DUA SAHABAT yang Menginspirasi...
Rinduku padamu
bagai rindu padang
pada ilalang...
Itulah sepenggal puisi yang amat saya ingat, puisi karya sahabat, D. Zawawi Imron...
Penyair dan budayawan asal Madura itu, amat konsis di bidangnya, bidang kepenyairan. Semua puisinya berkelas dan dalam...
Sepenggal puisi di atas, saya ingat benar adalah karyanya, namun saya tidak ingat persis apakah itu dari buku kumpulan puisinya, Celurit Emas atau Bulan Tertusuk Ilalang...
Buku kumpulan puisinya itu, dan beberapa buku lainnya, telah raib dari koleksi buku yang saya punya, tapi sebagian buku tertentu, yang raib itu, tidak 'raib' dari ingatan...
Bagian tertentu itu masih terang dalam ingatan, karena bagian itu mampu "menghipnotis" pikiran saya, tidak semata puitisasinya, tapi juga kandungan maknanya...
D. Zawawi Imron adalah salah satu penyair terbaik yang dimiliki bangsa ini. Meski pendidikannya cuma tamat SD, Kang Zawawi, saya biasa memanggilnya, memiliki kepribadian yang intelek, pergaulan luas, dan terus mau mengasah diri. Katanya pada saya suatu ketika, "Hidup mesti belajar terus, hingga ke liang lahat..."
Saya banyak belajar 'mengasah diri' darinya. Sikap santun dan kesederhanaannya, menjadikan pribadinya kuat menantang kerasnya kehidupan...
Kawan... tidak semua koleksi buku yang raib itu, bisa dibeli ulang. Sulit didapat di toko buku, karena penerbitnya sudah tidak menerbitkan ulang. Kata sang penerbit, Bisa habis 1.000 copy saja sudah menggembirakan...
Makanya, buku-buku sastra atau genre tertentu terkadang tebalnya tidak seberapa, tapi harganya dipatok cukup tinggi. Mestinya para peminatnya tidak melihat tipis tebalnya sebuah buku, tapi lebih pada pentingnya buku itu dapat memenuhi dahaganya...
Karya-karya sastra, sebagaimana karya-karya lainnya yang tidak mengikuti selera pasar, memang sulit dipasarkan. Disebabkan peminatnya tidak banyak...
Tidak cuma di negeri kita, tapi juga di Barat sekalipun, buku-buku genre yang tidak biasa itu juga sulit dipasarkan...
Peminatnya tidak banyak, maka penerbit yang menerbitkan itu, biasa disebut "penerbit-independen", yang melawan dominasi penerbit yang lebih memilih selera pasar...
Di Amerika Serikat, penerbit-penerbit independen itu adalah penerbit yang biasanya hadir melawan dominasi Yahudi Amerika yang begitu meraksasa...
Sebut saja penerbit Seven Stories Press, salah satu penerbit independen Amerika, yang menerbitkan hampir semua karya-karya Noam Chomsky...
Dia, Chomsky, adalah yahudi Amerika yang paling dibenci yahudi. Sikapnya yang kritis itu, menyasar kepentingan-kepentingan yahudi, dan itu terus menerus dilakukannya dengan tidak mengenal lelah...
Chomsky sebenarnya seorang Doktor bidang Linguistik, namun lebih dikenal sebagai seorang pakar dan pegiat Filsafat Politik yang paling diperhitungkan dan berpengaruh di Amerika khususnya, sejak 1965 hingga kini...
Menulis lebih dari 30 buku Politik dengan beragam tema. Buku-buku bertema politiknya kerap dianggap terlalu "radikal" untuk diresensi atau ditampilkan di media-media Amerika...
Saya "mengenal" Chomsky, juga Russell, Illich, Eliade dan yang lainnya, lewat seorang kawan bernama Didik Puji Yuwono, mantan jurnalis senior Tempo dan Jawa Pos... Mas Didik adalah orang yang mencintai buku tiada duanya...
Memiliki koleksi buku lebih dari 20 ribuan judul buku: dari politik, filsafat, psikologi, media, budaya, filsafat agama, fiksi ilmiah, sastra... dan hampir semua genre ada dalam koleksinya...
Jika ia bertugas ke luar negeri untuk tugas jurnalistik, maka mas Didik, rela tidur di losmen-losmen murah dan makan seadanya, guna sisa uang yang tidak sedikit itu dibelanjakan semuanya untuk membeli buku...
Didik Puji Yuwono, adalah manusia langka yang saya kenal. Seorang sahabat yang baik, tidak pelit berbagi ilmu, dan mau copy-kan beberapa buku dari koleksinya yang saya butuhkan...
Saya diajak olehnya melahirkan Surabaya Books Club, meski umurnya tidak panjang namun keinginannya agar masyarakat mencintai buku, khususnya di kota Surabaya patut diapresiasi...
Senang rasanya hidup ini, jika dikitari orang-orang yang ikhlas turut membagi ilmu... Dan itu ada pada pribadi dua sahabat yang menginspirasi, D. Zawawi Imron dan Didik Puji Yuwono...
Ady Amar, pemerhati sosial dan keagamaan, tinggal di Surabaya
Advertisement