Yang Betul 'Reyog', Bukan 'Reog'
Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Ponorogo Arim Kamandoko mengatakan ejaan yang betul untuk nama kesenian daerah itu adalah "reyog", bukan reog sebagaimana selama ini dikenal masyarakat di Indonesia.
"Penggunaan ejaan 'reog' dimulai oleh Bupati Markum Singodimejo yang digunakan sebagai akronim slogan Kabupaten Ponorogo," kata Arim di Ponorogo, Selasa.
Markum Singodimejo dalah Bupati Ponorogo yang menjabat pada 1994-2004. Saat menjabat, Markum memopulerkan ejaan "reog" sebagai akronim "Resik Endah Omber Girang-gemirang" untuk slogan Kabupaten Ponorogo.
Ejaan "reog" itu kemudian lebih dikenal masyarakat Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahkan juga menggunakan ejaan "reog" untuk merujuk seni dan tarian tradisional yang menjadi ciri khas Kabupaten Ponorogo tersebut.
"Padahal, konsistensi penyebutan 'reog' atau 'reyog' menjadi salah satu syarat pengakuan reog Ponorogo sebagai warisan budaya dunia," tutur salah satu pendiri Yayasan Reyog Ponorogo itu.
Peneliti Reyog Ponorogo Rido Kurnianto mengatakan cikal bakal reyog yang dikenal saat ini sudah ada sejak masa animisme dan dinamisme di Ponorogo yang dipercaya sebagai media untuk menolak bala.
"Kata 'reyog' berasal dari bunyi rumpun bambu yang bergoyang ditiup angin 'reyag-reyog'. Bagi masyarakat animisme dan dinamisme rumpun bambu dianggap sebagai sesuatu yang penting," kata Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo itu.
Rumpun bambu bergoyang tertiup angin yang mengeluarkan bunyi "reyag-reyog" dianggap bagaikan sapu yang membersihkan dan menolak bala yang terjadi di masyarakat.
Sebagai salah satu upaya untuk semakin memperkenalkan reyog kepada masyarakat Indonesia dan dunia internasional, Pemerintah Kabupaten Ponorogo menggelar Festival Reyog Mini dan Festival Nasional Reyog Ponorogo yang merupakan bagian dari Festival Bumi Reyog dan rangkaian Hari Jadi ke-523 Kabupaten Ponorogo dan Perayaan Grebeg Suro.
Pada 2019, Festival Reyog Mini merupakan penyelenggaraan yang ke-17, sedangkan Festival Nasional Reyog Ponorogo merupakan penyelenggaraan yang ke-26 yang didukung Platform Indonesiana dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (an/ar)