Yoes Wibowo; Memupuk Kesadaran Melalui Sejarah Lokal
Yoes Wibowo, seniman asal Sidoarjo yang kemudian memutuskan hijrah bersama keluarganya ke Desa Semambung, Kec. Purwodadi, Kab. Pasuruan, membuat studio untuk proses berkaryanya bernama 'Omah Padma'. Sejak mendarat di Pasuruan, ia langsung terlibat perhelatan seni tahunan Pasuruan, yaitu Gandheng Renteng yang saat itu sudah mencapai helat ke-9 pada 2019. Dan di tahun yang sama, ia bergabung dalam komunitas ALKMAART serta mengikuti agenda pameran tahunannya yang saat itu dilaksanakan di Batu.
Kali ini Yoes Wibowo bersama 5 orang temannya para perupa Pasuruan, masing-masing Awan Pamungkas, Garis Edelweiss, Saiful Ulum, Sihabudin dan Wahyu Nugroho, akan menghelat pameran bertajuk 'Berlabuh Sukacita' dengan tujuan mengenalkan karya-karya para perupa Pasuruan ke ranah yang lebih luas, dimulai dari Kota Malang. Dalam perhelatan tersebut Yoes Wibowo akan mengusung wacana tentang sejarah lokal.
Seseorang dapat dikatakan 'sadar sejarah' jika ia telah mengenal sejarah di lingkungan mereka sendiri. Implementasi dari sejarah lokal ini dapat diintegrasikan ke dalam berbagai macam produk pengetahuan. Yoes Wibowo, seniman yang sedang giat menghelat pameran tunggal di wilayahnya hingga keluar kota memilih karya seni rupa sebagai bentuk kepedulian kepada generasi saat ini agar sadar akan sejarah lokal. Sejarah yang seharusnya kita baca, pelajari dan pahami, untuk menjadi pijakan pengembangan budaya atau bahkan teknologi saat ini.
Sejarah sendiri memiliki tujuan utama yaitu filosofis, normatif-politis, dan edukatif (Bacon, 1908). Sejarah berperan sebagai pembentuk proses integrasi nasional, tonggak pembangunan bangsa, serta senjata utama penguatan nasionalisme. Lebih ringan lagi, dengan mempelajari sejarah, seseorang dapat mengambil hikmah sebuah peristiwa yang telah lalu, mengembangkan pola pikir seseorang dalam bertindak, serta mengambil keputusan yang tepat. Sejarah tidak melulu mempelajari hal teknis peristiwa, tahun, nama tempat dan tokoh, melainkan untuk mengamalkan nilai-nilai dari sebuah peristiwa. Yoes Wibowo mengindahkan hal tersebut melalui karyanya dengan riset yang panjang dan estetis dari pemikiran matematis. Probabilitas untuk pengembangan sejarah lokal sangat tidak terbatas, bisa berupa peninggalan sejarah, kearifan lokal, dinamika masyarakat, interaksi sosial, biografi atau tokoh, dan sebagainya. Sejarah lokal sangat perlu untuk digaungkan sebagai bimbingan dan teladan yang nyata, teori dan praktek dalam kehidupan kemasyarakatan, kesenian dan keagamaan yang bersumber dari kehidupan kebudayaan. Dari kesadaran-kesadaran sejarah inilah identitas Indonesia sebagai bangsa yang besar menjadi kokoh.
Yoes Wibowo menggunakan media cat air di atas kertas dalam memvisualkan hasil kesimpulannya mengenai sejarah lokal melalui riset yang panjang; observasi secara langsung ke candi-candi (khususnya di Jawa Timur), mewawancarai juru kunci, dilanjutkan data-data sekunder lainnya yang valid mulai dari tulisan seperti jurnal penelitian hingga video di akun Youtube terpercaya. Pesan-pesan yang terletak pada relief candi alias buku yang diwarisi oleh pendahulu untuk generasi penerus itulah yang akan ia ungkapkan untuk menjadi karya-karya dengan nuansa modern.
Dalam proses pengkaryaannya, Yoes Wibowo seperti memberi ide segar dengan gaya yang tidak mainstream bagi kebanyakan pilihan gaya berkarya perupa cat air umumnya, yang lebih menyukai gaya naturalis atau realis dengan menunjukkan teknik bermain cat air. Sedang Yoes Wibowo lebih menunjukkan kekuatan imajinasi dan kreativitasnya dalam mengeksplorasi beragam objek. Objek-objek tersebut ia stilasi dengan apik. Sekilas seperti batik, namun kedalaman atau kemeruangannya tergarap dengan serius.
Ia tidak hanya sekedar membuat karya dekoratif atau hiasan, lebih dari itu objek-objek yang dimasukkan merupakan simbol-simbol dari hasil risetnya yang sarat akan muatan-muatan filosofis. Hal tersebut tercermin dari narasi yang disampaikan dengan detail dan kaya. Yang bertambah estetikanya oleh sebab kepekaan dalam mencampur dan mengkomposisi warna yang terkontrol dengan baik.
Melalui seni, Yoes Wibowo mengungkapkan sejarah lokal dengan tujuan mulia :
"... sekarang sudah waktunya meruwat negara ini, gak eker-ekeran ae. Jadi, sekarang sudah waktunya untuk memulihkan kembali negara ini, tidak hanya bertengkar saja.”
Menurutnya, sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini kurang memiliki rasa kepedulian dan kepemilikan terhadap apa yang ada di Indonesia. Perlu kesadaran-kesadaran untuk meningkatkan rasa peduli dan memiliki itulah sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang lebih kokoh, damai, sejahtera sentosa.
Bagaimana Yoes Wibowo mengungkapkan kesimpulan hasil riset panjangnya mengenai sejarah lokal melalui mahakarya cat airnya ? Saksikan selengkapnya di pameran bertajuk 'Berlabuh Sukacita' yang akan dilaksanakan mulai tanggal 13-20 Mei 2023 di Galeri Mojopahit - Dewan Kesenian Malang, Jl. Majapahit No. 3, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65119.. (Kharisma Nanda Zenmira)