BUDAYA INDIGENOUS
Secara sosiologi ada 2 gejala budaya di Jawa Timur yang berkaitan dengan kesenian rakyat. Gejala pertama adalah budaya indigenous (BI). BI berkembang secara gradual sebagai sinkretis antara nilai adat, hukum adat, sistem pertanian tradisional, dan sistem keagamaan baik dari Timur Tengah, Jepang, Cina, dan India.
Disamping itu BI tumbuh kuat dari berbagai varian,yaitu varian sinkretis antara nilai animisme - dinamisme dan Hindu Budha, animisme - dinamisme dan islam (konon melahirkan berbagai varian aliran agama). Fenomena budaya ini mempengaruhi sistem sosial budaya.dan format teori sistem pertanian sehingga melahirkan gejala pendalungan (daerah pesisir laut Jawa dengan komunitas Islam, nelayan, pedagang, dipengaruhi bahasa Madura), Mataraman (komunitas yang tinggala di pedalaman Jawa Timur, beragam lslam tapi dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya kerajaan Mataram) bertani.varian Tengger, Keling dan Arek.
Konsekuensi varian budaya di atas mendorong munculnya seni rakyat yang masih menjadi bagian sosio – kultur dan ekonomi rakyat setempat dan bagian dari industri pariwisata. Sedangkan kesenian rakyat yang lepas dari bagian faktor sosio – kultural dan ekonomi masyarakat agraris setempat dan bagian dari industri pariwisata negara mulai surut. Ketika sistem agraria dan pedesaan mulai berubah, dimana sistem sosial mengalami perubahan, maka beberapa bentuk kesenian rakyat di Jawa Timur pun mulai surut. Kesenian rakyat macam ini mulai lepas dari sosio – kultural dan sosio – ekonomi masyarakatnya yang sedang berubah. Misalnya musik Odrot dan Kongkil dari Ponorogo.
Gejala kedua adalah berkembangnya suatu gerakan post modernisme, sebagai reaksi atas dominasi universalisme dunia, diawal tahun 1990-an. Di Jawa Timur ini menjadi dasar legitimasi baru bagi ”sinkretisme” seni rakyat dengan metode dan konsep baru tentang seni rakyat. Seni rakyat yang semula berkelas bawah, jelata, komunal, dan sub-ordinasi bagi negara menjadi seni ”alternatif” bagi dominasi seni universalisme, termasuk perlawanan terhadap negara.
Seni rakyat dalam konteks wacana post moderisme ini menjadi sangat luas, mulai dari wacana tradisional ke modern, dan mencakup berbagai aktivitas sosial yang melibatkan massa, termasuk aktivitas politik rakyat ( atau kekuatan populer, seperti buruh ). Gerakan kesenian yang didorong era post modernisme ini melegitimasi pluralisme kebudayaan sebagai kenyataan sosial – budaya. Akibatnya berkembang seni etnis China, seperti Barongsai, seni tari Islam, seperti Zafin, dan berbagai seni rakyat lainnya.
Mencermati gejala kesenian rakyat dalam 2 fenomena kebudayaan di Jawa Timur tersebut maka penting untuk memetakan kemabali bentuk, varian, konsep, perkembangan, dan daya hidup kesenian rakyat di Jawa Timur.
Advertisement