Yenny Wahid: Saatnya 'Silent Majority' Bergerak
Jakarta: Mayoritas umat Islam yang telah mengakar di Indonesia, sebagai silent majority (mayoritas diam). Karena tingkat radikalisme sudah menjalar di tengah masyarakat, “Silent majority sekarang ini tidak bisa silent lagi. Namun, harus menjadi noisy and moving majority. Apa yang terjadi di Marawi adalah karena kesalahan silent majority yang diam saja.”
Demikian dikatakan Zanuba Arifah Chafsoh-Rahman, Direktur The Wahid Foundation, mengungkapkan hal itu. Dalam rilis pada ngopibareng.id, putri Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid, mengingatkan “Letakkan gadget anda. Bersosialisasi. Terutama dengan keluarga. Awasi anak-anak dan sesekali periksa handphone mereka,” tuturnya, Kamis (27/07/2017).
Menurut Yenny Wahid, panggilan akrabnya, radikalisme tumbuh karena adanya konsep mengenai jihadis dan penolakan terhadap ideologi yang berbeda.
“ Proses tumbuhnya radikalisme terbagi menjadi beberapa fase. Dan yang terbaru adalah fase kebangkitan baru ditandai dengan berdirinya Al-Qaeda yang dipopulerkan oleh Usama bin Laden,” tegas Yenny Wahid.
YODO = You Only Die Once
Dijelakan soal perbedaan Al-Qaeda dan ISIS (Islamic State of Iraq-Syiria). Perekrutan Al-Qaeda bersifat tertutup. Tidak bisa sembarang orang bergabung. Organisasinya rapi dan teratur, dan bila melakukan aksi dampaknya besar karena direncanakan dengan teliti dan matang.
Sedang “Perekrutan ISIS bersifat terbuka. Siapa saja boleh bergabung. Para anggotanya diwajibkan melakukan ‘amaliah di tempatmu’. Jadi, bisa saja tiba-tiba melakukan penusukan pada Polisi, menabrakkan truk ke tempat umum, dan sebagainya. YODO = You Only Die Once. Mati hanya sekali, jadi sekalian aja jihad.”
Menurut Yenny Wahid, penelitian dilakukan bersama LSI menyebutkan, sebanyak 0,4 % orang Indonesia pernah melakukan tindakan radikalisme. Dan sebanyak 7% bersedia melakukan tindakan radikalisme. “Jumlah itu sama dengan seluruh penduduk Jakarta dan Bali,” jelasnya.
Sebelumnya, pada Sabtu, 22 Juli 2017, Yenny Wahid menghadiri acara diskusi publik dengan tema Radikalisme Timur Tengah dan Pengaruhnya di Indonesia. Diingatkannya, yang mudah terpapar paham radikalisme adalah laki-laki berusia muda.
“ Faktor pendidikan dan ekonomi bukan faktor utama terjadinya perilaku radikalisme,” kata Yenny Wahide (adi).
Advertisement