Zuckerberg Tak Hapus Status Trump, Karyawan Facebook Protes
Sejumlah karyawan di Facebook menyampaikan keberatan atas sikap Facebook yang mempertahakan status Presiden Donald Trump atas protes di Minneapolis. Status itu sebelumnya juga diprotes oleh Twitter, yang menyebut konten itu "mengglorifikasi kekerasan,".
Presiden Donald Trump menulis jika ia akan "mengirim Pasukan Nasional" dan memperingatkan "jika pencurian mulai, maka penembakan dimulai".
Unggahan itu tetap ada di Facebook setelah Mark Zuckerberg mengatakan jika status itu tidak melanggar kebijakan perusahaan terkait kekerasan.
"Orang bisa berbeda pendapat tentang di mana kami harus menggambar garisnya, tapi saya berharap mereka memahami filosofi kami bahwa lebih baik berdiskusi secara terbuka, terutama jika yang dipertaruhkan sangat tinggi," kata Zuckerberg dalam statusnya di Facebook.
Namun sikap Facebook memancing frustasi dan kekecewaan pada sejumlah karyawannya. Mereka menunjukkannya di media sosial masing-masing.
"Aksi Facebook yang tidak menurunkan status Trump membuat saya malu kerja di sini," tulis Lauren Tan, teknisi jaringan lunak Facebook. "Saya sangat tidak setuju dengan ini,” tambahnya, dilansir dari BBC.
Sementara Manajer Produksi Rotimi Opeke menambahkan, "Saya tak yakin, apakah perusahaan melihat saya selain dari poin keberagaman," katanya.
Sementara, karyawan lain menyarankan agar Facebook membuat pengecualian, mengikuti konteksnya.
"Kami harus menyerang lebih keras sebagai sebuah perusahaan, untuk mendukung kawan dan penduduk kulit hitam, agar mereka tak menghadapi kekerasan lembaga dan struktural sendirian," tambah David Gills, direktur di desainer produksi di Facebook.
Sementara hari ini, Facebook mengumumkan dukungannya dalam melawan rasisme di Amerika Serikat. Perusahaan itu mengumumkan donasi sebesar USD10 juta untuk "upaya mengakhiri ketidakadilan rasial,". "Kami melihat kalian, mendengar, dan bersama kalian," kata Facebook di media sosial mereka. Meski tak jelas di mana sumbangan itu akan diberikan dan bagaimana distribusinya.