JATIM KAYA AKAN WISATA RELEGI.
Peran LESBUMI Dalam Upaya Meningkatkan Kunjungan Wisata di Jawa Timur
Islam pertama kali memasuki Jawa Timur pada abad ke-11. Bukti awal masuknya Islam adalah makam Fatimah binti Maimun di Gresik tahun 1082. Penyebaran Islam di Jawa Timur pun tak terlepas dari peran Walisongo. Lima wali yang menyebarkan Islam di wilayah Jawa Timur, yaitu Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Selain memiliki kekayaan destinasi religi, Jawa Timur juga punya pesona alam, sejarah dan kuliner yang beragam.
Islam adalah agama yang elegan, bisa beradaptasi dengan budaya dan tradisi sepanjang budaya itu tidak bertentangan dengan syar’iah,munculnya tradisi yang khas dan dikreasi sedemikain rupa di berbagai pelosok tanah air membuktikan bahwa Islam Indonesia sangat kaya dengan budaya lokal.
Islam bukan agama yang antibudaya. Islam malah berkontribusi terhadap budaya lokal baru yang akulturatif. Yaitu budaya Islam Nusantara yang khas dan unik dan menjadi khazanah kebudayaan dan peradaban Islam dunia. contoh tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia adalah mozaik budaya Islam Nusantara yang sulit dicari persepadanannya di negara manapun di dunia.
“Peringatan Maulid Nabi yang khas dan unik ini hanya ada di Indonesia. Ini menjadi bukti betapa Islam Nusantara adalah bagian dari potret Islam yang ramah terhadap budaya lokal, Islam yang membumi dengan budaya lokal,”
Ungkapan Bung Karno. Yaitu “Kalau mau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau mau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Tapi tetaplah jadi orang Indonesia”. ungkapan tersebut menunjukkan betapa pentingnya bangsa Indonesia menjaga identitas budaya sendiri walaupun berdeda-beda agama. “Islam sangat menghargai perbedaan agama. Tapi Islam juga punya identitas yang harus dijaga. Begitu juga budaya. Indonesia punya budaya sendiri yang wajib dipelihara, apapun agama yang kita anut,”
Pementasan Tari Saman di Turki
Pamekasan (Antara Jatim) - Warga Nahdlatul Ulama (NU) Indonesia yang tinggal di Turki, memperkenalkan budaya Islam ke masyarakat di negara itu pada rangkaian peringatan hari lahir (Harlah) yang digelar oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama (PCI-NU) Turki
Salah satu contoh daerah yang mempunyai ragam budaya islam yang kuat yaitu kebudayaan masyarakat pesisir pantai utara Jawa Timur memiliki karakteristik kebudayaan yang khas di masing-masing wilayah. Minimal ada tiga sub kultur yang dapat ditelusuri di wilayah ini yaitu sub kultur Jawa pesisir, kultur Madura, dan sub kultur Pedalungan sebagai hasil akulturasi etnis Madura yang hidup di wilayah Pulau Jawa.
Etnisitas
Kawasan pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Tuban, Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur merupakan daerah masuknya dan pusat perkembangan agama Islam. Lima dari sembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini. Meskipun kawasan ini dahulu adalah wilayah kerajaan mataram yang berciri Islam kejawen (sinkretisme), namun karena besarnya pengaruh walisongo, kawasan ini tetap dapat mempertahankan ciri kultur jawa santri, untuk membedakan dikotomi SANTRI-ABANGAN (Clifford Geertz). Sehingga wilayah barat-selatan Jawa Timur dapat dikatakan berciri “abangan”, maka di wilayah pantura Jawa Timur berciri “Santri”.
Demikian pula di kawasan eks-Karesidenan Surabaya (Kota Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) dan Malang, pengaruh kebudayaan Mataraman sudah tinggal sedikit, mengingat kawasan ini cukup jauh dari pusat kebudayaan Jawa: Surakarta dan Yogyakarta. Namun karena pengaruh santri juga sangat kuat ditambah dengan pusat perkembangan ekonomi utama Jawa Timur, maka wilayah ini dapat dikatakan sebagai Jawa Perkotaan.
Hal yang cukup unik ditemukan di kawasan Jawa Timur bagian timur selatan Pulau Jawa, yang dikenal dengan istilah daerah Tapal Kuda. Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura mengingat besarnya populasi Suku Madura di kawasan ini termasuk bahasanya, sehingga masyarakat di tapal kuda umumnya memiliki kemampuan berkomunikasi dengan dua Bahasa, yaitu Bahasa Jawa dan bahasan Madura. Masyarakat desa di Jawa Timur, umumnya memiliki ikatan yang berdasarkan kekerabatan dan kesamaan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.
