Yusril: Darurat Sipil Tak Relevan untuk Melawan Corona
Pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mahendra menegaskan, pasal-pasal dalam Perpu Nomor 23 Tahun 1959 yang mengatur Darurat Sipil, tidak relevan dengan upaya melawan wabah virus corona. Pengaturannya hanya efektif untuk mengatasi pemberontakan dan kerusuhan, bukan mengatasi wabah yang mengancam jiwa setiap orang.
Satu satunya pasal yang relevan hanya pasal yang berkaitan dengan kewenangan Penguasa Darurat Sipil untuk membatasi orang ke luar rumah. "Ketentuan lain seperti melakukan razia dan penggeledahan hanya relevan dengan pemberontakan dan kerusuhan," kata Yusril dalam pernyataan tertulis Rabu, 1 April 2020.
Begitu juga pembatasan penggunaan alat-alat komunikasi yang biasa digunakan sebagai alat untuk propaganda kerusuhan dan pemberontakan dikatakan juga tidak relevan.
"Dalam Perpu ini keramaian-keramaian masih diperbolehkan sepanjang ada izin dari Penguasa Darurat. Bahkan ada pasal yang kontra produktif karena Penguasa Darurat tidak bisa melarang orang berkumpul untuk melakukan kegiatan keagamaan termasuk pengajian-pengajian. Aturan-aturan seperti ini tidak relevan untuk menghadapi wabah corona," kata mantan Mensesneg melengkapi keterangannya.
Menurut dia, Darurat Sipil terkesan represif. Militer memainkan peran sangat penting kendalikan keadaan. Yang kita butuhkan adalah ketegasan dan persiapan matang melawan wabah ini untuk menyelamatkan nyawa rakyat. Pemerintah harus berpikir ulang mewacanakan darurat sipil ini.
"Saya pernah gunakan pasal-pasal Darurat Sipil itu untuk atasi kerusuhan di Ambon tahun 2000. Presiden Gus Dur akhirnya setuju nyatakan Darurat Sipil dan minta saya mengumumkannya di Istana Merdeka. Darurat Sipil mampu meredam kerusuhan bernuansa etnik dan agama itu. Tentu banyak kritik kepada saya sebagai Menteri Kehakiman waktu itu. Tapi saya bertanggungjawab atas keputusan yg diambil,"katanya.
Kerusuhan Ambon dalam pandangan Ketum Partai Bulan Bintang ( PBB ) berbeda dengan wabah Corona. Dia berharap pemerintah mampu mengambil langkah yang tepat di tengah situasi yang amat sulit sekarang ini.
Keadaan memang sulit, tapi para pemimpin jangan sampai kehilangan kejernihan berpikir menghadapi situasi. Tetaplah tegar dan jernih dalam merumuskan kebijakan dan mengambil langkah serta tindakan, pesan Yusril.