Zona Orange, Begini Pembelajaran Tatap Muka di Jombang
Kabupaten Jombang, Jawa Timur, masuk dalam kategori zona oranye. Hingga saat ini tercatat ada 706 kasus pasien terkonfirmasi positif covid, 560 pasien sembuh, serta 68 orang meninggal.
Sementara itu, lantaran berstatus zona oranye, sebanyak 13 Sekolah Menengah Atas dari 46 SMA di Jombang mulai memberlakukan uji coba pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) sejak Senin, 7 September 2020. Salah satunya SMAN Ngoro.
Tampak sejumlah siswa berduyun-guyun datang dengan mengendarai sepeda ontel. Ada pula yang menaiki sepeda motor. Dari rona wajah mereka terlihat begitu bersemangat. Para siswa membawa tas ransel dan bermasker. Pertama kali masuk gerbang sekolah, mereka disambut dua petugas untuk mengecek suhu tubuh menggunakan thermo gun.
Siswa-siswi yang lolos screening suhu ini lantas memarkir kendaraan mereka. Area parkir dibuat berjarak 2 meter, di mana di dekatnya berjajar wastafel cuci tangan lengkap dengan sabun cair.
“Kami mulai memberlakukan pembelajaran tatap muka terbatas sejak 7 September 2020. Sebelumnya ada surat pengajuan dari Kepala Cabang Dinas Provinsi Jawa Timur kepada Bupati Jombang untuk pembelajaran ini. Setelah disetujui dengan beberapa syarat oleh bupati, kami segera menyiapkan semua yang dibutuhkan,” kata Sujiono, Kepala Sekolah SMAN Ngoro kepada Ngopibareng.id pada Kamis, 10 September 2020.
Sujiono menyambut hangat surat edaran perizinan PTMT dari bupati yang diterimanya pada 2 September 2020. Sujiono lantas melakukan beberapa persiapan.
Di antaranya menyediakan masker, hand sanitizer, wastafel cuci tangan, membentuk gugus tugas Covid dan menerapkan sejumlah aturan khusus untuk guru dan siswa. Selain itu, pembatasan durasi pembelajaran tatap muka, menerapkan kurikulum kondisi khusus serta pembatasan fasilitas kantin dan musala.
Langkah di atas diambil dalam rangka memenuhi syarat yang diajukan pemerintah setempat. Seperti Menjamin protokol kesehatan, membatasi jumlah siswa, membuat kurikulum kondisi khusus, dan memperoleh izin dari orang tua murid.
“Sebelum siswa masuk, harus ada surat izin dari orang tua dulu, jika tidak ada tidak boleh ikut kelas. Kami juga sudah melakukan survei perizinan orang tua. Serta memberi surat edaran pemberitahuan imbauan akan peraturan yang harus ditaati siswa saat PTMT,” ujarnya.
3 Jam untuk Konsultasi Klinis
Untuk memastikan bahwa sekolah siap menjalankan PTMT, SMAN Ngoro telah dikunjungi beberapa pihak. Pada tanggal 2 September 2020 terdapat kunjungan dari Pengawas Pembina SMAN Ngoro. Sedangkan pada 7 September 2020, ada peninjauan dari petugas Puskeasman Kesamben Ngoro. Tak hanya itu, sekolah juga mengantongi surat dukungan pemberlakuan PTMT dari Camat Ngoro.
Sementara itu, untuk kurikulum sendiri, waktu 3 jam yang diperbolehkan untuk PTMT dimanfaatkan untuk kelas konsultasi. Kelas ini membahas kesulitan yang dialami siswa dalam belajar.
Setiap harinya, ada dua mata pelajaran yang bisa dikonsultasikan dengan guru sejak pukul 07.00 hingga 09.30 WIB. Pada pukul 10.00 hingga 14.00 WIB, siswa melanjutkan pembelajaran daring di rumah masing-masing.
“PTMT khusus untuk konsultasi kesusahan siswa. Mereka bisa menayakan yang mereka kurang paham baik dari dirinya sendiri atau titipan teman. Siswa dalam kelas kami bagi sesuai potensi siswa. Ada yang pintar, cukup dan kurang. Agar saling mengisi dan diskusinya aktif,” kata alumnus Universitas Negeri Surabaya itu.
Untuk menghindari penyebaran Covid-19, Sujiono menerapkan kelas hanya berisi 9 siswa. Dari 722 siswa, sejumlah 132 siswa mengantongi izin. Jadwal masuk para siswa akan digilir. Tempat duduk pun dibuat berjarak lebih dari 2 meter.
“Kami sangat serius dalam menangani PTMT, nggak main-main. Siswa dan guru harus membawa spidol sendiri. Siswa juga harus bawa bekal. Tempat duduknya kami batasi dan kelas setiap selesai pembelajaran kami disinfeksi,” tutupnya.
PTMT ini disambut positif oleh Mahendra Prasetya, murid kelas 10 peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Mahendra mengaku bahagia karena bisa bertemu teman sekelasnya.
“Saya lebih senang karena bisa berjumpa dengan teman-teman. Selain itu lebih mudah memahami materi pelajaran karena bertemu langsung. Saat pembelajaran daring di rumah biasanya susah sinyal, jadi agak kesusahan belajarnya,” ceritanya.
Mapel Praktik dan Dibagi Dua Shift
Sementara itu, selain SMA, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Jombang juga mengantongi izin memberlakukan PTMT. Adalah SMKN 3 Jombang. Berbeda dengan SMA, mata pelajaran atau mapel yang diperbolehkan untuk PTMT yang bersifat praktik.
Bukan ruang kelas, siswa akan belajar di tujuh bengkel kompetensi keahlian. Seperti teknik permesinan, instalasi, tenaga listrik, komputer jaringan, elektro dan geomatika. Pihak sekolah juga memberlakukan protokol kesehatan lengkap untuk siswa sebelum dan sesudah kelas.
“Kami mengantongi izin dari Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud untuk uji coba PTMT mapel praktik selama satu bulan. Kami lantas mengirim surat pemberitahuan ke Cabang Dinas, Polsek, Koramil, Kecamatan dan puskesman. Sejumlah peraturan ketat juga kami terapkan,” tegas Muadim, Wakahumas SMKN 3 Jombang.
Muadim menyebut, siswa yang mengikuti PTMT hanyalah siswa yang mengantongi izin dari orang tua secara tertulis. Sebelum masuk bengkel, siswa akan dicek suhu sebanyak dua kali. Siswa juga diwajibkan bermasker, mencuci tangan sesudah dan sebelum melakukan praktik. Pintu masuk dan pintu keluar siswa juga dibedakan.
Jam masuk siswa dibagi ke dalam dua shift. Pagi pukul 07.00 hingga 10.45 WIB, dan Siang pukul 12.20 hingga 15.00 WIB. Per bengkel akan diisi maksimal 9 siswa yang masuknya diatur sesuai nomor urut absen.
“SMK berbeda dengan SMA, untuk SMK kalau nggak praktik langsung nanti kebingungan. Ruang seluas 23x21 meter hanya untuk 9 orang. Meskipun tatap muka, kami tetap menjaga kesehatan,” tutup alumnus teknik sipil Universitas Brawijaya itu.
Advertisement