Zohri yang Merana dan Bob Hasan, Tokoh Sepuh Ini Kritik Jagat Olah Raga Kita
"Tapi saya berhasil tarik dia dan sejak saat itu Bob makin senang dgn atletik. Pada tahun 1979 ganti saya jadi Ketua Umum ketika harus jadi duta besar di Jepang," kata Sayidiman Suryohadiprojo.
Lalu Muhammad Zohri menyentak Indonesia dan dunia. Saat banyak orang Indonesia seperti banyak orang pula di belahan lain Bumi tengah "tersihir" ajang Piala Dunia 2018, Zohri membuktikan bahwa anak bangsa ini bisa menjadi juara dunia dari cabang olahraga lari jarak pendek.
Untuk pertama kalinya, nama Indonesia mencuat di ajang lari dunia kelompok umur 20 tahun yang digelar Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF World U-20 Championship) di Finlandia, sejak hajatan itu pertama kali digelar pada 1986, bahkan di ajang dunia untuk kompetisi atletik yang mana saja.
Pelbagai soal muncul terkait kemenangan Zohri. Mulai dari tiadanya perhatian pemerintah hingga latar belakang keluarga sang atlet dibicarakan. Untung, keberangkatan Zohra ke Finlandia itu atas kepedulian Bob Hasan, mantan menteri di era Orde Baru yang terpenjara kasus korupsi.
Terlepas dari itu, Bob Hasan ternyata punya komitmen yang tinggi terhadap dunia olahraga di Indonesia.
Tokoh sepuh nasional, Sayidiman Suryohadiprojo angkat bicara soal pembinaan olahraga ketika Lalu Muhammad Zohri itu menjadi juara dunia. Kepada ngopibareng.id, Letjen TNI (purnawirawan) kelahiran Bojonegoro 21 September 1927 ini, mengungkapkan, "idzinkan saya memberikan pendapat semoga ada manfaat bagi masyrakat RI."
"Latihan teknik OR-nya, pendidikan mental & fisik, penyediaan makan yg cocok, penyelenggaraan pertandingan secara teratur untuk ukur hasil pembinaan, termasuk di luar negeri., dll. Ini semua memerlukan dana," kata Sayidiman Suryohadiprojo.
Berikut pandangan Sayidiman Suryohadiprojo disampaikan Minggu, 15 Juli 2018, lengkapnya:
"Sebaiknya Anda semua tahu bagaimana cabang-cabang Olah Raga di Indonesia dibina. Saya bisa uraikan itu karena menjadi Ketua Umum PASI th 1974-1979 dan Ketua KONI urusan Daerah dari 1975-1979 dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Ketua Umum.
Peran Pemerintah RI dalam pembinaan Olah Raga hampir nul. Beda dengan negara-negara lain seperti dulu Uni Soviet, Jerman Timur, RRC. Padahal, untuk membina atlet di semua cabang Olah Raga (OR) perlu ada banyak kegiatan, seperti latihan teknik OR-nya, pendidikan mental & fisik, penyediaan makan yg cocok, penyelenggaraan pertandingan secara teratur untuk ukur hasil pembinaan, termasuk di luar negeri., dll. Ini semua memerlukan dana.
Sedangkan KONI dan Organisasi Cabang OR tidak punya anggaran dari Pemerintah. Saya lihat bahwa PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) tidak mungkin maju kalau tidak ada sumber dana memadai. Itu sebabnya pada tahu 1975 saya ajak pak Bob Hasan menjadi Ketua PASI bidang Dana, melihat posisi pak Bob waktu itu dan hubungannya dgn Pak Harto.
Awalnya ia tidak mau karena merasa tak tahu apa-apa tentang atletik. Tapi saya berhasil tarik dia dan sejak saat itu Bob makin senang dgn atletik. Pada tahun 1979 ganti saya jadi Ketua Umum ketika harus jadi duta besar di Jepang. Dan sejak itu pak Bob Hasan pegang pimpinan PASI sampai sekarang dan makin senang serta kuasai atletik.
Masalahnya kalau satu saat Bob harus diganti. Orang-orang yang tahu atletik dan bisa pimpin PASI ada, seperti sekjen PASI pak Tigor Tandjung. Tapi mereka tidak punya sumber dana seperti pak Bob Hasan.
Sebab itu, karena NKRI perlu punya prestasi dan tempat memadai dalam Dunia OR harus ada manajemen yang bersifat nasional dalam Dana. Dan tidak tergantung perorangan. Pemerintah harus punya peran untuk menjamin tersedianya dana dan fasilitas sehingga terbina prestasi OR yang tinggi.
Sebagai contoh : ketika saya jadi dubes di Jepang prestasi Jepang dlm sepakbola rendah, jauh di bawah PSSI. Sebab di masyarakat memang tidak populer, jauh di bawah baseball yang sudah jadi OR rakyat. Tapi minat kepada sepakbola pada tahun 1980 tumbuh dan pada tingkat SMA mulai ada kegiatan.
Pada tahun 1983 sudah ada kompetisi antar SMA. Pembinaan meningkat dan menurut almarhum pak Wiyoga yang ganti saya pada tahun 1988 sepakbola sudah menyamai populernya baseball di masyarakat. Itu meningkat terus dan sekarang sudah pada tingkat internasional ranking tinggi.
Sebaliknya PSSI makin turun dibanding tahun 1980. Maka saya anjurkan kepada Anda yang masih muda-muda untuk usahakan perubahan dalam manajemen OR Nasional kalau ingin NKRI punya tempat terhormat di OR Internasional. Salam, Sayidiman.
(adi)