Yasin Malam Jumat dan Al-Kahfi pada Hari Jumat, Amalan yang Baik
Tradisi dalam masyarakat Muslim di Nusantara, mengamalkan pembacaan Surat Yasin bersama-sama. Selain itu, tak jarang juga banyak diamalkan sendiri di rumah masing-masing.
Belakangan tradisi yang baik dalam mendaras Al-Quran di rumah-rumah di kalangan masyarakat desa dan kota ini mendapat sorotan sekelompok lain. Mereka suka menganggap hal itu sebagai bid'ah dan dilarang. Benarkah demikian?
Penjelasan Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, Kiai Ma'ruf Khozin ini semoga memberi manfaat. Tentang "Baca Yasin Malam Jumat dan Al-Kahfi pada Hari Jumat".
Mereka selalu mempermasalahkan baca Al-Quran Surat Yasin di malam Jumat. Menurut mereka -dengan keterbatasan ilmu yang diajarkan ustaznya- Nabi cuma mengajarkan baca Al-Kahfi.
Semestinya jika mereka biasanya tekstual maka perhatikan dua hadis berikut:
Al-Kahfi Jumat Siang
أخرج الحاكم والبيهقي عن أبي سعيد الخدري، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ.
Dari Abu Said bahwa Nabi bersabda: “Barang siapa membaca Al-Kahfi di HARI JUMAT maka Allah akan memberi cahaya antara dirinya dan Ka’bah. (HR Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
Yasin Malam Jumat
Ahli hadis Al-Hafidz As-Suyuthi di dalam kitabnya Al-Lum'ah fi Khashaish Al-Jumat menghimpun dalil-dalil amaliah yang dianjurkan di malam Jumat atau hari Jumat. Di antaranya:
الحادية والستون: قراءة يس ليلتها
Kekhususan No 61 adalah membaca Yasin di malam Jumat
أخرج البيهقي في الشعب، عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " من قرأ ليلة الجمعة حم الدخان، ويس، أصبح مغفوراً له "
Al-Baihaqi meriwayatkan dalam Syuab Al-Iman dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: "Barang siapa membaca di MALAM JUMAT surat Hamim Ad-Dukhan dan Yasin, maka ia diampuni"
وأخرجه الأصفهاني بلفظ: " من قرأ يس في ليلة الجمعة غُفر له " .
Al-Ashfihani meriwayatkannya dengan redaksi: "Barang siapa membaca Yasin di MALAM JUMAT maka ia diampuni"
Andaikata masih bersikukuh bahwa hadis-hadis diatas adalah daif, maka kita ikut mayoritas ulama yang membolehkan mengamalkan hadis daif. Katanya mengaku Salafi kok tidak mau dengan hadis daif padahal ulama Salaf menerima dan mengamalkan hadis daif dalam hal keutamaan amal?
Kami mengamalkan keduanya. Memang masalah?
Salafi Bukan Arab Saudi
Saya suka dengan statemen dari ustaz ini (Ust. Muhtarom) ketika mengatakan azan Jumat dua kali sebagai sesuatu yang salah dan keliru. "Bid'ah azan Jumat 2 kali," tuturnya. Penuh kemantapan tidak taklid pada Arab Saudi.
Tapi sebentar dulu, ini yang dimaksud negaranya atau ulama Saudi? Konsekuensinya beda. Kalau yang dimaksud tidak ikut ulama Saudi berarti ulama Saudi tidak mengikuti Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam (SAW) dan para sahabatnya.
1. Azan Jumat Dua Kali
Syekh Bin Baz, Ketua Mufti Saudi, menjelaskan bahwa Ahlussunah mengamalkan azan dua kali:
ولا حرج في ذلك؛ لأن الرسول قال: عليكم بسنتي، وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي، تمسكوا بها، وعضوا عليها بالنواجذ وهو من الخلفاء الراشدين ، فلهذا أخذ بها أهل السنة والجماعة، ولم يروا بهذا بأسًا، لكونها من سنة الخلفاء الراشدين عثمان وعلي ومن حضر من الصحابة ذلك الوقت جميعًا.
