Mengapa Perselingkuhan Bisa Terjadi?
Dalam menjalani kehidupan rumah tangga banyak permasalahan yang mungkin terjadi dan harus dihadapi. Kadangkala orang tidak tahu dari mana sumber masalahnya atau hal apa yang menjadi masalah, namun kita merasakan ada sesuatu yang tersirat dalam perilaku pasangan kita.
Akan nampak berbeda jika pasangan kita tergolong tipe yang terbuka, mungkin suatu permasalahan dapat secepatnya diketahui. Adanya permasalahan rumah tangga, mulai dari masalah sepele sampai pada masalah yang besar, pada tiap orang akan menghadapi dengan cara yang berbeda.
Dalam situasi pandemi saat ini, semua merasakan hal yang sama yaitu munculnya perasaan resah, gelisah, bingung, khawatir dan jenuhpun melanda. Adanya gejolak dari berbagai sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.
Ketegangan, tekanan dan keterbelengguan terjadi, di mana kondisi pandemi ini terjadi perubahan yang cukup bergejolak dan dirasakan oleh semua pihak. Seperti adanya penegakan protokol kesehatan yang ketat, larangan keluar rumah, adanya pembatasan kegiatan di luar rumah, hiburan yang minim, dan pendapatan yang kecil atau berkurang. Hal inilah yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis maupun perekonomian mereka, sedangkan tuntutan mereka makin bertambah.
Dalam kehidupan berumah tangga bisa dirasakan bagaimana mereka harus memenuhi kebutuhan mereka dan satu sisi mereka harus patuh terhadap protokol kesehatan yang ditegakkan guna mengurangi penyebaran virus Covid-19. Tak sedikit keadaan rumah tangga berantakan akibat pandemi ini. Terputusnya hubungan kerja (PHK) yang dialami para suami berdampak pada kondisi perekonomian mereka. Akhirnya terjadilah pertengkaran dan keributan dalam rumah tangga, dimana mereka saling menyalahkan satu sama lain. Dan tak jarang berakhir dengan perceraian.
Terjadinya kesalahpahaman, perlakuan yang tidak pas, keributan ataupun kejenuhan di dalam rumah tangga dapat menjadi pencetus adanya perselingkuhan. Pasangan yang kurang peka terhadap pasangannya atau kurang memahami kondisi psikologis pasangan dapat menimbulkan kekurang puasaan atau perasaan kecewa. Pasangan yang menilai satu persatu adanya hal yang tidak didapatkan lagi dari pasangannya, “waspada” ini bisa jadi awal perselingkuhan jika pada saat bersamaan ia menemukan orang lain yang dapat memberikan hal itu. Memang, suatu perselingkuhan dapat terjadi tergantung dari niat dari masing-masing.
Perselingkuhan ada yang disebabkan memang dari awal seseorang itu ingin berselingkuh atau menduakan pasangannya karena memang sudah tabiatnya seperti itu, atau ingin mencoba yang lain, ataukah perselingkuhan itu terjadi karena seringnya bekerja bersama (patner kerja) tanpa dimulai adanya keinginan selingkuh melainkan situasi yang mengalir.
Kondisi keluarga dikatakan tidak sehat jika dalam keluarga tersebut pasangan sering menemukan hal-hal yang tidak pas/tidak cocok, dimana hal tersebut selalu dapat menjadi pencetus pertengkaran, serta tiap pasangan akan saling mencari kejelekannya, sehingga perasaan kedua pasangan semakin menjauh. Jika masing-masing pasangan sudah mulai tidak tertarik dan sakit hati maka ikatan emosional merekapun akan menjauh. Nah, jika permasalahan semakin runyam, perceraian pun bisa terjadi.
