IDEOLOGI RADIKAL adalah PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA melawan PENJAJAH Oleh : Indra WARDHANA
IDEOLOGI RADIKAL adalah PERJUANGAN RAKYAT Indonesia melawan PENJAJAH
Oleh: Indra WARDHANA
09 Juli 2018
BPM/Badan Perwakilan Mahasiswa, Trisakti periode 1990
Senat Kepala Biro Kajian Strategis, Trisakti periode 1993
Kepala Biro Data dan Informasi ISMEI – Ikatan Senat Mahasiswa Ek. Indonesia periode 1994
Gerakan Sarjana Jakarta - 1998
Jaket Biru, Alumni – Direktur Pengkajian Ekonomi Internasional dan Politik
Karir, 18 tahun di bidang Oil and Gas
8 tahun di bidang Risk and Security Management
Istilah 'radikal' memiliki berbagai makna, perubahan yang radikal; seseorang yang memiliki pandangan radikal (radikal); adalah sebuah prinsip fundamental (mendapatkan dasar pandangan dari akar-nya). Radikalisme tradisional telah dikaitkan dengan gerakan kiri politik seperti gerakan oposisi, selama abad kedua puluh, saat oposisi menantang status quo konservatif / liberal . Button (1995) menunjukkan bahwa dalam pikiran radikalisme populer sering diidentifikasikan dengan ekstremisme.
Jadi, ideologi radikal berusaha untuk mengakar ke akar masalah, mempertanyakan hal mendasar premis dari keyakinan dominan. Ideologi radikal muncul ketika sebuah kelompok mulai menantang status quo dalam masyarakat, misalnya dalam kaitannya dengan politik, ekonomi, agama, ras, gender, pendidikan.
Ideologi radikal didefinisikan dengan melawan kekuasaan.
Radikal didorong oleh visi mereka tentang bagaimana idealnya suatu tatanan atau struktur masyarakat yang lebih baik dan perlu tindakan untuk mewujudkan-nya.
Mereka menentang ketidakadilan dan ketidaksetaraan serta penyalahgunaan kekuasaan dan hak istimewa sekelompok orang. Mereka menantang semua bentuk ketidakberdayaan (kurangnya kendali atas peluang hidup seseorang) dan berusaha untuk mempromosikan pemberdayaan (sepenuhnya bertanggung jawab atas kemungkinan hidup seseorang).
Penganut ideologi dominan akan selalu melihat radikalisme sebagai sesuatu yang berbahaya tetapi dalam jangka waktu tertentu ide-ide radikal dan tuntutan sering menjadi ideologi dominan, misalnya penghapusan perbudakan.
Pada abad kesembilan belas kaum radikal berjuang untuk penghapusan perbudakan dan mendapatkan kondisi serta situasi lingkungan bekerja yang lebih baik. Sosialisme dan anarkisme adalah dua ideologi radikal yang menantang konservatif dan ide-ide liberal.
Sosialisme muncul pada abad kesembilan belas sebagai tantangan bagi kaum liberal yang menekankan pada individualisme dan pertumbuhan kapitalisme. Anarkisme, atau libertarianisme, muncul pada abad kedelapan belas dan dalam pikiran populer sering disamakan dengan peristiwa kekacauan dan kerusuhan.
Ini karena kaum radikal menolak otoritas eksternal termasuk otoritas pemerintah.
Beberapa keyakinan utama mereka adalah:
i) otoritas umumnya digunakan untuk mengambil kebebasan orang;
ii) keyakinan akan kebaikan potensial dari sifat manusia;
iii) tekanan pada kebebasan individu, kesetaraan, kerjasama dan solidaritas;
iv) bahwa organisasi masyarakat harus bekerja dari bawah ke atas daripada atas ke bawah.
Selama abad ke-20, sebagian besar kelompok radikal tertarik ide dan praktik sosialis atau anarkis dalam aktivisme mereka: hak pilih; perjuangan atas penjajahan demi pembebasan; gerakan sosial seperti hak-hak sipil, CND, perang anti-Vietnam, termasuk persitiwa runtuhnya Soekarno dan lengsernya Soeharto di Indonesia.