Tidak apa-apa dengan azan dua kali dari Utsman, sebab Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Ikutilah sunahku dan sunah para pengganti yang dapat hidayah setelahku. Peganglah hal itu dan gigitlah dengan geraham", dan Utsman termasuk Khalifah. Oleh karena itu Ahlussunah mengambilnya dan membolehkan, sebab termasuk sunah para Khalifah, Utsman dan Ali, juga para Sahabat yang hadir saat itu (Fatawa Bin Baz, 348)
2. Salat Malam Bulan Ramadan
Di Masjidil Haram, selesai Tarawih, lewat tengah malam dilakukan lagi salat sunah. Menurut ustaz tersebut tidak sesuai dengan amalan Nabi dan Sahabat. Bagaimana pendapat para Mufti Saudi? Berikut penyampaian Syekh Bin Baz:
وَلَمْ يُحَدِّدْ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً وَلَا غَيْرَهَا، فَدَلَّ عَلَى التَّوْسِعَةِ فِي صَلَاةِ اللَّيْلِ فِي رَمَضَانَ وَغَيْرِهِ.
“Nabi Saw tidak membatasi rakaat Tarawih menjadi 11 rakaat atau yang lain. Ini menunjukkan keleluasaan dalam salat malam di bulan Ramadan atau lainnya” (Fatawa al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts wa al-Ifta’, 9/220)
Dan Syekh Utsaimin menjelaskan:
ﻋﺪﺩ اﻟﺮﻛﻌﺎﺕ ﻓﻲ اﻟﺘﺮاﻭﻳﺢ ﺃﻣﺮﻩ ﻭاﺳﻊ ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﺷﻲء ﻭاﺟﺐ ﻻ ﺛﻼﺙ ﻭﻋﺸﺮﻭﻥ، ﻭﻻ ﺇﺣﺪﻯ ﻋﺸﺮ ﻭﻻ ﺛﻼﺙ ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ، ﻭﻻ ﺗﺴﻊ ﻭﺛﻼﺛﻮﻥ ﺭﻛﻌﺔ
Bilangan rakaat tarawih adalah luas. Tidak ada yang wajib. Bukan 23 rakaat. Bukan 11 rakaat. Bukan 13 rakaat. Juga bukan 39 rakaat (Majmu' Fatawa wa Rasail, 198)
Untuk menjawab bahwa tarawih hanya 11 rakaat dibantah oleh Syekh Ibnu Utsaimin:
ﻭﺻﺢ ﻋﻨﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻡ ﺑﺜﻼﺙ ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ ، ﻓﻴﻜﻮﻥ اﻟﻌﺪﺩ ﺇﻣﺎ ﺇﺣﺪﻯ ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ ﻭﺇﻣﺎ ﺛﻼﺙ ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ. ﻭﺇﻥ ﺯاﺩ ﻋﻠﻰ ﻫﺬا اﻟﻌﺪﺩ ﻓﻼ ﺣﺮﺝ
Telah sahih dari Nabi melalui Ibnu Abbas bahwa Nabi salat 13 rakaat. Maka hitungan ada yang 11 rakaat dan 13 rakaat. Jika menambah dari bilangan ini maka tidak apa-apa (Majmu' Fatawa wa Rasail, 189)
Ngakunya salafi ternyata ulama salaf salat tarawih lebih 11 rakaat, seperti yang disampaikan oleh Syekh Ibnu Taimiyah:
ثُمَّ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْ السَّلَفِ يَقُومُونَ بِأَرْبَعِينَ رَكْعَةً وَيُوتِرُونَ بِثَلَاثِ وَآخَرُونَ قَامُوا بِسِتِّ وَثَلَاثِينَ وَأَوْتَرُوا بِثَلَاثِ وَهَذَا كُلُّهُ سَائِغٌ فَكَيْفَمَا قَامَ فِي رَمَضَانَ مِنْ هَذِهِ الْوُجُوهِ فَقَدْ أَحْسَنَ (مجموع فتاوى ابن تيمية - ج 5 / ص 163)
“Kemudian sekelompok ulama Salaf melakukan salat Tarawih 40 rakaat, witir 3 rakaat. Ulama yang lain melakukannya 63, witir 3 rakaat. Semua ini benar. Maka apapun yang dilakukan ibadah malam di bulan Ramadan dari berbagai pendapat ini, maka sangat bagus” (Majmu’ Fatawa Ibni Taimiyah 5/163)