Xi Jinping dan Putin Kompak, Hadapi Dominasi AS
China dan Rusia mengumumkan, kemitraan strategis mendalam saat ini. Bahkan, kemitraan strategis itu bakal dipakai guna menghadapi kekuatan Amerika Serikat secara bersama.
Pernyataan itu diungkapkan dalam pertemuan tatap muka Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing, Jumat 4 Februari 2022.
"Persahabatan antara kedua negara tidak memiliki batas, tidak ada bidang kerjasama terlarang," bunyi pernyataan dua presiden tersebut dilansir dari laman Reuters, Senin 7 Februari 2022.
Kolaborasi Berbagai Bidang
Mereka mengumumkan rencana untuk berkolaborasi di sejumlah bidang termasuk ruang angkasa, perubahan iklim, kecerdasan buatan dan kontrol internet.
Perjanjian tersebut menandai pernyataan paling rinci dan tegas dari tekad Rusia dan China untuk bekerja sama melawan Amerika Serikat.
Sebab, dua negara itu sepakat membangun tatanan internasional baru berdasarkan interpretasi mereka tentang hak asasi manusia IHAM) dan demokrasi.
Amerika Serikat menanggapi dengan dingin pernyataan Rusia dan China.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, Presiden AS Joe Biden memiliki hubungan sendiri dengan China.
Ihwal pengerahan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina, Psaki mengatakan fokus AS saat ini adalah bekerja dengan mitra jika Rusia menginvasi Ukraina.
"Kami juga telah menyampaikan bahwa konflik destabilisasi di Eropa akan berdampak pada kepentingan China di seluruh dunia," kata Psaki.
Daniel Russel, diplomat top Departemen Luar Negeri AS untuk Asia Timur di pemerintahan Obama mengatakan, Xi dan Putin berdiri bersama melawan AS dan Barat.
Kedua negara ini juga siap menahan sanksi dan melawan kepemimpinan global Amerika.
"Meskipun tidak bersekutu secara formal, China dan Rusia menjadikan tujuan bersama sebagai masalah taktis untuk lebih membela kepentingan masing-masing dan sistem otoriter mereka dari tekanan Barat," kata Russel.
Jonathan Eyal dari Royal United Services Institute yang berbasis di London mengatakan, kedua negara sama-sama merasa terpojok oleh Amerika Serikat dan Barat.
"Saatnya telah tiba untuk menyatakan visi mereka tentang dunia dan mempromosikannya secara agresif," kata Eyal dilansir dari laman Channel News Asia.
Advertisement