Untuk meminimalisir terjadinya perselingkuhan, mari kita melihat hal-hal yang dapat menimbulkan perselingkuhan. yaitu:
1. Kurangnya Intensitas dan kualitas komunikasi
2. Berkurangnya keharmonisan
3. Sering terjadinya pertengkaran, kurangnya perasaan saling memahami dan menghargai
4. Tidak ada keterbukaan dan Sikap memaafkan
5. Adanya kebutuhan yang tidak dipenuhi pasangan
6. Kebiasaan/ habbit
Tanda-tanda pasangan berselingkuh
Apa tanda selingkuh? Bagaimana kita jeli dan mencermati perubahan yang terjadi pada pasangan. Pada pasangan yang selingkuh, biasanya menunjukkan adanya perubahan perilaku pada beberapa hal. Perubahan itu dapat merupakan tanda awal adanya perselingkuhan. Tanda-tanda pasangan selingkuh, yaitu:
1. Merahasiakan akun media sosial secara pribadi
2. Berkurangnya kehangatan suami
3. Suami/istri sulit dimengerti
4. Sikap pasangan tiba-tiba yang berubah
5. Pasangan sering memeriksa Handphone
Hal-hal diatas adalah beberapa tanda yang bisa dilihat dari pasangan yang selingkuh. Namun dari setiap tanda sebaiknya dicermati dengan baik-baik, jangan sampai gegabah atau cepat mengambil kesimpulan yang pada akhirnya membuat masalah baru. Perlu waktu untuk membicarakan masalah tersebut secara baik-baik dan dengan pikiran jernih dengan pasangan, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Bagaimana menghadapi pasangan yang selingkuh? Dapat memaafkan dan Tidak mudah untuk percaya lagi.
Tidak mudah bagi istri/ suami ketika menghadapi peristiwa dikhianati atau diduakan. Pada laki-laki mungkin akan lebih hati-hati dan direncanakan matang ketika akan bersikap, namun berbeda dengan kaum perempuan yang cenderung lebih emosional dan gegabah dalam menyikapi suatu masalah. Namun, alangkah baiknya ketika kita mendengar kabar atau melihat suatu kejadian yang dalam benak kita mengatakan “Pasanganku telah Selingkuh”, kita hadapi dengan pikiran dingin. Situasi demikian perlu kita cari tahu kebenarannya, agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan adalah:
1. Menyelidiki atau mencari bukti tentang perselingkuhannya
2. Mengajak bicara pasangan
3. Buat komitmen baru
4. Tentukan sikap
Bagi istri yang memilih “berdamai” pada pasangan, mungkin timbul rasa tidak mudah percaya lagi. Adanya perselingkuhan sebelumnya membuat para istri lebih hati-hati dan tidak ingin terulang lagi. Peristiwa traumatik yang dialami oleh istri biasanya membuat adanya perubahan perilaku pada diri mereka ketika menghadapi pasangannya, misal yaitu “cenderung tidak lagi mudah percaya dengan yang disampaikan pasangannya, dan istri cenderung lebih mengawasi bahkan menyelidikinya ”.
Menentukan sikap ketika pasangan selingkuh
Setelah melihat peristiwa/kejadian bahwa pasangan kita selingkuh, ada dua sikap yang akan kita ambil, yaitu dapat memaafkan dan berdamai, atau sebaliknya berontak, marah, melawan dan minta cerai. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap tersebut dapat dikarenakan frekuensi seringnya perselingkuhan yang terjadi atau dampak besar yang telah disebabkan oleh perselingkuhan tersebut. Jika bersikap “memaafkan” dan “berdamai”:
1. Mau memaafkan
2. Berpikir positif tentang pasangan
3. Mengingat masa lalu bersama yang menyenangkan
4. Membangun atau menyambungkan perasaan yang sama
Namun sebaliknya, jika sikap yang diambil “bercerai”, berarti harus ada pertimbangan matang terhadap dampak/resiko yang akan dihadapi, seperti:
1. Dampak biologis, yaitu keadaan sendiri , dimana tidak lagi ada pemenuhan kebutuhan biologis dari pasangan.
2. Dampak ekonomi, yaitu beban ekonomi tidak lagi ditanggung bersama pasangan
3. Dampak emosi dan status sosial, yaitu adanya label “single parent”. Kadangkala adanya label demikian yang membuat seseorang secara emosi tidak siap karena seolah dipandang sebelah mata/ negatif oleh masyarakat.
Dari uraian di atas, semoga dapat menjadi perenungan kita semua agar mampu bersabar dan mengendalikan diri dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19. Tetap berpikir jernih terhadap situasi apapun, agar langkah yang kita ambil tidak menimbulkan kerugian dan keadaan yang lebih buruk.
Dian Dwi Puspita A, S.Psi, MA, Praktisi dan Konselor di Rumah Sakit. Pertanyaan bisa dikirim ke email: [email protected] atau [email protected])
Advertisement