kitab yang dinisbatkan pada Ali r.a.
Kitab itu berisi Khutbah-khutbah, Pidato-pidato, Kutipan-kutipan Perkataan, dan Pernyataan-pernyataan Ali r.a.
Menurut kitab Biografi Rijal Alkabir (tidak jelas siapa penulis kitab biografi itu), dimana kutipan Pidato-pidato dan pernyataan Ali r.a. itu ditulis 30 tahun setelah kematiannya.
Pertama kali dilakukan oleh Zaid bin Wahab Jahmi (w. 90 H), seorang perawi Hadits.
Namun, penyebarannya seabad setelah wafatnya Ali r.a, lewat kodifikasi Sayyid Radhi.
Kalangan Syi'ah pun mengaitkan penulisan Nahjul Balaghah, dilakukan oleh Muhammad bin Husain bin Musa ar-Ridha Abul Husain. Dikenal sebagai penyair Baghdad, seorang Rafidhah ekstrem, sebagaimana dimuat dalam Mizan al-I'tidal.
Menurut ulama yang lain di kalangan syi'ah, yang menulis kitab Nahjul Balaghah adalah saudara dari Muhammad bin Husain, yang bernama Ali bin Husain bin Alawi asy-Syarif al-Murtadho. Dikenal sebagai ulama ilmu Kalam Rafidhah Mu'tazilah (w. 436 H/81 thn). Sebagaimana dimuat dalam Kitab Riyadh al-Jannah.
Melihat kehadiran Kitab Nahjul Balaghah, yang kontroversial. Dimana terjadi ketidaksesuaian sumber otentik penulisan, klaim-klaim sepihak yang sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah, antara ulama Sunni dan Syi'ah, sebagaimana telah disebutkan di atas...
Karenanya, terjadilah bias kepentingan mendudukkan sang Tokoh (Ali r.a.) dalam penulisan ilmiah. Itu dilatarbelakangi awal penulisan yang dimunculkan 30 tahun setelah wafatnya Ali r.a, dan baru seabad diedarkan secara luas. Mengapa demikian?
Belum lagi klaim pihak Rafidhah ekstrem tentang Nahjul Balaghah, yang sulit bisa disebut obyektif, meletakkan Ali r.a. sebagaimana adanya.
Kultus Syi'ah Rafidhah pada Ali r.a. dalam awal-awal sejarahnya dan hingga saat ini, sulit bisa dilepaskan dari motif-motif pengultusan pada sosok Ali r.a. Karenanya, karya Kitab Nahjul Balaghah sulit dikatakan sebagai karya yang bisa dipertanggungawabkan kebenarannya secara ilmiah...
Tulisan singkat ini, sama sekali tidak dimaksudkan 'mengadili' Ali r.a. Sama sekali tidak. Sayyidina Ali r.a. adalah pribadi luhur nan agung. Pribadi yang dicatat dalam tinta emas dalam sejarah Islam, yang tidak layak dikoreksi...
Tulisan ini lebih dimaksudkan, 'mengoreksi' kebenaran ilmiah sebuah Kitab Nahjul Balaghah, yang dinisbatkan pada Ali r.a., yang sulit dikatakan karya otentik dari Khalifah keempat itu...
Wallahu A'lam...*
Ady Amar
Advertisement