Di Tahun 1928...
Apa yg ada di benak kita akan tahun 1928?
Semua dari kita yang mengenal sedikit saja sejarah Nusantara modern, pastilah akan menjawab, bahwa di tahun 1928 terjadi peristiwa Sumpah Pemuda...
Bertanah Air Satu-Tanah Air Indonesia, Berbangsa Satu-Bangsa Indonesia, Berbahasa Satu-Bahasa Indonesia...
Jawaban itu tidaklah salah...
Namun demikian, tulisan ini tidak dimaksudkan mengungkap sejarah Sumpah Pemuda...
Tahun 1928, hanya sebatas kesesuaian tahun semata, dimana bahasan yang akan diungkap di sini adalah tentang Margaret Smith...
Siapakah dia, hingga begitu bernafsunya sosoknya ingin dibicarakan? Dan apa kaitannya dengan tahun 1928?
Adalah Margaret Smith, perempuan Inggris, di tahun 1928, meraih gelar Doktor tentang Filsafat, pada University of London.
Persembahan singkat ini, adalah bentuk apresiasi dan kekaguman pada bahasan disertasi yang diangkatnya. Dan, itu tentang Rabi'ah...
Disertasinya tentang Kehidupan dan Ajaran Spiritual Rabi'ah al-Adawiyah. Dan sampai sekarang, kajiannya itu dianggap paling komprehensif.
Di tahun 1928 itu juga, Cambridge University Press menerbitkannya dalam sebuah buku, dengan judul Rabi'ah the Mistic & Her Fellow-Saints in Islam.
Margaret Smith, menulis disertasinya itu dengan "membongkar" buku-buku yang membicarakan atau berkaitan dengan Rabi'ah, langsung atau tidak langsung, baik dari buku-buku berbahasa Arab, Persia maupun Urdu.
Kemampuan berbahasanya, dengan penguasaan atas tiga bahasa itu, menjadikannya mampu "berpetualang" mengarungi samudera literatur, khususnya buku-buku klasik. Karenanya, ia mampu memotret Kehidupan Perempuan asketik itu dengan amat baik.
Bicara tentang Rabi'ah al-Adawiyah adalah bicara tentang Mahabatullah (Cinta Allah)... Lewat prestasi Mahabatullah, keteladanannya telah mencapai "wilayah ruhani" yang tinggi...
Pandangan-pandangannya yang langsung berhubungan dengan dimensi Uluhiyah dan Rububiyah, terasa lebih universal, karena menukik pada akar-akar ontologis-eksistensi.
Terlepas suka atau bahkan sebaliknya, pada kajian-kajianTasawuf, itu tidak dalam wilayah untuk diperdebatkan. Semua punya pendekatan dan alasannya masing-masing. Dan, itu wajar...
Tulisan ini, sebagaimana saya nukil di atas, lebih sebagai bentuk apresiasi dan kekaguman semata, bahwa di tahun 1928, seorang perempuan Barat menulis disertasinya begitu mengagumkan...
Sedang di tahun yang sama pula, di bumi Nusantara ini, tepatnya di Jakarta, para pemuda yang mewakili daerahnya masing-masing tengah berkongres, mencari bentuk "pengikat" eksistensi nasional-bangsa (nation state), yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda...
Sama-sama di tahun 1928, namun dalam dimensi yang berbeda...*
Ady Amar, pengamat sosial dan keagamaan, tinggal di Surabaya.
Advertisement