Gus Rosyid: Kiprah Santri Dalam Politik Sudah Lama
Ngopibareng.id, Malang: Indonesia merupakan Negara yang besar terdiri dari ribuan kepulauan nusantara dengan berbagai macam Ras, Suku, Bahasa, Agama dan Budaya yang sangat beraneka ragam. Meskipun kita beraneka ragam tetapi bangsa ini juga dibekali dengan falsafah Pancasila pemersatu bangsa yakni, Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda- beda tetapi tetap satu jua). Sejarah mencatat, lahirnya Pancasila tidak lepas dari peran penting Tokoh Ulama dan Santri yang ikut merumuskan Pancasila yakni KH Abdul Wahid Hasyim anggota Badan Penyelidik Usaha- usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang juga merupakan putra dari Rais Akbar Nahdlatul Ulama dan juga Pencetus resolusi Jihad Santri Hadratus Syekh KH.Hasyim Asy'ari, yang juga merupakan Ayah dari Presiden Ke 4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Wakil Ketua Pengurus Cabang Perguruan Nahdlatul Ulama (PC Pergunu) Kabupaten Malang, Abdur Rosyid Asadullah mengatakan, Ulama dan Santri dalam kiprah politik sudah dilakukan sejak lama. "Jauh sebelum Indonesia merdeka, ulama dan santri ini sudah ikut dalam sebuah politik," ujar Abdur Rosyid Asadullah, Jumat (10/8).
Dikatakan Gus Rosyid, sapaan akrab Guru Madrasah Aliyah Mansya'ul Ulum Gondanglegi Kabupaten Malang tersebut, santri itu mempunyai peran penting dalam membangun bangsa Indonesia ini. Pertama, santri harus mempertahankan Kemerdekaan Indonesia karena sebagai santri yang turut mendirikan dan membangun Negara ini santri berkewajiban untuk menjaga keselamatan itu dari segala bahaya yang mengancam, baik bersifat politis, ideologis, termasuk ancaman kebudayaan seperti saat ini banyak kelompok yang ingin merusak bahkan bertentangan dengan Pancasila.
Kedua, santri harus ikut serta dalam dunia Politik sebagai penyalur aspirasi masyarakat, khususnya Pesantren supaya tidak disalahgunakan oleh pihak- pihak yang berkepentingan pribadi, sehingga akan banyak melahirkan para koruptor, karena politik itu adalah sebuah siasat untuk kekuasaan.
“Oleh karena nya ikut politik adalah keniscayaan bagi para santri, meskipun tidak harus masuk dalam sebuah politik praktis. Setidaknya sebagai bentuk dari kewajiban bela negara dan perjuangan untuk menegakkan martabat bangsa dan Persatuan indonesia yang sudah didirikan oleh pejuang dan ulama terdahulu," tandas Gus Rosyid. (AMY).
Advertisement