Di Kota Surabaya, Suku Jawa adalah suku bangsa mayoritas. Dibanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, Suku Jawa di Surabaya memiliki ciri khas diantaranya memiliki temperamen yang sedikit lebih keras dan egaliter, hal ini dapat dilihat dari logat Bahasa yang terbuka dan kadang terkesan kasar. Salah satu penyebabnya adalah jauhnya Surabaya dari keraton yang dipandang sebagai pusat budaya Jawa. Meskipun Jawa adalah suku mayoritas (83,68%), tetapi Surabaya juga menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk suku Madura (7,5%), Tionghoa (7,25%), Arab (2,04%), dan sisanya merupakan suku bangsa lain seperti Bali, Batak, Bugis, Manado, Minangkabau, Dayak, Toraja, Ambon, dan Aceh atau warga asing. Dengan demikian Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya akan budaya. Beragam etnis bermigrasi ke Surabaya. Penduduk pendatang hidup bersama serta membaur dengan penduduk asli membentuk pluralisme budaya yang kemudian menjadi ciri khas kota Surabaya. Inilah yang membedakan kota Surabaya dengan kota-kota di Indonesia. Bahkan ciri khas ini sangat kental mewarnai kehidupan pergaulan sehari-hari. Sikap pergaulan yang sangat egaliter, terbuka, berterus terang, kritik dan mengkritik merupakan sikap hidup yang dapat ditemui sehari-hari. Bahkan kesenian tradisonal dan makanan khasnya mencerminkan pluralisme budaya Surabaya dan sekitarnya.
Sebagai pusat pendidikan, Surabaya juga menjadi tempat tinggal mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri. Sebagai pusat komersial regional, banyak warga asing (ekspatriat) yang tinggal di daerah Surabaya, terutama di daerah Surabaya Barat.
Budaya
Budaya daerah, tradisi dan gaya hidup yang berbeda di setiap daerah merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung. Budaya daerah ini antara lain, kesenian, pakaian adat, upacara adat, gaya hidup, dan kepercayaan.
Budaya Surabaya yang terkenal antara lain Undukan Doro, Musik Patroldan Manten Pegon. Salah satu upaya Pemerintah Kota Surabaya untuk melestarikan budaya kota Surabaya adalah dengan pemilihan Cak dan Ning Surabaya, yaitu duta budaya kota Surabaya
Bahasa Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan Boso Suroboyoan. Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya dan sekitarnya, dan memiliki pengaruh di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Dialek ini dikenal egaliter, blak-blakan, dan tidak mengenal ragam tingkatan bahasa seperti Bahasa Jawa standar pada umumnya. Masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatic dan bangga terhadap bahasanya. Tetapi oleh peradaban yang sudah maju dan banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya yang telah mencampuradukkan bahasa Suroboyo, Jawa Ngoko dan Madura, bahasa asli Suroboyo sudah punah. Contoh Njegog:Belok, Ndherok:Berhenti, Gog:Paklek/Om, Maklik:Bulek/tante. Dialek Surabaya atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya.
Kebudayaan Lamongan dan Gresik banyak dicirikan dengan kebudayaan Islam, yang dikenal dengan kebudayaan SANTRI. Hal ini sangat wajar karena perkembangan Gresik dan Lamongan sekitarnya sangat dipengaruhi oleh kegiatan para penyebar agama Islam, yaitu para sunan, sehingga kebudayaan yang berkembang aalah tradisi Islam yang kemudian berkembang menjadi kesenian khas Gresik.
Pedulungan merujuk pada kelompok sub etnik yang mendiami kawasan Jawa Timur bagian timur tengah Pulau Jawa, yang dikenal dengan istilah daerah tapal Kuda. DinamakanTapal Kuda, karena bentuk kawasan tersebut dalam peta mirip dengan bentuk tapal kuda. Kawasan Tapal Kuda meliputi Pasuruan (bagian timur), Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi.
Masyarakat penghuni tapal kuda mayoritas adalah etnis Madura. Meski ada minoritas etnis Jawa, namun pengaruh Madura yang sangat kuat menyebabkan karakter budaya di wilayah ini lebih beraroma Madura daripada etnis lain. Orang-orang tapal kuda juga sangat identik dengan Islam tradisional yang merujuk pada pengkut organisasi Nahdatul Ulama (NU).
Secara tradisional, kawasan Tapal Kuda merupakan kawasan yang diwarnai nuansa keislaman yang kental. Nahdlatul Ulama mempunyai akar yang sangat kuat diwilayah ini, kendatipun mistisme juga ditemukan utamanya di Banyuwangi. Kendatipun berada di pulau Jawa, namun mayoritas penduduk Tapal Kuda adalah masyarakat Madura atau berbahasa Madura. Tapi anehnya mereka banyak yang enggan disebut Madura dan lebih suka disebut sebagai orang pendhalungan atau campuran, dikarenakan nenek moyang mereka yang merupakan pembauran antara etnis Jawa dan Madura, atau orang Jawa yang dimadurakan
Di Pasuruan, ada cerita rakyat yang populer dengan sebutan ”Sakera”, pembangkang kompeni di ladang tebu Pasuruan yang kemana-mana membawa Clurit. Banyak pula beredar cerita-cerita tentang pahlawan rakyat : Pangeran Situbondo yang patungnya bisa ditemui di Alas Malang, Panarukan (sekarang Situbondo) dan Pangeran Tawang Alun di Jember.
Islam pertama kali memasuki Jawa Timur pada abad ke-11. Bukti awal masuknya Islam adalah makam Fatimah binti Maimun di Gresik tahun 1082. Penyebaran Islam di Jawa Timur pun tak terlepas dari peran Walisongo. Lima wali yang menyebarkan Islam di wilayah Jawa Timur, yaitu Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Selain memiliki kekayaan destinasi religi, Jawa Timur juga punya pesona alam, sejarah dan kuliner yang beragam.
