Zakat Fitrah Wajib Dibayar Sebanyak Satu Sha’, Ini Penjelasannya
Dalam hadits Ibn Umar, umat Islam diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak satu sha’. Istilah sha’ telah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan ejaan “sak”.
Dalam kamus tersebut, kata “sak” berarti saku, karung, kantong. Misalnya saku baju atau karung semen. Artinya konsep umum dalam kata “sak” itu adalah sebuah wadah.
Meskipun sedikit mengalami perubahan makna, namun masih sama dalam konsep umumnya, yaitu menggambarkan suatu wadah tempat menampung sesuatu, biasanya air minum.
Hadits tentang wajibnya membayar zakat sebesar satu sha’ sebagaimana berikut: Dari ‘Abdullh Ibn ‘Umar [diriwayatkan] bahwa Rasulullah SAW mewajibkan membayar zakat fitrah guna mengakhiri Ramadan atas setiap jiwa orang Muslim, baik orang merdeka maupun hamba, orang laki-laki maupun perempuan, atau anak kecil maupun orang dewasa, sebanyak satu sha’ tamar atau satu sha’ syair (jewawut) [HR Muslim].
Dalam menentukan besaran takaran satu sha’ Rasulullah saw berdasarkan hadis di atas, satuan timbangan yang dapat menjadi perantara bagi para fukaha dan juga bagi kita sekarang adalah satuan timbangan yang dinamakan ritil (rithl/pon). Penggunaan ritil ini penting untuk mengetahui besaran sha’ yang dimaksud Rasulullah Saw. [Catatan: sha’ adalah satuan takaran (sukatan). Sedangkan ritil adalah satuan ukuran berat (timbangan)].
Ritil yang digunakan oleh para fukaha untuk mengkonversi sha’ adalah ritil Baghdad (ritil Irak), karena ritil ini yang luas pemakaiannya di kalangan umat Islam. Dalam Kitab al-Kharaj, Abu Yusuf menyatakan bahwa ukuran satu sha’ itu sebanding dengan 5⅓ ritil Baghdad. Perlu dicatat bahwa yang ditimbang tersebut adalah gandum. Jadi berat satu sha’ sama dengan 5⅓ ritil itu adalah berat gandum.
Terkadang para fukaha mengaitkan pula ritil Baghdad dengan timbangan lain, yaitu miskal dan dirham. Perlu dicatat bahwa masing-masing miskal dan dirham ada dua macam, yaitu miskal dan dirham sebagai bandul timbangan barang (yang kecil-kecil); dan dirham serta miskal mata uang yang disebut dinar.
Bandul miskal beratnya 4,53 gram dan bandul dirham beratnya 3,17 gram. Nisbah antara keduanya adalah 10 berbanding tujuh. Sementara itu, dikutip dari Imam Nawawi, berat satu ritil sama dengan 90 miskal.
Apabila berat 1 miskal sama dengan 4,53 dan berat 1 ritil sama dengan 90 misal, maka berat satu ritil sama dengan 90 miskal dikali 4,53 gram = 407,7 gram (terkadang para penulis membulatkannya menjadi 408 gram).
Jadi, 1 ritil beratnya 407,7 gram, dan berat 1 sha’ (5⅓ ritil) sama dengan 407,7 x 5,33 = 2.174,26 gram (2,17426 kg (dibulatkan 2,174 kg). Ini adalah berat gandum, bukan beras. Berat jenis gandum bervariasi antara 0,70 sampai 0,80.
Menurut Ali Mubarak, berat jenis gandum Hijaz rata-rata 0,79. Artinya, setiap 1 liter gandum Hijaz sama dengan 0,79 kg.
Satu Sha’ Beras, Berapa Kilogram?
Untuk menentukan satu sha’ beras harus mengetahui terlebih dahulu konsep berat jenis. Berat jenis adalah rasio berat suatu benda terhadap besaran volume yang disebutkan dalam satuan angka.
Antara benda yang satu dengan benda yang lain terdapat perbedaan berat jenis yang beragam sekali. Hal itu disebabkan oleh kepadatan massa masing-masing benda. Benda yang lebih padat massanya akan lebih besar berat jenisnya seperti logam. Benda yang lebih renggang massanya seperti kapas berat jenisnya lebih ringan.
Benda yang sama besar volume dan beratnya maka berat jenisnya adalah 1, dan itu adalah air dingin pada suhu 4º. Jadi satu liter air dingin beratnya adalah satu kg. Terdahulu telah dijelaskan bahwa berat jenis rata-rata gandum Hijaz adalah 0,79.
Dengan data ini dapat dihitung berat 1 sha’ air dingin dengan mengalikan berat 1 sha’ gandum dengan perbandingan berat air dan gandum, yaitu 2,17426 kg x 100 : 79 = 2,7522278481 kg (dibulatkan 2,752 kg).
Dengan demikian dapat diketahui bahwa 1 sha’ air sama dengan 2,752 liter.
Bila kita perhatikan untuk mengunjungi beberapa penjual beras. Beras berat jenisnya sangat beragam. Dalam literatur dikatakan ada yang berat jenisnya 0,720; 0,730; 0,753.
Dari beragam jenis beras yang ia timbang, yang paling ringan adalah yang berat jenisnya 0,766 dan yang paling berat adalah 0,823. Di tengah-tengahnya terdapat variasi antara lain: 0,794; 0,817; 0,819; 0,821.
Data ini dapat mengetahui satu sha’ beras dalam satuan kilogram.
Jika satu sha’ Rasulullah adalah 2,752 liter, maka tergantung kepada berat jenis berasnya. Jika beratnya 0,823, maka cara menghitungnya adalah dengan mengalikan berat 1 sha’ air dingin (2,752 kg) dengan berat jenis beras, yaitu 2,752 kg x 0,823 = 2,264896 kg (dibulatkan 2,26 kg).
Apabila dipakai beras yang lebih ringan, hasilnya akan lebih ringan pula. Misalnya, dari daftar di atas, beras dengan berat jenis 0,794 (C4 dengan merek tertentu, harga Rp. 10.000,- per kg). 1 sha’ (2,752 kg) x 0,794 = 2,185088 kg (dibulatkan 2,19 kg).
Dari apa yang dikemukakan di atas, ada kesimpulan bahwa bahwa penetapan zakat fitri sebesar 2,5 kg sudah sangat jauh mengantisipasi kekurangan timbangan atau perbedaan bermacam-macam jenis beras.
Kadar zakat fitrah tidak perlu ditingkatkan sampai 3 kg atau lebih, karena banyak masyarakat Indonesia yang kemampuan ekonominya minim, meskipun hal itu tidak terasa oleh kelas menengah ke atas.
Tetapi apabila ada yang mau membayar zakat fitrah secara suka rela lebih dari itu, maka itu dapat dipandang sebagai tatawuk.
Demikian penjelasan Syamsul Anwar, dari Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, seperti dilansir laman muhammadiyah.or.id.
Advertisement