Gereja Bukan Mimbar Kampanye Politik
ngopibareng.id-Dalam pesta demokrasi Gereja menjadi sasaran lirikan sebagian politisi. Kenapa tidak ? Gereja yang di dalamnya dihuni oleh begitu banyak jemaah, sehingga tidak heran bila kini Gereja menjadi salah satu taktik bagi politisi untuk meraup suara.
Bukan lagi hal yang baru bahkan sudah terasa lumrah Gereja menjadi wadah yang tampak jelas tidak ada dikotomi dengan dunia politik kekinian.
Kini Gereja dan Politik seakan paduan yang baik dan melanggengkan kekuasaan dengan mudah. Hal demikian, sebab Gereja mempunyai basis yang jelas yaitu Jemaah. Sehingga pendekatan politik agama menjadi suatu strategi yang dianggap jitu.
Kini diera reformasi, politisi mulai tahu dan menyadari bahwa sesungguhnya wadah keagamaan tak bisa diabaikan dalam perpolitikan. Maka dalam pesta demokrasi saat ini, fokus wadah keagaaam seperti, Gereja menjadi perhatian utama bagi sebagian politisi.
Masuknya ranah politik dalam Gereja membuat banyak kalangan yang menyoroti hal demikian, termasuk salah satu tokoh pemuda, Mutlaben Kapita.
Menurutnya, Gereja dan Politik tentu mempunyai ruang urusan yang berbeda. Urusan Gereja untuk misi mengekspansi misi ALLAH kepada umatNya, sedangkan urusan Politik orientasinya mengejar kekuasaan.
"Pandangan Saya bahwa Gereja tak semestinya menjadi mimbar kampanye. Sebab, secara lokus dan fokusnya tentu berbeda. Urusan Gereja untuk melayani ALLAH, sedangkan Politik bicara lebih orientasi pada kekuasaan".
Kemudian beliau mengatakan bahwa wadah ALLAH yang dianggap suci, sejatinya harus dijaga agar tidak dikotori dengan kepentingan - kepentingan individual, apalagi harus dijadikan mimbar kampanye politik.
"Wadah yang kita percaya bahwa mengandung kesucian, semestinya kita jaga baik Pendeta bahkan kita selaku jemaah dengan menolak secara tegas saat ada politisi yang berlaga dalam pesta demokrasi di 2019, lalu masuk ke daalam ruang Gereja untuk berkampanye". Tutup, Mutlaben Kapita.
Advertisement