Budaya
Budaya Jawa Timur antara lain tercermin dari beberapa upacara adat, diantaranya tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), hingga Unan-unan (upacara adat pembersihan desa oleh Suku Tengger yang dilaksanakan sekali dalam sewindu atau 5 tahun menurut penanggalan Tengger). Kesenian lainnya yang terkenal adalah ludruk dan reog. Ludruk adalah drama tradisional yang mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari diselingi dengan lawakan dan diiringi musik gamelan. Reog adalah tarian berkelompok khas Ponorogo yang menampilkan topeng berbentuk kepala singa.
Wisata Alam
1. Kota Batu Malang
Kota yang berada 15 kilometer sebelah barat Kota Malang ini memiliki koleksi bunga anggrek dan flora yang banyak diminati wisatawan. Dikelilingi Gunung Panderman, Gunung Banyak, Gunung Welirang, dan Gunung Bokong, dengan suhu udara rata-rata 15-19 derajat celcius menjadikan kota ini cenderung dingin dan sejuk.
2. Taman Nasional Alas Purwo
Alas Purwo adalah hutan tropis alami seluas 43.420 hektar yang berada di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Di sini Anda dapat melihat banteng jawa, burung merak, rusa, dan harimau jawa.
3. Pantai Plengkung
Pantai yang berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo ini adalah surga bagi peselancar profesional. Keunikan ombak di pantai yang lebih populer dengan G-Land ini adalah baru pecah setelah 1-2 kilometer dari arah timur ke barat, dengan ketinggian mencapai 4-6 meter dalam interval 5 menit.
4. Gunung Bromo
Gunung Bromo
Gunung yang dipercayai suku Tengger sebagai gunung suci ini berada dalam empat wilayah, yakni Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas 10 kilometer persegi. Setahun sekali masyarakat Temgger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo.
5. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Selain Gunung Bromo, Gunung Semeru menjadi daya tarik bagi pendaki di Taman Nasional seluas 50.276,3 hektar ini. Taman ini memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana, dan sub-alphin dengan pohon-pohon besar berusia ratusan tahun, antara lain cemara gunung, jamuju, edelweis, anggrek dan rumput langka.
6. Pantai Pasir Putih Trenggalek
Pantai ini terletak di garis pantai selatan Laut Jawa. Sama halnya dengan pantai selatan lainnya, pantai ini juga memiliki palung laut yang sangat dalam.
7. Kawah Ijen
Kawah Ijen berupa danau berwarna hijau tosca. Air kawah bervolume 200 juta meter kubik dengan panas mencapai 200 derajat celcius memancarkan kemilau hijau keemasan saat sinar mentari menerpa dari balik Gunung Merapi. Kawah ini ada di puncak Gunung Ijen di Kawasan Wiasta Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen, tepatnya di Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso.
Masjid Sunan Ampel. Foto: goindonesia.
Wisata Religi
1. Masjid Al Akbar
Masjid yang biasa disebut Masjid Agung Surabaya ini adalah masjid terbesar kedua di Indonesia yang berada di Surabaya. Lokasinya ada di samping Jalan Tol Surabaya-Porong. Ciri utamanya adalah kubahnya yang besar didampingi 4 kubah kecil berwarna biru.
2. Masjid Sunan Ampel
Masjid ini dibangun oleh Sunan Ampel di atas sebidang tanah seluas 120×180 meter persegi di Kelurahan Ampel. Kecamatan Semampir, Surabaya, atau sekitar 2 kilometer arah timur Jembatan Merah. Tepat di belakang masjid adalah kompleks makam Sunan Ampel.
3. Makam Para Wali
Di kawasan pesisir utara terdapat sejumlah makam para wali yang menjadi wisata religi para peziarah umat Islam. Selain Sunan Ampel, ada pula makam Sunan Giri di Dusun Giri Gajah yang berjarak 4 kilometer dari pusat kota Gresik. Makam Sunan Gresik di tepi Jalan Malik Ibrahim di Desa Gapuro Sukolilo, Gresik, makam Sunan Drajat di Paciran, Lamongan, yang dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban, dan makam Sunan Bonang, yang makam aslinya ada di Desa Bonang, Kabupaten rembang, Jawa Tengah. Tapi, yang sering diziarahi adalah makamnya di Tuban, Jawa Timur.
Wisata Heritage
1. Situs Trowulan
Kawasan di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto ini dulunya merupakan pusat kerajaan Majapahit. Di sini terdapat peninggalan berupa candi, makam dan petirtaan.
2. Keraton Sumenep
Saat ini bangunan keraton yang masih tersisa dan utuh adalah yang dibangun oleh Gusti Raden Ayu Tirtonegoro R Rasmana dan Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro. Kerajaan kecil ini setingkat kadipaten di kala sebelum dikuasai VOC.
3. Museum Negeri Mpu Tantular
Museum yang berlokasi di Jalan Raya Buduran, Sidoarjo (sebelah barat Jembatan Layang Buduran) ini awalnya bernama Stedelijk Historisch Museum Soerabaia.
