Ziarah Kubur: Menjaga Adab, Memperbarui Amal Kehidupan
Ziarah kubur merupakan tradisi yang begitu erat dalam kehidupan masyarakat Nusantara. Bahkan sampai saat ini, ziarah ke makam para wali menjadi tradisi yang banyak diminati oleh muslim Indonesia, terlebih menjelang bulan puasa ini.
Salah satu alasan dari kuatnya animo masyarakat berziarah adalah untuk ngalap berkah, atau menginginkan keberkahan dalam hidup.
Mursyid Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Mu’tabaroh An Nadhliyyah (JATMAN), Habib Luthfi bin Yahya memberikan alasan yang cukup unik perihal manfaat ziarah kubur ke berbagai makam wali. Ia memaparkan, salah satu hikmah dari ziarah kubur adalah memberikan dampak peningkatan ekonomi terhadap masyarakat sekitar.
“Ziarah mengajarkan kita malu, para wali yang sudah meninggal beberapa ratus tahun lalu saja masih bisa memberikan manfaat terhadap orang yang masih hidup, sedangkan yang masih hidup malah membuat susah kehidupan di sekitarnya,” ungkapnya.
Habib Luthfi menambahkan, di makam para wali tidak henti–hentinya dentuman tahlil dan bacaan Al-Quran terus dilafadzkan. Hal ini menandakan bahwa semasa hidupnya para wali begitu teguh mensyiarkan agama Allah sehingga sampai meninggal pun masih sanggup mengumpulkan orang dalam kebaikan.
“Walaupun para wali sudah meninggal berabad–abad lamanya, namun mereka masih sanggup untuk mengumpulkan orang melantunkan kalimat thoyibah dan bacaan Al-Quran. Sedangkan kita ngaji habis maghrib saja masih belum bisa istiqomah,” tuturnya.
Menjaga Adab, Memperbarui Amal Kehidupan
Pada bagian lain, Habib Luthfi mengatakan, orang yang berziarah kubur itu seperti penyiar televisi yang terus membacakan agenda yang akan diadakan didalam tv, tapi tidak bisa melihat yang nonton televisi.
"Itulah orang ziarah kubur seperti kita membacakan Yasin, Shalawat, tahlil kepada para beliau, kita ya tahunya maqbarohnya saja, nisan dua. Tapi yang didalam kubur kita masih apa terang tau semua, hajatnya apa kepada Allah SWT para beliau mengetahui. Inkisyafnya beliau pada waktu hidup dengan inkisyafnya setelah mati tiga kali lipat para beliau, jadi lebih tajam lebih awas lagi dibanding masa hidupnya yang didalam barzah," paparnya.
"Makanya, disebutkan dalam kitab Jami' Karomatul Auliya sebaiknya orang ziarah kubur adalah menata adabnya dahulu," jelas Habib Luthfi.
Ia menilai, banyak orang ziarah kepada para auliya tidak hasil maksudnya.
"Apa sebabnya? Min suuil adab, adabnya tidak terjaga," tegasnya.
Tetapi, banyak orang yang pas-pasan tapi ketika berziarah kepada para auliya dia akhlaknya bagus, adabnya bagus. Menurutnya, orang tersebut justru cepat diijabah oleh Allah SWT.
Habib Luthfi menjelaskan, didalam kubur, Waliyullah yang selalu menghafal ataupun membaca Al-Quran didalam kuburnya pun akan terus melaksanakan hal serupa.
"Jangan dikira tidak. Yang ahli qiyamullail masih qiyamulail, yang ahli shalawat kepada nabi masih mendawamkan Shalawat Nabi, yang ahli dzikir sama, lho apa ndak putus? Tidak. Mengapa demikian? Tajdidul amal fi hayatihim, memperbaharui amal kehidupan beliau di dunia, di perbaharui terus. Dengan demikian masih mendapatkan pahala. Karena memperbaharui amaliahnya didunia," tuturnya.
"Yang ahli silaturahim masih keliling, apalagi ahli daroq, diberi wewenang oleh Allah SWT kalau dipanggil masih keluar dari kuburnya untuk menolong mukmin muslim. itu ada haditsnya," tandas Habib Luthfi.