Zona Merah, Pakar Desak PSBB di Bangkalan
Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Windhu Purnomo meminta kepada Pemerintah Kabupaten Bangkalan untuk segera menginjak rem atau melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena lonjakan kasus konfirmasi positif virus corona atau Covid-19 yang sangat tinggi dalam waktu hampir dua minggu ini.
Bahkan, berdasar update peta risiko penyebaran yang diupdate oleh Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional, peta Bangkalan yang sebelumnya masuk zona oranye (risiko penyebaran sedang) menjadi zona merah (risiko tinggi).
Windhu mengatakan, PSBB ini harus segera diambil agar virus tidak menyebar ke daerah lain dan tidak menambah kasus yang lebih besar lagi di Bangkalan.
"Saat ini PSBB adalah pilihan yang terbaik agar segera dihentikan penyebarannya. Kemudian di dalam wilayah sendiri harus menerapkan protokol kesehatan, bahkan kalau perlu ada law enforcemen," kata Windhu kepada Ngopibareng.id, Rabu 16 Juni 2021.
Apalagi, kata dia, saat ini sudah ditemukan dua kasus Covid-19 dengan varian baru B-1.617.2 asal India. Virus yang masuk katagori delta ini disebut lebih berbahaya dibanding varian sebelumnya yang berasal Wuhan, Inggris, Afrika Selatan, dan juga Brazil. Sebab, tingkat penularannya 98 persen lebih cepat dan lebih luas, serta vaksin yang sudah diterima masyarakat untuk membentuk antibodi bisa ditembus.
Karena itu, ia betul-betul memberi peringatan kepada Pemkab Bangkalan untuk segera melakukan PSBB dan tidak memberi akses untuk keluar daerah.
"Jalannya Bangkalan ini harus dikunci tidak lagi sekadar orang boleh lintas batas ke Surabaya. Swab antigen itu tidak seakurat PCR, bisa saja terjadi false negative kalau ketika lewat dan melakukan kontak dengan orang lain akan berbahaya padahal sebenarnya dia positif," pungkaanya.
Seperti dikabarkan sebelumnya, telah terjadi lonjakan kasus yang begitu signifikan di Bangkalan pasca masa libur lebaran dan kepulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ternyata membawa varian baru Covid-19 di Indonesia.
Kondisi ini kemudian diperparah lagi oleh masyarakat Bangkalan yang begitu abai terhadap protokol kesehatan. Ketika tidak menerapkan prokes membuat penularan jauh lebih cepat dan mudah.