4. Candi Singhasari
Candi Hindu-Budha yang berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang ini kaya akan ornamen ukiran, arca dan relief. Bangunan candi utama dibuat dari batu andesit dan menghadap ke barat.
5. Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh November
Tugu ini dibangun untuk memperingati Peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Di bawah tanah lahan tugu yang terletak di Jalan Pahlawan, Surabaya, ini terdapat museum untuk mengenang jasa para pahlawan yang berjuang di Surabaya.
Wisata peninggalan zaman kerajaan dan Belanda yang harus dipertahankan dan dikembangkan menjadi lebih menarik walaupun banyak wahana-wahana wisata baru yang dibangun setiap tahunnya. Dan kesadaran wisata ini tidak hanya dari pemerintahan akan tetapi telah menjadi budaya masyarakat yang ada di wilayah Batu dan Malang.
Batu dan Malang telah memikat hati para raja, empu dan pertapa sebagai tempat mengasah batin dan olah spiritual karena kesejukan dan ketenangannya.
Sebagai tempat yang mempunyai keindahan dan ketenangan khas pegunungan, di wilayah Malang Raya ini telah menjadi tempat persinggahan dan mengolah batin. Sejak zaman kerajaan dan zaman Belanda, kota di wilayah pegunungan ini telah memikat hati para raja, empu dan pertapa untuk mengasah diri di kesejukan dan ketenangan alam. Jejak-jejak mereka dapat dijumpai dalam bentuk candi dan makam.
Di Kota Batu terkenal juga dengan wisata sejarahnya, antara lain Candi Songgoriti, Patung Ganesha yang merupakan situs peninggalan sejarah jaman kerajaan Singosari.
Peninggalan-peninggalan jaman Belanda seperti rumah-rumah peristirahatan, Hotel Kartika Wijaya, Makam tuan Denger. Di Selecta-pun ada peninggalan sejarah dari Presiden RI pertama Ir. Soekarno. Beliau memberi bukti suatu pernyataan yang tak ternilai harganya berupa kenang-kenangan kata-kata dari beliau yang berisi tentang keindahan yang ada di Kota Batu. Tidak ketinggalan juga peninggalan sejarah berupa goa-goa jaman Jepang.
Masyarakat Kota Batu sangat menghormati leluhur mereka dulu, sehingga makam mereka sangat terjaga dengan bersih. Makam mbah Wastu yang terletak di Bumiaji merupakan cikal bakal nama Kota Batu. Ada juga Pesarean Mbah Pathok yang konon merupakan orang yang membuka jalan di daerah Songgoriti.
Dalam sejarah Nusantara Jawa Timur pernah enjadi pusta kerajaan-kerajaan besar di Indonesia dan menjadi daerah jajahan. Masa kerajaan yang cukup lama itu menjadikan JAwa Timur khususnya di daerah Malang Raya kaya kana peninggalan-peninggalan bersejarah.
Peninggalan masa kerajaan sangat dipengaruhi oleh agama dan budaya. Sementara itu, peninggalan maasa penjajahan dipengaruhi oleh bidang politik.
Berikut peninggalan bersejarah yang ada di wilayah area Malang Raya.
1.CANDI SUPO
Candi Supo Sebelah Villa Nova Songgoriti Batu Malang (Ayo Dipelihara dan Dirawat Saksi Bisu Ini)
Candi Supo berada di daerah sumber air panas Songgoriti para wisatawan dapat menikmati wisata sejarah. Sebagai bukti bahwa Kota Wisata Batu sejak zaman kerajaan sudah dijadikan tempat untuk rekreasi, mengolah spiritual oleh para raja dan empu. Di daerah ini terdapat Candi Songgoriti yang terkenal dengan nama Candi Supo. Anda bisa menemui candi peninggalan Kerajaan Majapahit yaitu Candi Supo yang menurut kepercayaan masyarakat sekitarnya bisa digunakan untuk mencuci pusaka.
2. Makam Mbah Wastu
Masyarakat Kota Batu sangat menghormati leluhur mereka dulu, sehingga makam mereka sangat terjaga dengan bersih. Makam mbah Wastu yang terletak di Bumiaji merupakan cikal bakal nama Kota Batu.
3. Patung Ganesha
Patung Ganesha yang merupakan situs peninggalan sejarah di jaman kerajaan Singosari
4. Makam Mbah Pathok
Menurut cerita, makam Mbah Pathok lebih tua dari makam Mbah Wastu, Eyang Jugo, dan Eyang Sujono di Kawi. Mbah Pathok berasal dari Kerajaan Majapahit.
Saat ini sudah terbentuk Paguyuban untuk melestarikan makam Mbah Pathok. Acara-acara yang sering dilakukan adalah Selamatan Desa (kirab) dan Bari’an pada tanggal 1 Suro setiap tahun.
Makam terdiri dari 3 ruang makam yaitu ruang rapat, musholla dan makam itu sendiri. Makam ini didirikan oleh pa Hadi / Kong Li Ong, tahun 1962. Menurut kepercayaan orang Songgoriti, kawasan songgoriti selalu aman dari berbagai bencana karena Gunung raya yang dipercaya sebagai gunung yang memagari kawasan Songgoriti. Pada bagian utara terdapat Gunung Lawang dimana terdapat pintu batu yang apabila terbuka maka akan terjadi bencana. Gunung Banyak, ada bidadari yang, melihat Songgoriti dalam bentuk angsa. Gunung Bale, berupa Balai pertemuan orang-orang penting zaman dahulu. Gunung Putuk dali sebagai kendalinya Songgoriti, dan Candi Supo sebagai penyangga gunung.
