Yesus lahir di Betlehem, Ironi Peringatan Natal di Palestina
Umat Kristiani mempercayai bahwa bayi Yesus lahir di Betlehem. Kota kecil yang kini berada di wilayah Tepi Barat, Palestina. Ironinya, sekitar 50 ribu umat Kristiani yang kini ada di Gaza, merayakan Natal dengan kondisi yang menyedihkan, layaknya 1,5 juta warga Gaza lainnya.
Sejumlah gereja dibom oleh Israel, dan jumlah umat Kristiani, semakin menyusut lantaran tewas akibat serangan serampangan dan blokade Israel. Dilansir dari Al Jazeera gereja Saint Porphyrius, salah satu gereja Ortodoks tertua di Gaza telah dibom pada Oktober. Serangan itu menewaskan 18 orang termasuk anak-anak.
Pasukan Israel juga menembak dan membunuh lansia yang juga umat Kristen dan juga anaknya di gereja Katolik, Sabtu 23 Desember 2023, lalu.
Kisah Kelahiran Yesus di Bethlehem
Terkait kisah lokasi kelahiran bayi Yesus di Betlehem, wilayah yang kini masuk di Tepi Barat, Palestina. Pastor Munther Isaac menyebut bahwa informasi itu juga diperkuat dengan temuan arkeolog.
"Saat Natal miliaran umat Kristen pergi ke gereja untuk membaca tentang Betlehem, bernyanyi tentang Betlehem, dan mungkin berpikir bahwa Betlehem adalah tempat mistis dongeng. Tidak menyadari bahwa Betlehem adalah kota nyata dengan manusia di dalamnya, dengan komunitas Kristen yang menjaga tradisinya hidup selama 2000 tahun," katanya dikutip dari Al Jazeera.
Yesus dikisahkan lahir dari keluarga yang awalnya tinggal di Nazareth, salah satu kota tak jauh dari Gaza. Mereka saat itu pergi ke Betlehem untuk keperluan registrasi penduduk di masa kekaisaran Roma. Yesus lahir di Bethlehem saat Palestina sedang berada di kekuasaan kerajaan Roma.
Menurutnya, masyarakat Muslim di Palestina juga ikut memperingati Natal setiap tahunnya. Natal menjadi libur nasional untuk semua warga Palestina. Pemerintahan Palestina mempertimbangkan untuk menutup seluruh kantor pemerintah saat hari Natal.
Warga Palestina yang muslim juga banyak yang berkunjung ke Betlehem saat Natal. Mereka menghadiri parade dan berfoto bersama dengan pohon Natal.
Tak Ada Natal di Bethlehem
Namun kemeriahan Natal tahun ini resmi ditiadakan. Pemimpin lokal memilih tidak memperingati Natal di tengah bombardir dan serangan Israel pada warga Palestina.
Sedikitnya 20 ribu warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat, tewas akibat serangan Israel, sejak 7 Oktober 2023. Hampir 85 persen penduduk Gaza telah terusir dari rumahnya dan menjadi pengungsi di negeri sendiri.
Kota yang berada 8 kilometer dari Jerusalem itu, memilih untuk membatalkan peringatan Natal tahun ini. "Jika Yesus lahir sekarang, ia akan lahir di bawah reruntuhan bangunan di Gaza," kata Isaac dikutip dari The Guardian.
Di gerejanya, Gereja Lutheran Evangelical, terdapat dekorasi Natal berupa bayi Yesus dikelilingi reruntuhan bangunan, dan berselimut keffiyeh, kain dengan motif khas, simbol Palestina.
Kekejaman Israel dengan menyerang warga sipil di Gaza, termasuk umat Kristen, memicu kecaman dari Paus Fransiskus. Pemimpin tertinggi Katolik Roma di Vatikan itu berulang kali menyebut tindakan balasan Israel terhadap warga Gaza, adalah aksi teroris.
"Dilarang membalas teror dengan teror," kata Paus saat berbicara dengan Presiden Israel Isaac Herzog.
Ia mengulang kembali kata tersebut ketika Israel menyerang gereja, dan menembak ibu dan anak perempuannya yang sedang mengungsi di salah satu gereja Katolik di Gaza. "Beberapa mungkin akan mengatakan ini perang. Ini terorisme. Ya, ini perang, ini terorisme," tandasnya.
Advertisement