Yang Waras Jangan Mengalah, Pesan Ulama: Jaga Akal Sehat
"Al 'Ilmu bi Laa 'Amalin ka Al Syajari bi Laa Tsamarin". Ilmu yang tidak di amalkan itu bagaikan Pohon yang tidak bisa berbuah.
"Saat ini zaman Hoaxisme. Seseorang begitu mudah dan gampang nya nulis, memposting, menyebarkan sesuatu tanpa berbasis data yang akurat, jelas, dan benar. Tidak melihat apa itu benar ataukah salah. Yang penting sebarkan sana-sini," kata KH Fawaid Abdullah, yang mengambil sari dari kandungan isi Kitab Nashaihul 'Ibad karya Syaikh Nawawi Al-Bantani.
Kalau dulu, ada pepatah kuno : "yang waras ngalah", tapi saat ini menurut saya justru sebaliknya, "yang sehat akalnya dan dalam ilmunya, alim orangnya; tidak boleh diam dan mengalah". Sebab bila yang berilmu tinggi dan alim semakin diam, semakin rusak pula tatanan kehidupan ini.
Berikut materi lengkap KH Fawaid Abdullah, yang pengasuh Pesantren Al-Aula, Kobangan, Bangkalan, Madura:
"Kalau orang yang berilmu dan sanad keilmuan lebih jelas, semakin mengalah dan diam, tidak bicara, tidak menulis. Nanti semakin bagaimana kehidupan ummat manusia ini. Yang salah jadi benar, dan yang benar, disalah-salahkan."
Dalam kesempatan lain, saya bahkan pernah menulis : "saat ini, para Masyayikh, Kiai-kiai, Ulama yang ada di pedalaman kampung, desa, jauh dari hiruk-pikuk jagat maya, tidak kenal dunia maya, dunia medsos, YouTube, Instagram, Twitter, WathsApp, Fesbuk dll seharusnya sudah waktunya ilmu2 beliau2 itu seluas2nya disebarkan, supaya semakin diketahui ummat, publik harus banyak mengetahui nya".
Ini zaman Milenial. Lebih dari 75 juta penduduk Indonesia ini sudah ber-medsos ria. Kalau orang yang berilmu dan sanad keilmuan lebih jelas, semakin mengalah dan diam, tidak bicara, tidak menulis. Nanti semakin bagaimana kehidupan ummat manusia ini. Yang salah jadi benar, dan yang benar, disalah-salahkan.
Kiai-kiai Pesantren, para Ustadz Diniyyah di Pondok2, para Masyayikh dan Ulama NU yang ada di pelosok-pelosok desa menurut saya sudah waktunya turun gelanggang, menuju medan "perang" dunia maya. Peran tulisan, "perang" ilmu dan medsos, perang "dakwah" melalui YouTube, Twitter dll. Men-transformasi-kan Kitab2 kuning "kutub al tsurats" ke dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dan dimengerti oleh Ummat. Ini yang paling penting saat ini menurut saya.
Diceritakan, zaman dulu kala. Ada seorang laki-laki dari Bani Israil sampai mengumpulkan 70 peti yang semua nya berisi ilmu. Tetapi pada suatu ketika, lelaki itu tidak bisa mengambil manfaat dari ilmu yang ia kumpulkan dalam jumlah besar itu.
Maka Allah mewahyukan kepada Nabi mereka, yaitu Musa Alaihi Al Salam. Wahai Musa katakan kepada mereka itu :
"Andaikan engkau mengumpulkan banyak ilmu, tetapi ilmu nya itu tidak bermanfaat. Maka Amalkan lah dengan 3 perkara :
1. Jangan terlalu senang dengan dunia dan gemerlap nya dunia.
2. Jangan temani Syaitan (hawa nafsu), menjauhi perintah Allah dan Rasul-Nya.
3. Jangan sekali-kali menyakiti sesama Hamba Allah (baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan).
Untuk menunjukkan Ummat ke jalan yang benar, jalan Ilmu, jalan kemaslahatan dan jalan yang Hudan Linnas wa Bayyinaatin minal Huda wal Furqan. Maka yang Alim, yang Faqih, yang waras akal nya, tidak boleh diam dan mengalah.
Demikian materi yang diisarikan dari kandungan isi Kitab Nashaihul 'Ibad. Wallahu A'lam. Salam. (adi)
Advertisement