Ada juga Pesarean Mbah Pathok yang konon merupakan orang yang membuka jalan di daerah Songgoriti.
FASILITAS
• Fasilitas penunjang : villa dan fasilitas rekreasi.
• Dilewati angkutan kota AB warna hijau.
• Parkir sepeda motor, mobil menggunakan tempat parkir yang ada di Tirta Nirwana Songgoriti
5. CANDI SINGOSARI
Candi peninggalan kerajaan Songosari (abad XIII) dibangun pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, raja terakhir. Didirikan bertepatan dengan diselenggarakannya upacara Sradha pada tahun 1300 Masehi. Lokasi di Desa Saptirenggo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang (kurang lebih 9 km ke arah Utara dari Kota Malang)
Candi Singosari
Candi peninggalan kerajaan Sigosari (abad XIII) dibangun pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, raja terakhir. Didirikan bertepatan dengan diselenggarakannya upacara Sradha pada tahun 1300 Masehi. Lokasinya di Desa Saptorenggo, Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, yang jaraknya kurang lebih 9 km ke arah Utara dari Kota Malang atau km dari Kota Wisata Batu.
Kabupaten Malang memiliki banyak sekali peninggalan-peninggalan dari kerajaan-kerajaan di masa lalu.
Salah satunya yaitu “Candi Singosari” atau disebut juga dengan “Candi Singhasari”.
Candi ini terletak di Kecamatan Singosari yang lebih kurang 11 km sebelah utara dari pusat kota Malang.
Candi Singosari juga merupakan makam Raja Kertanegara (1268 – 1292) sebagai Bhirawa atau dewa Syiwa dalam bentuk ganas.
Candi Singhasari atau Candi Singasari atau Candi Singosari adalah candi Hindu -Buddha peninggalan bersejarah Kerajaan Singhasari . Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama pupuh 37:7 dan 38:3 serta Prasasti Gajah Mada bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat “pendharmaan” bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang mangkat pada tahun 1292
Candi ini didirikan bersamaan dengan waktu diadakannya upacara Sraddha (upacara untuk memperingati 12 tahun sesudah raja wafat) atau tahun 1304 M, masa pemerintahan Raden Wijaya, Raja Majapahit I. Bila dari Kota Kabupaten Malang dapat ditempuh sejauh kurang lebih 10km ke arah Utara, sementara dari arah Surabaya kurang lebih berjarak 88km ke arah Selatan. Untuk dapat menuju Candi Singosari, dapat ditempuh dengan kendaraan mobil atau taksi baik dari Kota Kabupaten Malang atau Kota Surabaya.
6. Pemandian Watu Gede
Pemandian Watu Gede merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan Singosari.
Pada jaman kerajaan itu, tempata ini sering dipakai sebagai tempat pemandian oleh raja-raja Singosari. Yang cukup menarik dari pemandian ini yaitu sumber airnya yang tersebar disisi pemandian dengan debit air yang cukup tinggi.Letaknya kurang lebih 10 km dari pusat kota Malang, 100 m dari stasiun kereta api Singosari.
7. ARCA DWARAPALA
Peninggalan lain adalah dua buah arca besar yang memiliki ketinggian sekitar 3,7 m.
Arca ini terletak di sebelah barat candi Singosari, sekitar 100 Meter. Kedua arca ini disebut sebagai penjaga atau lebih dikenal dengan Arca Dwarapala dari sebuah taman yang indahdan luas pada jaman kerajaan Singhasari
Arca Dwarpala adalah patung penjaga gerbang atau pintu dalam ajaran Siwa dan Budha, berbentuk manusia atau hewan. Ada dua Arca yang terletak di sebelah Barat situs Candi Singosari. Situs itu berbentuk dua Arca Dwarapala yang dibuat dari batu Monolitik dengan ketinggian 3,70m.Sedangkan di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang juga terdapat 2 Arca Dwarapala yang tingginya sekitar 3,5m dan terletak di pinggir jalan, saling berhadapan. Nama Dwarpala sendiri di ambil dari bahasa Sansekerta yang bermakna penjaga pintu atau pengawal pintu gerbang
1. CANDI BADUT
Candi Badut ini terletak kurang lebih 5 km, arah barat Kota Malang, masuk Desa Badut Kecamatan Dau Kabu. Malang. DariKota malang mudah dijangkay dan merupakan peninggalan Raja Gajayana.
Di sini juga ada sebuah tempat ibadah untuk umat Hindu, pura.
Candi Badut
Candi Badut Candi Badut terbagi menjadi 3 bagian yaitu kaki candi, badan candi, dan kepala candi. Sebuah bangunan candi induk dengan arca Durga yang terletak di sebelah utara dan lingga yoni di dalam badan candi, pondasi candi perwara 1 buah arca nondi dan lingga yoni serta reruntuhan batu candi yang tersusun di halaman. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Kanjuruhan dan merupakan candi tertua di Jawa Timur.
