Zaman Presiden ke Presiden, Ketika Mikhail Gorbachev ke Gereja
Selalu ada olok-olok dalam politik. Tentu, perolokan itu bersifat humor. Ya, humor politik berlangsung ketika ada masa kebuntuan dalam mengungkap kritik.
Ada juga otokritik dari masa ke masa. Disampaikan sebagai keleluasaan untuk menilai suatu masa. Sebagaimana dua humor politik berikut.
1. Zaman Presiden
Seorang bapak berumur setengah baya berkata,
"Hidup paling senang waktu zaman Sukarno dan Soeharto. Zaman Habibie, Gusdur dan Megawati hidup yang paling menyedihkan kurasakan."
Seorang pemuda datang bertanya,
"Mengapa bapak katakan begitu".
"Nak kalau kamu mau tahu dengar. Zaman Sukarno aku masih anak-anak hidupku senang karena aku masih dimomong sama bapakku dan mbokku. Zaman Soeharto hidupku senang karena zaman ini aku dikawinkan oleh bapakku tapi kalau jamannya Habibie, Gusdur dan Megawati kesusahan selalu menerpa hidup. Bayangin aku harus bekerja untuk menghidupi keluargaku isteri dan ke lima anakku. Apalagi zaman sekarang, le..le cari yang haram aja susah tahu !!!"
2. Ketika Gorbachev ke Gereja
Tertarik untuk mendapatkan jawab mengapa orang masih percaya pada Tuhan di bawah sistem Uni Soviet, Presiden Gorbachev melakukan kunjungan mendadak ke sebuah gereja yang paling berpengaruh.
Ia melihat seorang perempuan mendekati altar lalu berlutut dan memohon,
"Apakah Vladie, anak saya, kelak dapat menjadi seorang insinyur dan memiliki karir yang baik?"
Tiba-tiba terdengar suara yang besar menjawab dari surga, "Hai perempuan yang baik, karena selama ini kamu telah menunjukkan kekuatan imanmu, selama kamu masih hidup, kamu akan menyaksikan anakmu menjadi insinyur dan memiliki karir yang sukses".
Kemudian seorang lelaki gantian mendekati altar dan berlutut lalu bertanya, "Apakah saya kelak berkesempatan melihat anak saya yang diwisuda menjadi dokter?".
"Ya." jawab suara dari surga. "Karena amal baikmu selama ini, kamu dalam hidupmu akan berkesempatan menyaksikan anakmu menjadi dokter."
Mikhail Gorbachev sangat kagum menyaksikan peristiwa itu. Dengan perlahan-lahan ia mendekati altar dan berlutut lalu bertanya,
"Apakah saya kelak berkesempatan menyaksikan bendera komunis berkibar di seluruh penjuru dunia?"
Suara dari surga terdengar bergemuruh, "Tidak! Selama saya masih hidup!"
Ha?