Jalan Yos Sudarso Diusulkan Tutup Selamanya untuk Ruang Publik
Penutupan Jalan Yos Sudarso bukan hanya berdampak negatif, namun juga positif. Lalu lintas yang dianggap akan mengalami kemacetan, ternyata berbanding terbalik. Di jam-jam berangkat kerja, jam makan siang, hingga jam pulang kantor, beberapa ruas jalan di sekitar Jalan Yos Sudarso malah terlihat lengang.
Pantauan di Jalan Raya Gubeng, Jalan Stasiun Gubeng, Jalan Pemuda, Jalan Ketabang Kali, Jalan Wali Kota Mustajab hingga Jalan Panglima Sudirman pada waktu-waktu di atas, mulai hari Senin 2 September hingga Selasa 3 September 2019 terpantau lancar. Tidak ada kepadatan atau kemacetan yang berarti.
Hal itu juga disampaikan oleh anggota DPRD Kota Surabaya, Josiah Michael. Ia kaget, saat berangkat kerja ke DPRD, jalanan malah lancar dan tidak macet. Dari Raya Darmo menuju DPRD Kota Surabaya hanya memakan waktu kurang dari 10 menit saja. Padahal, biasanya harus menempuh sekitar 10-15 menit.
“Lha ya itu, aku ini berangkat pagi takut macet kan karena ditutup. Lha kok ternyata lancar. Uenak,” kata Michael kepada ngopibareng.id, Kamis 4 September 2019.
Malah ia ingin, Jalan Yos Sudarso bisa ditutup selamanya oleh Pemkot Surabaya, dan dijadikan ruang publik, atau Plaza Square di luar negeri.
“Ditutup terus aja ngga apa-apa. Malah enak kalau jadi square. Dari Balai Pemuda hingga Balai Kota. Masyarakat pasti seneng, daripada bikin di bawah tanah gitu kan. Costnya lebih mahal,” kata Michael.
Hal senada disampaikan juga oleh Reni Astuti, calon walik ketua DPRD Kota Surabaya. Menurutnya, pengalihan arus lalu lintas yang dilakukan oleh Dishub dan Polrestabes Surabaya, berjalan sangat lancar.
“Iya lho. Bisa nggak macet. Ya memang agak muter, tapi nggak masalah. Kan dekat aja muternya,” kata Reni.
Meski begitu, Reni berharap pengerjaan basement alun-alun Surabaya bisa cepat selesai. Sehingga masyarakat bisa kembali menggunakan Jalan Yos Sudarso secara normal. Karena bagi Reni, Jalan Yos Sudarso merupakan salah satu ruas jalan utama di Surabaya.
“Kalau 6 bulan ya harus selesai 6 bulan, Jangan molor lagi. Kan kasian masyarakat. Jalan ini itu penting, menghubungkan orang dari sisi timur menuju utara dan selatan. Juga sebagai akses utama menuju rumah rakyat (DPRD) dan Balai Kota,” ungkap Reni.
Bukan hanya dari legislator, warga juga mengatakan hal serupa. Bimahri yang setiap hari harus berangkat pagi, mengantar adiknya sekolah, malah heran dengan lancarnya lalu lintas ketika mulai memasuki daerah Jalan Ngagel hingga Raya Gubeng.
“Kalau macet ya karena jumlah kendaraan. Bukan karena penutupan itu. Malah enak, lancar gitu. Macet pun karena ada persimpangan atau lampu merah. Mungkin masyarakat sudah tau harus lewat mana mas,” kata Bimahri.