Halal Bihalal FKUB Kediri Bersama Forpimda Kediri
Pertemuan khusus berkaitan halal bihalal yang diadakan FKUB Kediri ,berlangsung kemarin malam di gedung Panglima Polim Kediri dan acara ini dihadiri Walikota Kediri, Andullah Abubakar, Dandim Kediri ,Letkol Arm Joko Setiyo K, M.Si (Han) ,Kapolresta Kediri, AKBP Anthon Haryadi dan Ketua DPRD Kota Kediri, Kholifi Yunan, minggu (16/07/2017)
Dari kacamata pandangan Walikota Kediri, persoalan bangsa ini bisa diselesaikan dengan dialog yang berbasis komunikasi lintas agama, dan hal itu sangatlah penting, guna menetralisir ancaman provokasi atau upaya memecahbelah persatuan dan kesatuan melalui isu-isu SARA. Peran semua tokoh agama, tidak bisa dipisahkan dari bagaimana mendapatkan solusi yang terbaik dan bagaimana menggandeng satu sama lain diantara perbedaan, karena bagaimanapun juga, semua tokoh agama punya andil besar membawa umatnya masing-masing ke jalur perdamaian dan menjauhi segala pertentangan yang berujung permusuhan.
Malam halal bihalal FKUB ini juga dihadiri Ketua Dewan Pembina FKUB Kota Kediri, K.H.Anwar Iskandar, Ketua FKUB Kota Kediri, Drs.H.Mahruf Anas, Drs.H.Sunarto (Islam), Pdt.Timotius Kabul (Kristen Protestan), Rm. Yohanes Katidjanarso (Kristen Khatolik), Ni Made Susilowati (Hindu), Nudhi Irawan (Budha), Suprayitno (Konghuchu), dan Suparto (Penghayat).
“Kota Kediri adalah salah satu kota yang menjunjung tinggi pluralisme dan peran FKUB berada ditengah-tengah kehidupan sosial masyarakat dengan latarbelakang yang berbeda-beda, sangatlah penting untuk mewujudkan kedamaian.Masih teringat kata-kata Bung Karno, “Jas Merah” yang artinya jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, dan bila dijabarkan, marilah kita belajar dari fakta dan sejarah bangsa ini, bagaimana pluralisme diantara perbedaan etnis dan agama, sudah ada sejak zaman dulu. Perbedaan keyakinan adalah hak masing-masing pribadi, karena ujung-ujungnya, semua terarah pada Tuhan Yang Maha Esa, dan kita harus membangun kebersamaan dalam pluralisme diantara segala perbedaan, dan setiap apa yang ada dalam pikiran atau tindakan kita, selalu dianggap paling benar dan orang lain selalu salah,” kata .K.H.Anwar iskandar.
Menurut Letkol Arm Joko Setiyo K, M.Si (Han) ,toleransi adalah solusi dari perbedaan yang ada di sekitar kita, untuk itu tidak relevan kita mencari permasalahan dari perbedaan itu. Kita memang beda keyakinan bukan berarti tidak bisa bersatu, kita berbeda etnis bukan berarti kita tidak bisa hidup berdampingan. Kita lahir sebagai orang jawa juga bukan kehendak kita, kita lahir sebagai orang batak juga bukan kemauan kita, tapi karena hak absolut Tuhan Maha Pencipta. Kita memilih agama mana yang kita percayai adalah hak masing-masing, kita menjalankan ibadah sesuai keyakinan kita adalah hak yang tidak boleh diganggu gugat.
Advertisement