9. CANDI KIDAL
Yang khas dari candi ini ialah terahatnya cerita Garuda dari kisah Mahabrata, candi ini memiliki ketinggian 17 m, letaknya 24 km. sebelah timur Malang, tepatnya di Desa Rejo Kidal, Kecamatan Tumpang.
Atau dari arah Kota Wisata Batu kurang lebh 42 km. CAndi ini berada di Kecamatan Tumpang Kab. Malang yang merupakan makam Anusapati, perlu diketahui di mana candi di Kabupaten Malang sebagian besar adalah peninggalan sejarah kerajaan Songhasari, kecualo beberapa situs purbakala di sekitar wilayah Dau, Wagir dan Turen merupakan peninggalan kerajaan Kanjuruhan.
Selain candi Singosari, di kabupaten Malang juga terdapat Candi Kidal yang terletak sekitar 7 Km dari Kecamatan Tumpang tepatnya di Desa Kidal.
Candi Kidal ini menghadap Barat, mempunyai tinggi 12,5 meter dan merupakan tempat abu jenazah raja kedua dari Kerajaan Singhasari (1227 – 1248)yaitu Anusapati yang dipuja sebagai Syiwa. Diperkirakan pembangunan candi ini sekitar tahun 1260.Pada dinding candi di sebelah belakang terdapat pahatan-pahatan yang indah dan menggambarkan Garuda sedang membawa Amarta, air kehidupan untuk menebus ibunya yang diperbudak oleh saudaranya.
Candi Kidal Salah satu candi peninggalan Kerajaan Singhasari yang merupakan pendharmaan raja keduanya, Anusapati. Candi ini memiliki ketinggian ±12 meter dengan tiga bagian candi. Sesuai dengan namanya Kidal (bahasa jawa : kiri) candi ini bersifat prasawya yaitu pembacaan relief dari kanan ke kiri atau berlawanan dengan jarum jam. Relief pada candi ini bercerita tentang kisah Garudeya menyelamatkan ibunya dari sang Kardu.
Candi Singosari dan Arca Dwarapala Candi Singosari berlokasi di daerah Kabupaten Malang, Jawa Timur, tepatnya di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari. Jarak tempuh 300 m dari Kecamatan Singosari. Perkembangan cerita Candi Singosari dapat dihubungkan dengan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari.
10 CANDI JAGO
Terletak di Kecamatan Tumpang merupakan makam Ranggawuni. Candi ini disebut juga “Jajaghu” merupakan karya seniman keraaan Singosari, tempat penyimpanan abu jenazah Raja Wisnuwardhana dari Kerajaan Singosari yang mangkat pada tahun 1268. Kurang lebih 20 km arah timur Kota Malang.
Candi ini disebut juga “Jajaghu” merupakan karya seniman kerajaan Singosari, tempat penyimpanan abu jenasah Raja Wisnuwardhana dar Kerajaan Singosari yang mangkat pada tahun 1268. Kurang lebih arah Timur Kota malang atau kurang lebih 38 km dari Kota Wisata Batu.
Candi Jago Candi Jago berasal dari kata “Jajaghu”, didirikan pada masa Kerajaan Singhasari pada abad ke-13, terletak di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang Jawa Timur. Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Candi ini mula-mula didirikan atas perintah raja Kertanagara untuk menghormati ayahandanya, raja Wisnuwardhana, yang mangkat pada tahun 1268. Dan kemudian Adityawarman mendirikan candi tambahan dan menempatkan Arca Manjusri yang sekarang tersimpan di Museum Nasional.
Arsitektur Candi Jago mendesain bagian Candi dengan lata letak atau susunan seperti teras punden berunduk, keseluruhan candi ini memiliki panjang 23, 71m dengan lebar 14m dan tinggi 9,97m.
11. WISATA RELIGIUS GUNUNG KAWI
Gunung Kawi di Sumberpucung. Di Pesarean Gunung Kawi ini setiap tanggal 12 bulan Suro (Muharam) selalu diadakan Khol atau Tahlil Akbar untuk memperingti tokoh Karismatik yaitu Raden Mas Imam Sujono. Di tempat tersebut juga terdapat makam Kanjeng Kyai Zakaria H atau Mbah Djoego, kedua tokoh tersebut adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro pada waktu berperang melawan penjajah Belanda. Ramai dikunjungi setiap malam Jum’at Lgi. Butuh waktu 1 jam / 40 km arah Selatan Malang atau 1.5 jam arah Kota Wisata Batu.
Terletak di wilayah Kecamatan Wonosari Terkenal sebagai tempat wisata spiritual.Di Pesarean Gunung Kawi ini setia tanggal 12 bulan Suro (Muharam) selalu diadakan Khol atau Tahlil Akbar untuk memperingati tokoh Karismatik yaitu Raden Mas Imam Sujono. Di tempat tersebut juga terdapat makam Kanjeng Kiai Zakaria H atau mbah Djoego, kedua tokoh tersebut adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro pada waktu berperang melawan penjajah Belanda. Rami dikunjungi setiap malam Jum’at Legi. Butuh waktu 1 jam / 40 km, arah Selatan Malang.
