Ziarah Jelang Ramadhan Sepi, Juru Doa Nganggur
Tradisi berzirah kubur menjelang puasa sekarang ini terlihat sepi. Berbeda dengan tahun sebelumnya. Selain ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ada yang takut tertular virus corona yang katanya bergentayangan di makam makam.
"Saya takut ke makam, berdoa untuk almarhum ayah dari rumah saja. Takut kena corona," kata Enny, warga Kayu Manis Jatinegara, Jakarti Timur.
Kata Enny, doa untuk leluhur digelar di rumah dengan menghadirkan seluruh anggota keluarganya. Adik kandung dan famili lainnya dikumpulkan, kemudian berdoa bersama pengganti ziarah ke kubur.
Ayah Enny meninggal dunia empat tahun lalu dan dimakam di TPU yang tidak jauh dari rumanya.
Sepinya ziarah kubur menjelang bulan suci ramadhan berdampak pada penghasilan juru doa di makam. Nasib juga dirasakan oleh penjual jasa pembersih makam serta pedagang bunga.
Ziarah kubur yang menjadi tradisi menjelang puasa ramadhan adalah saat yang ditunggu-tunggu penjual jasa di makam. Tapi dengan adanya pendemi corona dan PSBB, tidak ada yang berziarah.
"Ada satu dua orang saja, bisa dihitung dengan jari. Beda dengan tahun-tahun sebelumnya, makam penuh sesak peziarah," kata Mat Jali warga Betawi yang tinggal di Karet Tangsin, Tanah Abang Jakarta Pusat, tak jauh TPU Karet Bivak.
Cerita Mat Jali, setiap mendekati puasa ia selalu berada di TPU Karet. Supaya mudah dikenali sebagai pembaca doa, dia selalu memakai sarung, baju koko dan songkok putih.
"Bacaan yang saya hafal surat Al Fatehah, Qulhu (al akhlas) dan doa sapu jagat Robbana atina," kata Jali.
Imbalan yang dia peroleh dari peziarah atas jasanya membacakan doa bermacam-macam. Tergantung kedermawanan para peziarah.
"Ada yang ngasih Rp10.000 ada yang Rp20.000 saya terima saja. Namanya juga amal," kata pria yang merangkap tukang ojek pangkalan.
Penghasilannya menjelang puasa biasanya bisa mencapai Rp250.000 sehari. Ini bisa untuk tambah dapur.
"Sekarang gara-gara pagebluk corona, boro-boro Rp250.000, lima puluh perak saja susah. Ampun dah," keluh bapak tiga anak tersebut saat berbincang dengan ngopibareng.id, Rabu 22 April 2020.
Selain ada jasa pembaca doa makam, juga ada jasa pembersih makam. Modalnya cuma sapu, sabit pemotong rumput dan timba buat tempat air untuk menyiram tanah di atas gundukan makam yang baru dibersihkan supaya kelihatan segar.
Pola kerjanya keroyokan dan minta duitnya pun cenderung memaksa. Satu dikasih, lainnya gemberuduk ikut minta, membuat peziarah tidak nyaman.
"Masa kami lagi berdoa, dikeroyok untuk dimintai duit untuk jasa bersihkan makam. Padahal cuma disapu srek...srek doang," keluh Arifah, salah satu peziarah.
Sepinya pezirah juga memukul pedagang bunga yang berderet-deret dekat pintu makam. Sudah terlanjur mencari pinjaman modal untuk jualan bunga, yang ziarah tidak ada.
"Dari pagi sampek sore, cuma laku lima bungkus, dapet duit Rp50.000. Modal saya hari ini Rp250.000," kata Munari, salah satu pedagang bunga kagetan di TPU Karet Bivak.