Jasa IBU Tak Terbilang, Tak Terbalas #1
Ibu bermakna kelembutan yang murni. Ibu merupakan sumber kasih sayang tak ternilai. Ibu juga bermakna kesetiaan dan kebaikan...
Bagaimana mungkin kita bisa membalas jasanya itu?
Ada ungkapan "dahsyat" dari Sayyidina Ali r.a., menggambarkan itu semua dengan begitu baiknya, "Lelaki meninggal hanya sekali, tetapi seorang Ibu meninggal setiap kali ia melahirkan."
Sayyidina Ali r.a. pun menambahkan, "Sakitnya saat melahirkan, sama seperti sakitnya saat sakaratul maut."
Sungguh ungkapan yang tepat untuk menggambarkan, betapa dahsyatnya penderitaan seorang ibu, yang setiap melahirkan anaknya merasakan kesakitan layaknya seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut.
Ada kisah menarik...
Suatu ketika Hasan al-Bashri melakukan tawaf di Ka'bah, beliau bertemu dengan seorang pemuda, yang juga sedang bertawaf memanggul keranjang.
Beliau bertanya, apa isi keranjangnya? "Aku menggendong ibuku di dalamnya," jawab pemuda itu.
"Kami orang miskin. Sudah bertahun-tahun ibuku ingin beribadah haji. Tetapi kami tidak mampu membayar ongkos perjalanannya...
Aku tahu persis keinginan ibuku itu amat kuat. Ia sudah terlalu tua jika harus berjalan, tetapi ia selalu membicarakan Ka'bah. Dan kapan saja ia memikirkannya, air matanya berlinang...
Sebagai anaknya, aku tak sampai hati melihatnya seperti itu, maka aku membawanya dalam keranjang ini, memanggulnya sepanjang perjalanan dari Suriah ke Baitullah."
Lanjutnya, "Orang-orang mengatakan bahwa hak orang tua sangat besar. Aku ingin bertanya padamu tentang itu, wahai Imam, apakah aku ini bisa dianggap telah mampu membayar jasa ibuku dengan berbuat ini untuknya?"
Imam Hasan al-Bashri menjawab, "Sekalipun berbuat seperti itu lebih dari tujuh puluh kali, engkau takkan pernah dapat membayar sebuah tendanganmu ketika engkau masih dalam perutnya."
Subhanallah...*
Ady Amar, pemerhati sosial dan keagamaan, tinggal di Surabaya
Advertisement