Zidane Iqbal, Amunisi Muda MU yang Mencuri Perhatian
Dalam tur pra-musim Manchester United kali ini ada wajah baru yang akhir-akhir ini berhasil mencuri perhatian banyak orang. Ia adalah Zidane Aamar Iqbal. Bukan karena ada kesamaan nama dengan bintang Prancis di Piala Dunia 1998, tapi karena bakatnya yang menonjol.
Pemain berusia 19 tahun ini menjadi pemain Asia Barat pertama di tubuh Manchester United. Penampilan pemain berdarah Irak ini memang sangat impresif dari dua pertandingan pra-musim bersama MU, saat mengalahkan Liverpool 4-0 dan Melbourne Victory 4-1. Sampai-sampai, pujian mengalir deras datang dari berbagai kalangan.
Meski tak mencetak gol dalam dua laga persahabatan itu, gelandang belia yang digadang-gadang menjadi dirigen lini tengah MU ini dianggap visioner. Ia juga dibekali kemampuan mengolah si kulit bundar di atas rata-rata.
Kepercayaan Erik ten Hag untuk memberikan menit bermain dari bangku cadangan pun dibayar lunas.
Debut Zidane
Pada 8 Desember 2021, pemain muda itu melakukan debut resminya bersama Manchester United di bawah asuhan Ralf Rangnick. Kala itu MU bermain 1-1 dengan Young Boys di Liga Champions. Zidane masih berusia 18 tahun, tujuh bulan, dan 11 hari. Setelah itu, namanya seperti ditelan bumi.
Setelah tongkat estafet kepelatihan MU berada di tangan Erik ten Hag, Zidane tak sekadar muncul kembali, tapi juga berkilau. Liukannya saat melewati hadangan Fabinho benar-benar memukau. Gelandang kenyang pengalaman Liverpool itu pun dibuat kelabakan. Zidane juga berhasil mengirim umpan terukur dari jarak sekitar 36 meter kepada Anthony Elanga.
Bukan itu saja, saat berhadapan dengan Melbourne Victory, lagi-lagi Zidane membuat banyak orang terperangah lewat gerakan memutar 360 derajat yang sering dilakukan Zinedine Zidane untuk melepaskan diri dari kepungan lawan.
"Ini tur pertama saya dengan tim utama dan saya senang," ujar Iqbal setelah pertandingan melawan Liverpool seperti dikutip dari Marca.
"Sangat bagus untuk memulai dengan kemenangan melawan Liverpool. Saya ingin berterima kasih kepada pelatih atas kepercayaannya."
Bagi mereka yang sudah mengenalnya sejak pertama kali muncul sebagai pemain muda, kebangkitannya bukanlah hal yang mengejutkan.
"Manchester United, City dan Liverpool sangat dekat di belakangnya. Dia memiliki banyak bakat dalam menguasai bola. Saya ingat di turnamen 6v6 kami harus melepasnya. Dia sangat superior, sehingga tampak tidak adil bagi tim lawan. Terkadang kami' bahkan menempatkannya di gawang," kenang Stewart Hamer, pelatih pertamanya di Sale United.
Zidane memilih untuk bergabung dengan Manchester United pada usia sembilan tahun, setelah tumbuh besar di rumahnya yang terletak dua mil dari Old Trafford. Dia baru saja memperpanjang kontraknya hingga 2025, dan bagi Hamer, kisah Zidane baru saja dimulai.
"Ini adalah hasil manis dari kerja kerasnya di akademi, tapi mudah-mudahan ini hanya awal dari cerita," Hamer dengan bangga setelah debutnya melawan Young Boys.
"Saya tumbuh dengan bersorak untuk klub ini dan membuat debut Liga Champions saya untuk Manchester United di Old Trafford adalah suatu kehormatan yang luar biasa," kata Zidane, pemain akademi ke-241 yang melakukan debut seniornya.
Idolakan Mesut Ozil
Selain memiliki nama yang sama, Zidane Iqbal bermain dengan gaya yang mirip dengan Zinedine Zidane, sangat berbakat dan inventif seperti legenda Prancis itu.
Namun 'permata' baru United itu memiliki idola yang berbeda, bukan Zinedine Zidane.
“Saya mengagumi Mesut Ozil karena dia seorang Muslim, seperti saya,” ungkap Zidane.
Inggris, Irak, dan Pakistan
Namanya membuat asal-usulnya jelas. Zidane Aamar Iqbal lahir di Inggris, tetapi ayah dan ibunya adalah keturunan Pakistan dan Irak.
"Saya dibesarkan di Manchester sepanjang hidup saya, jadi saya akan mengatakan saya bangga sebagai 'Mancunian'. Tapi saya juga bangga dengan warisan saya. Saya bangga menjadi orang Inggris, Pakistan, dan Irak," akunya.
Dia memiliki pilihan bermain untuk Pakistan atau Inggris, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk mewakili Irak. Dia melakukan debutnya dalam pertandingan resmi dalam kemenangan 1-0 melawan Iran pada 27 Januari 2022.
"Saya merasa ini adalah keputusan yang tepat untuk karier saya," katanya.
"Merupakan kehormatan besar untuk mewakili Irak. Keluarga saya bangga dengan saya dan saya merasa bermain di kualifikasi Piala Dunia akan menjadi langkah maju dalam karier saya."
Advertisement