Yayasan Assyifa Batasi Anak Main HP dengan Es Krim
Penelitian yang dilakukan akademisi berbagai perguruan tinggi mengungkapkan bahwa, penggunaan HP atau gadget berlebihan pada anak perlu diwaspadai adalah meningkatnya risiko depresi, gangguan kecemasan, kurang perhatian, psikosis, dan perilaku bermasalah lainnya.
Gadget seolah tak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak yang lahir di zaman milenial saat ini. Padahal, potensi gadget merusak otak anak bisa terjadi jika anak dibiarkan terlalu lama menatap layar gadget tersebut.
Yayasan Assyifa Arrahma Jakarta mempunyai cara tersendiri untuk melepaskan anak anak dari cengkeraman gedget. Yayasan yang berlokasi di Jalan Baru Gili Samping Kebun Jeruk, Jakarta Barat, menggunakan es krim sebagai media untuk menjauhkan anak anak dari gedget. Hasilnya, cukup efektif anak anak lebih memilih es krim daripada bermain HP.
Gedung serbaguna milik Yayasan Assyifa yang dikethuai oleh H.Teguh Widada, menjadi tempat berkumpulnya anak-anak. Hampir tak pernah sepi dari kegiatan anak anak menurut kesukaannya masing masing.
Ada yang belajar membaca dan menghafal Alquran, bershalawat, bermain musik dan rebana. Semuanya difasilitasi oleh Yayasan Assyifa, secara gratis alias tidak bayar. Ini yang membuat anak-anak itu betah tinggal berjam-jam di Assyifa. Bahkan jumlahnya yang datang terus bertambah.
"Sekarang secara keseluruhan anak yang ngaji sekitar 125 anak. Jumat dan dan Sabtu mengaji di Assyifa, selebihnya mengaji di TPA Musala Assalam, Kampung Rawa Timur Kebun Jeruk," kata Teguh.
Ketua yayasan yang biasa dipanggil Pak De, melihat anak-anak yang belajar ngaji tidak fokus, karena sambil bermain game melalui HP yang tak pernah lepas dari tangannya.
Dari sinilah kemudian timbul pemikiran untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari bermaian ke giatan positif. "Kalau cuma dilarang tanpa diberi solusi, anak anak pasti kabur," kata Teguh.
Pertama, Teguh mencoba membagikan es krim dan tetap membiarkan anak anak bermain HP. Melihat anak-anak menyukai es krim, maka Teguh membuat peraturan, "Anak yang datang ke Yayasan Assyifa, tidak boleh bermain HP."
Ada pengecualian kepada anak-anak yang mengikuti pelajaran jarak jauh (PJJ) atau sedang menerima panggilan dari orangtua boleh menggunakan HP. Selain alasan tersebut, HP wajib disimpan di tas.
Sebagai pengganti penyimpanan HP itu, Teguh membagikan es krim. Awalnya, ia membeli es krim secara eceran. Sekarang pihak yayasan sudah punya freezer sendiri untuk menyimpan es krim.
"Setiap bulan kami belanja es krim sekitar Rp2,5 juta. Tidak masalah yang penting, anak anak terselamatkan dari pengaruh buruk gedget," ujarnya.
Semua yang dilakukan Teguh merupakan rasa sayang pada anak-anak dari cengkeraman gedget. Teguh menyebutnya 'setan gepeng'. Mengutip hasil penelitian tentang dampak buruk dari gedget yang dipelajari Pakde Teguh menyebutkan bahwa usia dua tahun, sebanyak sembilan dari sepuluh anak mendapat paparan gadget yang berpotensi merusak otak anak.
"Bisa lebih tinggi jika si kecil terkena paparan gadget sejak dini," terangnya.
Oleh karena itu, lanjut Teguh, anak yang sibuk dengan HP menjadi agresif atau pemarah jika tidak memegang gadget, anak menjadi tantrum bila gadgetnya diambil.
"Anak menolak untuk berhenti bermain gadget meski orangtua telah memintanya berhenti memegang gadget, tidak tertarik bermain di luar rumah atau kegiatan ekstra di sekolah, tetap bermain gadget meski sudah mengetahui dampak negatifnya. Memaksimalkan setiap kesempatan agar bisa bermain gadget lebih lama dan cenderung berbohong kepada orangtua, dan menggunakan gadget untuk mengalihkan perhatian dan meminta waktu lebih untuk memegang gadget," demikian penjelasan Teguh.
Dampak lain yang mengkhawatirkan adalah terjadinya speech delay (terlambat berbicara) pada anak; mengalami masalah dalam tumbuh kembang fisik anak seperti berat badan turun atau justru naik dengan drastis, sakit kepala, kurang gizi, insomnia, hingga masalah penglihatan; dan masalah tumbuh kembang anak seperti kecemasan, perasaan kesepian, rasa bersalah, isolasi diri, dan perubahan mood yang drastis.
Kegiatan di Yayasan Assyifa, merupakan upaya memberi kesibukan yang positif pada anak supaya tidak menghabiskan seluruh waktunya bermaun gadget anak-anak yang ketergantungan gadget disebabkan karena tidak ada kegiatan yang dapat dikerjakan. Karena tidak ada keadaan yang memaksa anak kita untuk melakukan sesuatu, maka timbul perasaan malas dan enggan untuk bergerak karena terbiasa tidak melakukan sesuatu.
"Ketika anak mulai malas, anak hanya ingin melakukan kegiatan yang tidak harus berpindah atau bergerak misalnya bermain gadget. Hal ini dikarenakan anak merasa nyaman dengan keadaan seperti itu. Keadaan inilah yang bisa membuat anak kita ketergantungan kepada benda kecil berjuta kesenangan ini. Nah, dengan mengikuti suatu kegiatan atau menyibukkan diri dengan berorganisasi, maka kita sudah berupaya agar anak tidak ketergantungan pada gadget.
Agenda-agenda dalam kegiatan berorganisasi, kata Teguh yang juga ahli pengobatan tradisional, bersikaplah tegas dalam mendidik anak. Sikap tegas bisa dilakukan seperti dengan membekali anak dengan gadget lawas (jadul) yang tidak bisa mengakses internet, dan meng-uninstall aplikasi dan games yang membuat anak menjadi ketergantungan gadget.
"Tidak bisa dipungkiri, jika memainkan games atau mengecek akun media sosial merupakan satu di antara hal yang menyenangkan. Namun tunggu dulu, hal yang menyenangkan belum tentu bermanfaat. Semakin anak kita menyukai sebuah aplikasi, maka semakin besar kemungkinan anak kita akan terus membukanya, dan akibatnya anak menjadi ketergantungan pada gadget," jelas Teguh.
"Pesan penting dari hasil penelitian ini adalah perlunya orangtua untuk berikhtiar agar anak kita bisa terbebas dari yang namanya ketergantungan terhadap gadget. Kita semua tidak bisa lepas akan gadget. Karena pada era saat ini pekerjaan, education, sekolah semuanya dengan mengoperasikan gadget dalam pelaksanaannya.
Jangan biarkan ini terus dilanjutkan karena akan merugikan orang tua, anak, bahkan orang-orang di sekitar. Masa depan anak menjadi bergantung pada keputusan kita saat ini untuk tidak mudah diperbudak oleh gadget," demikian pesan Teguh.