Kopi Mangrove Paciran Segarnya Special
Warnanya sama hitam dan kental. Persis dengan jenis kopi lainnya. Namun jika menyeruput kopi ini terdapat cita rasa 'menyengat' yang menjadikan lidah berulangkali berdecap. Seger dan hangatnya lebih spesial.
Kopi mangrove, minuman ini menjadi minuman spesial bagi mereka yang bertandang di Desa Tunggul, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Hanya ada beberapa warung kopi yang menjual minuman dari tanaman mangrove ini. Belum bisa diproduksi massal karena keterbatasan bahan baku yang ada.
"Sementara produksinya masih terbatas karena terkendala bahan baku," kata Kepala Desa (Kades) Tunggul Yasin kepada Ngopibareng.id, Minggu 23 Desember 2018.
Biji mangrove dipetik dari tanaman mangrove yang tumbuh disepanjang pesisir pantai Tunggul dengan luas sekira satu hektar.
Selain dari tanaman mangrove lokal untuk memenuhi permintaan pasar, menurut Yasin selama ini pembuat kopi mangrove juga memasok biji mangrove dari beberapa desa di Kecamatan Paciran dan Brondong yang terdapat tanaman mangrove. Selain juga dari wilayah Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.
Masih menurut Yasin Penemu kopi mangrove di Desa Tunggul adalah Khoirul Adhim Lulusan Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Pemuda yang baru mengakhiri masa lajangnya hari ini itu sukses memberdayakan potensi lokal menjadi kopi.
"Melihat prospek kopi mangrove yang bagus pihak pemerintah desa kemudian berinisiatif untuk mengelola menjadi bagian usaha yang dikembangkan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tunggul," kata Yasin lagi.
Untuk membuat kopi berbahan baku mangrove sendiri cukup mudah. Biji mangrove yang sudah masak dijemur hingga kering. Kemudisn dirajang kecil-kecil dan ditumbuk hingga halus.
Kopi mangrove yang diproduksi BUMDes Tunggul, telah menjadi produk unggulan di wilayah pantai Utara Lamongan itu.
"Kopi mangrove menjadi minuman special. Selain unik produk kopi ini juga belum di pasarkan secara massal," kata Camat Paciran Fadeli Purwanto.
Kendala dalam pengembangan kopi mangrove dikarenakan bahan bakunya yang masih langka."Bahannya dari biji tanaman mangrove. Masih terbilang langka karena kawasan Paciran yang ada mangrove tidak lebih dari 20 hektar," beber mantan Camat Babat ini.
Apalagi saat ini kopi mangrove juga masih dalam proses perijinan untuk dapat ijin edar dari BPPOM dan standard dari Dinas Kesehatan." Masih dalam proses kelengkapan perijinan," ujarnya.
Meski demikian dalam berbagai even produk unggulan di Kabupaten Lamongan kopi mangrove selalu ditampilkan dan menjadi daya tarik tersendiri. Seperti dalam bursa inovasi desa yang digelar di Kecamatan Karanggeneng akhir Oktober lalu, kopi mangrove cukup menarik minat bupati Fadeli untuk mencicipi.
Kopi yang sudah diproduksi sejak setahun lalu ini sudah secara rutin dipasarkan ke Semarang, Malang dan Surabaya. Setiap bulannya, mengirimkan 10 kilogram Kopi Mangrove ke Semarang, dan 5 kilogram ke Malang dan Surabaya.
Dijelaskan pengurus BUMDes Tungul Aziz Fanani, dalam setiap kemasan Kopi Mangrovenya di mix dengan bubuk kopi jenis Exelsa. Sehingga menarik minat sejumlah café di Semarang, Malang dan Surabaya.
“Setiap kemasan 150 gr Kopi Mangrove kami jual dengan harga Rp 85 ribu. Kami juga memiliki café sendiri di Desa Tunggul, “ ujarnya. (tok)
Advertisement