Kraton, Wonosari Kraton Gunung Kawi berada di Dusun Gendogo, Desa Balesari Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang. Lokasinya terletak persis di kaki Gunung Kawi dan jauh dari keramaian. Kraton Gunung Kawi dibangun oleh Mpu Sindok yang merupakan seorang ratu dari India, yang bernama asli Kusuma Wardhani.
Adapaun tempat yang dikeramatkan disekitar Kraton adalah Rumah padepokan Eyang Sujo, Guci Kuno dan Pohon Dewandaru. Fasilitas yang bisa didapatkan disekitar area adalah listrik, kamar mandi, area parkir, areal outbond, jalur extreme (Untuk Motorcross) dan warung.
Pesarean Gunung Kawi Malang merupakan kota yang sangat indah dan asri yang memiliki aset wisata yang sangat banyak. Salah satu aset wisata kota Malang yang bersifat spiritual yaitu Gunung Kawi. Gunung kawi terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tepatnya berada di Kecamatan Wonosari. Jika kita artikan Wono berarti hutan, sedangkan Sari berarti Inti. Menurut informasi yang saya dapat dari warga setempat, Wonosari merupakan tempat yang mendatangkan banyak rezeki. sebenarnya bukanlah Wonosari maupun Gunung Kawi-nya yang terkenal melainkan adanya sebuah pemakaman yang di keramatkan, yaitu makam Kanjeng Kyai Zakaria II (wafat 22 Januari 1871) dan Raden Mas Imam Soedjono (wafat 8 Februari 1876). Mereka adalah para tokoh bangsawan yang ikut menentang penjajah di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro. Perjuangannya antara tahun 1825-1830. Mbah Djoego ini buyut dari Susuhanan Pakubuwono I (yang memerintah Kraton Kertosuro 1705-1717). Adapun RM Imam Soedjono buyut dari Sultan Hamengku Buwono I (memerintah Kraton Jogjakarta pada 1755-1892). Begitulah sedikit sumber sejarah awal pesarean Gunung Kawi yang dapat saya tanggkap dari beberapa sumber masarakat setempat.
Masuk ke area Pesarean Gunung Kawi, kita seperti berada di lokasi kota Tionghoa zaman dulu. Nuansa Tionghoa begitu kental di sekitar bangunan yang ada. Selain itu semua pelayan Pesarean Gunung Kawi juga mengenakan adat pakaian Jawa. Di sekitar pesarean, Anda dapat menemukan berbagai macam souvenir seperti kalung, gelang, dan lain-lain. Salah satu makanan yang cukup dikenal di Gunung Kawi adalah nasi pecelnya, yang nikmat di tengah-tengah suasana Gunung Kawi yang dingin. Pilih posisi parkir di tengah-tengah lokasi, yang biasa disebut Parkir Soto, karena tempat masuk di dekat warung soto. Jangan takut menolak jika Anda diikuti oleh pemandu-pemandu liar. Wisata Pasarean Gunung Kawi sangat padat bila memperingati 12 Sura/Tahun Baru Islam.
12. STUPA SUMBERAWAN
Sebagaimana yang ditulis oleh Empu Prapanca dalamkitab Negara Kertagama, yaitu Kasuranggan yang artinya TamanBidadari. Tempat ini biasa disebut “Candi Rawan” yang terletak di Desa Sumberawan, Kecamatan Singosari 19 km arah utara Malang.
Sebagaimana yang ditulis oleh Empu Prapanca dalam kitab Neara Kertagama, yaitu Kasuranggan yang artinya Taman Bidadari. Tempat ini biasa disebut “Candi Rawan” yang teletak di Desa Sumberawan, Kecamataan Singosari 16 km arah Utara Kota mAlang.
Stupa Sumberawan, Singosari Stupa Sumberawan atau juga disebut dengan Candi Sumberawan berlokasi di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan ber-jarak sekitar 6km dari Candi Singosari. Merupakan peninggalan kerajaan Singosari dan digunakan oleh umat Budha pada masa lalu. Ditemukan pertama kali pada tahun 1904 dan satu-satunya Stupa yang dapat ditemukan di Jawa Timur.
Dibuat dari batu Andesit dengan ukuran panjang 6,25m, lebar 6,25m, dan tinggi 5,23m, dibangun pada ketinggian 650m di atas permukaan laut, di kaki bukit Gunung Arjuna. Bagi pengunjung yang menggunakan sepeda motor bisa langsung sampai di lokasi Candi Sumberawan, akan tetapi bila menggunakan mobil, harus memarkirnya di tepi jalan besar dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sebab lokasi masuk Candi kira-kira sejauh 700m dengan lebar jalan sekitar 1m.
13. ASTANA KARAENG GALESONG
Adalah Ngantang, sebuah daerah di kabupaten Malang, tidak jauh dari kota Batu yang menjadi peristirahatan terakhir sang Karaeng Galesong, seorang pejuang dari makasar. Daerah ini sejuk dan asri, dan di sinilah terdapat sebuah pemakaman yang luasnya sekitar seratus meter persegi, dengan beberapa pohon kamboja tua.