Dari sejarah dan istilah di atas, jelas bahwa sebutan RADIKAL adalah alat KEKUASAAN untuk mempertahankan STATUS QUO dan terkesan Indonesia mengikuti TREN sebutan tersebut, yang memang diciptakan DUNIA untuk melakukan PENJAJAHAN di muka Bumi kembali dengan prinsip dan cara berbeda tentunya.
TRADISI KEADILAN SOSIAL
Melihat keadaan masyarakat, kelompok yang dianggap memperjuangkannya disebut atau diberikan julukan radikal. Dasar perjuangan kelompok masyarakat ini adalah membela HAK-nya dengan sebab utamanya adalah situasi dan kondisi KETIDAKADILAN yang sangat besar dan ketidaksetaraan yang mereka RASAKAN . Teori Ideologi dominan menjelaskan ini sebagai sesuatu yang tak terhindarkan dalam setiap SEJARAH PERADABAN MANUSIA.
Pemerintah JOKOWI saat ini, sedang menggunakan ALAT PUKULNYA sekaligus MEMAINKAN pemukul tersebut, untuk menutupi masalah ketidakadilan, dengan bentuk-bentuk prasangka, diskriminasi, penyalahgunaan hak asasi manusia. Seperti tokoh pejuang Keadilan Sosial yang dikenal dengan nama Paulo Freire, Brazil dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed (1972), sebagai karya untuk pendidikan para REVOLUSIONER. Karya tersebut dianggap sebagai tindakan subversif oleh pemerintah BRAZIL saat itu, karena pemikiran-pemikiran yang disampaikan menajdi penyebab terjungkalnya Penguasa STATUS QUO saat itu.
Salah satu pesan Paulo Freire sebagai pejuang REVOLUSIONER adalah :
“HANYA orang-orang terpelajar YANG BERANI memperjuangkan HAK-nya dan MELAWAN KETIDAKADILAN, karena sesungguhnya, merekalah KUNCI REFORMASI SOSIAL.
Sebutan RADIKAL adalah CELOTEHAN BELAKA
Tanpa radikal, Indonesia tidak akan MERDEKA
Soekarno adalah sang RADIKAL
Bung Hatta adalah sang RADIKAL
Boedi Oetomo, perkumpulan Siswa RADIKAL
Kongres Soempah Pemoeda, adalah PELAJAR RADIKAL
BANGSA BELANDA DULU MENYEBUT PARA PEJUANG DENGAN SEBUTAN “Indonesische Radicale Jongeren” Pemuda Radikal Indonesia.
Maka Penjajah BELANDA terdahulu, sudah tergantikan oleh Pemerintah JOKOWI saat ini.
Button, J. (1995) The Radicalism Handbook, London: Cassell
Carnie, F. (2003) Alternative Approaches to Education: A Guide for Parents and
Teachers, London: RoutledgeFalmer
Elias, J. (1994) Paulo Freire: Pedagogue of Liberation, Malabar, FL: Krieger
Goldstein, T. and Selby, D. (2000) Weaving Connections: Education for Peace, Social
and Environmental Justice, Toronto: Sumach Press
Gribble, D. (1998) Real Education: Varieties of Freedom, Bristol: Libertarian
Education
Hern, M. (1996) Deschooling Our Lives, Gabriola Island: New Society Publishers
Lawrence, D. (1996) Enhancing Self-Esteem in the Classroom, London: Paul
Chapman
Richardson, R. (1990) Daring to be a Teacher: Essays, Stories and Memoranda,
Stoke-on-Trent: Trentham Books
Richardson, R. and Miles, B. (2003) Equality Stories: Recognition, Respect and
Raising Achievement, Stoke-on-Trent: Trentham Books
Roddick, A. (2001) Taking it Personally: How Globalization Affects You and
Powerful Ways to Challenge It, London: Thorsons
Shotton, J. (1992) Libertarian education and state schooling in England 1918-90,
Educational Review, 44 (1): 81-91
Advertisement