Wujudkan NZE, Ini Langkah PLN Jatim ke Depan.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan penambahan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 75 persen dan meningkat 3,5 kali lipat pada tahun 2030 nanti. Tak hanya itu, PLN juga melakukan captive grid di Jawa Timur untuk sektor makanan & minuman, manufaktur, pulp & kertas serta petrokimia.
Captive gride adalah pembangkit listrik yang dioperasikan dan digunakan secara off-grid oleh pelaku industri. Pembangkit listrik captive juga disebut autoproducer atau embedded generation.
Pembangkit listrik captive ini menyediakan sumber listrik lokal kepada pengguna energi, seperti fasilitas industri, kantor besar, atau pusat data. Pembangkit listrik ini dapat beroperasi dalam mode jaringan paralel dengan kemampuan mengekspor kelebihan daya ke jaringan distribusi listrik.
Pembangkit listrik captive telah menjadi pilihan populer untuk banyak industri yang menggunakan banyak energi. PLN melakukan captive grid di Jawa Timur untuk sektor makanan & minuman, manufaktur, pulp & kertas serta petrokimia.
"Potensi dari berbagai sektor yang bisa kita genjot untuk penggunaan energi hijau ini sekitar 240 MW," kata General Manager PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur, Agus Kuswardoyo dalam Roadshow Just Energy Transition, Selasa 27 Februari 2024.
Kata Agus, untuk penambahan EBT ini, PLN tidak bekerja sendiri, melainkan akan menggandeng Independent Power Producer (IPP). Independent Power Producer adalah pembangkit listrik milik swasta. Independent Power Producer akan membangun pembangkit listrik setelah memenangkan lelang proyek pembangkit yang diadakan oleh negara.
Menurut data dari esdm.go.id, IPP akan mengambil porsi terbesar dalam pengembangan pembangkit hingga tahun 2030. Porsi IPP adalah 26,006 GW atau 64%, kemudian PLN sebanyak 14,269 GW atau 35%, dan kerja sama antar wilayah usaha sebesar 300 MW atau 1% saja.
Sedangkan untuk Jawa Timur kami berfokus pada upgrade kapasitas pembangkit di 32 lokasi hingga tahun 2027, penggantian baterai menjadi lithium ion di 22 lokasi dan dedieselisasi Hybrid PLTS di 10 lokasi kepulauan," terang Agus.
Sementara itu untuk mencapai transisi energi yang berkeadilan, Agus menambahkan tata kelola perusahaan yang baik dan berkelanjutan serta dampak sosial harus turut diperhatikan.
"Keterlibatan swasta dalam pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan yang hijau dan dampaknya terhadap perkembangan ekonomi daerah juga perlu turut dipertimbangkan. Saat ini, PLN merencanakan 51,5% pembangkit merupakan EBT dan 64,8% porsinya dikembangkan swasta," terang Agus.
Di Jawa Timur kondisi kelistrikan terkoneksi dengan Jawa Bali, daya mampu sebesar 9.999 MW dengan beban puncak sebesar 6.502 MW dan cadangan daya 2.259 MW. Turut berkontribusi energi bersih di Jawa Timur sebanyak 23 pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga sampah, dan pembangkit listrik tenaga minihidro.
Dalam kesempatan yang sama, Perwakilan Just Energy Transition Partnership Indonesia (JETPI), Adhityani Putri menyatakan kesiapan sinergi erat bersama PLN melalui pendanaan global untuk mengakselerasi proyek transisi energi.
"Mengapa proses transisi energi itu harus berkeadilan karena mempertimbangkan kehidupan dan penghidupan masyarakat terdampak di setiap tingkat perjalanan transisi energi sehingga tidak ada satu pun yang tertinggal," pungkas Adhityani.