Suasana pemakaman nampak bersih, hanya terdapat beberapa batu nisan dengan tatanan batu bata tua yang sudah berlumut dan sebuah gundukan agak memojok dengan nisan yang telah berlumut pula. Diyakini makam ini adalah kerabat Karaeng Galesong. Tidak jauh dari gundukan tersebut, terdapat batu nisan dari marmer yang tampaknya belum begitu lama dipasang. Di sinilah makam Karaeng Galesong berada. Kuburan yang ditata dengan tumpukan batu bata dipenuhi lumut. Di antara nisan dan kuburan, berdiri tiang sekitar satu meter dengan bendera merah putih. Di bawah kibaran bendera terdapat tulisan kata “pejuang”.
Pada prasasti marmer di kuburan itu, terukir tulisan berwarna emas menggunakan bahasa Arab, yang terjemahan bebasnya berarti, “di sinilah dimakamkan seorang pejuang yang berjuang dijalan Allah.” Di bawah prasasti ini terdapat tulisan nama sebuah kelompok pengajian, yang menyebut diri warga Malang keturunan Galesong.
14. Bugis Makassar di Malang
Masyarakat Bugis Makassar memang banyak bermukim di Malang dan sekitarnya. Karaeng Galesong pun menjadi kebanggaan. Ziarah ke makam sang karaeng merupakan rutinitas. Dua tahun lalu, misalnya, masayarakat Sulawesi-Selatan yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS Malang Raya) dan Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Indonesia Sulawesi-Selatan (IKAMI Sul-Sel Cab. Malang) mengadakan acara memperingati hari korban 40.000 Jiwa, yang salah satu kegiatannya adalah berziarah ke makam Karaeng Galesong
15. GOR KEN AROK
Adalah gelanggang olah raga terbesar milik Pemerintah Kota Malang yang terletak di kaki Gunung Buring.
16. IJEN BOULEVARD + MUSEUM BRAWIJAYA
Adalah salah satu jalan utama di Kota Malang. Tempo dulu kawasan ini merupakan perumahan Belanda, sejak dulu Boulevard kawasan Ijen Boulevard sudah merupakan kawasan yang elite. Bahkan sampai sekarang pun kita masih bisa merasakan sisa-sisa kemegahan masa lalu di kawasan itu.
Di Jalan Ijen merupakan jalur hijau yang di hiasi bunga Bougenvil dan pohon Palem dengan latar
belakang perumahan bergaya kolonial Belanda.
Pada saat tertentu, kawasan ini digunakan
event “Malang Tempoe Doeloe”, dimana kita akan merasakan hidup pada jaman dulu, dilengkapi dengan suasana dan panganan khas tempo dulu
Museum Kota Malang didirikan pada tanggal 4 Mei 1968, resmi disah-kan oleh Purnawirawan Dr. Soewondo.Letak yang cukup strategis membuat Museum Brawijaya lebih mudah dijangkau.Untuk dapat menikmati barang – barang peninggalan sejarah didalam museum kita cukup mengeluarkan uang Rp. 1.500,- perorang, relatif sangat murah dan bisa dijangkau untuk semua kalangan.Semboyan dari museum Brawijaya Malang adalah “Citra Uthapana Cakra”.Dari bahasa San sekerta Citra berarti Sinar, Uthapana berarti Yang Membangkitkan, dan Cakra adalah Kekuatan. Berarti jika disatukan arti semboyan tersebut mempunyai makna “Sinar Yang Membangkitkan Kekuatan”.Untuk pengunjung, Museum Brawijaya Malang terhitung cukup terkenal, mulai dari sabang sampai merauke, bahkan dari luar negeri juga pernah mengunjungi Museum tersebut, diantaranya Australia, Jepang, China, Amerika dan Negara-negara besar lainnya. Di Jl. Ijen menyimpan senjata tradisional dan modern yang pernah dipakai pada perang kemerdekaan.
16. MONUMEN JUANG 45
Terletak di Jl. Kertanegara menggambarkan raksasa yang digulingkan oleh para pejuang kemerdekaan.
17. MUSEUM MPU PURWO
Di Jl. Soekarno Hatta Blok A1 menyimpan benda-benda dan prasasti purbakala peninggalan Rajaa Gjayana pada masa Kerajaan Kanjuruhan.
18. TAMAN KRIDA BUDAYA
Terletak di Soekarno Hatta merupakan tempat penyelenggaraan
kegiatan Seni Budaya dan Pariwisata Jawa Timur dan Malang
19.FRATERAN BUNDA HATI KUDUS
Bangunan kuno yang tetap dilestarikan sampai sekarang. Dibangun pada tahun 1930. Lokasi di Jalan Jagung Suprapto Malang.
20. PATUNG KENDEDES
Merupakan salah satu replika ratu kerajaan Singosasi yang berlokasi di pintu gerbang Kota Malang
Oleh :NONOT SOEKRASMONO
Ketua PW LESBUMI NU JAWA TIMUR
Makalah ini disampaikan pada acara “Rapat Singkronisasi,monitoring dan Evaluasi Peningkatan Kerjasama Destinasi Wisata Peningkatan Pengembangan Obyek Wisata di Wilayah Kerja Badan Perwakilan Wilayah Malang thn 2017”.Malang ,Rabu 23 Agustus 2017
Advertisement