Wujudkan Moderasi Islam, Begini Jalan Dakwah Kaum Santri
Pendiri Yayasan Santri Mengglobal Nusantara, Dito Alif Pratama mengatakan, di tengah problematikan global umat Islam dan aktivis dakwah di kalangan santri harus lebih digiatkan. Termasuk di antarnya, mengedepankan dakwah yang moderat, bagi perdamaian dunia.
Ia mengungkapkan hal itu, dalam acara digelr Yayasan Santri Mengglobal Nusantara bekerjasama dengan Farabi Institute, Komunitas Muslimah for Change, PCINU the United Kingdom dan PCINU Belanda. Acara Webinar Internasional bertajuk ‘Dakwah Santri: Ikhtiar Mewujudkan Moderasi’. Program ini dilaksanakan pada tanggal 10 November 2020 melalui platform Zoom Cloud Meeting.
Menurut Dito Alif Pratama, tujuan diselenggarakannya program ini adalah salah satu bentuk ikhtiar reflektif kaum santri di seluruh penjuru dunia untuk memaknai hari Pahlawan.
"Sebagaimana para Pahlawan telah berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, tugas santri sebagai penerus bangsa adalah dengan merawat dan meruwat tanah air, dan salah satu bentuk ikhtiarnya adalah dengan menyemai nilai nilai moderasi dan toleransi yang diajarkan di pesantren di banyak masyarakat di dunia," tutur Dito, dalam keterangan Rabu 11 November 2020.
Acara diawali dengan sambutan pembukaan oleh Dr. Waryono, selaku Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian Agama Republik Indonesia. Dalam sambutanya, ia mengapresiasi terselenggaranya acara ini, karena secara teknis juga sejalan dengan cita-cita Kementerian Agama RI dalam mewujudkan moderasi beragama di Indonesia.
Waryono juga berharap agar para santri dimanapun mereka berada mampu tampil kontributif baik dalam ranah lokal dan global dan senantiasa berjuang untuk menjaga keutuhan NKRI.
Pemaparan materi keynote speech dalam acara ini acara ini disampaikan oleh K.H Ahmad Nurul Huda (ayah EnHa), Pengasuh Pondok Pesantren Motivasi Indonesia. Dalam paparanya, ayah Enha menjelaskan dua landasan normatif pentingnya dakwah santri di luar negeri yang harus didasari oleh dua hal fundamental: pertama: semangat belajar dan mengajar.
Kedua, semangat berdakwah di banyak wilayah untuk mencari keridhaan Allah. Lebih jauh lagi Ayah Enha juga mengajak peserta untuk meneladani semangat perjuangan para Pahlawan dalam memperjuangan dan merebut kemerdekaan. ‘Dan semangat ini pula yang harus kita (Santri Indonesia) teladani dalam momentum hari Pahlawan tahun ini’, tegasnya.
Webinar ini menghadirkan empat pembicara, dan Muhammad Ramdhani: Pendakwah dan Praktisi Keagamaan dan Sosial Farabi Institute; Siti Kholisoh; Senior Officer Media dan Kampanye Wahid Foundation dan inisiator Gerakan Muslimah for change; Munawir Aziz: Sekretaris PCINU United Kingdom dan Founder & Host Podcast #DiasporaSantri; dan Zaimatus Sa'diyah: Penerima beasiswa MoRA 5000 doktor di Radboud University, Belanda dan pengurus PCINU Belanda.
Ramdhani memulai presentasinya dengan pemaparan materi mengenai konsep moderasi beragama dan toleransi. Ia tegaskan, tidak ada agama yang perlu dimoderasi, karena ruh dari agama adalah mengajarkan moderasi, yang perlu ditanamkan semangat dan ruh moderasi adalah pemeluk agamanya, termasuk para santri.
Ramdani, yang merupakan seorang pendakwah, menggambarkan catatan reflektif dan pengalamanya selama berdakwah di masyarakat serta suka duka menjadi pegiat dakwah dan kegiatan sosial di tanah air.
Berbeda dengan materi sebelumnya, Siti Kholisoh, secara spesifik menejelaskan hal-hal apa saja yang menjadi faktor penting dalam mewujudkan perdamaian dan moderasi beragama di Indonesia berdasarkan pengalaman riset dan aktivitasnya nya di Wahid Foundation dan Komunitas Muslimah for Change. Ia juga menghimbau agar Santri perempuan harus juga tampil di masyarakat, berkiprah, dan berkomunikasi dengan banyak komunitas"
Dua pembicara lainya merupakan perwakilan santri yang tengah tinggal dan menetap di Eropa. Diawali dengan presentasi dari Zaimatus Sa’diyah yang mengisahkan secara detil pengalamanya dalam berdakwah bagi masyarakat Belanda, khususnya komunitas Muslim Indonesia disana.
Ia sampaikan, di antara kesulitan terbesar dalam mendakwahkan Islam khas Indonesia disana adalah persoalan bahasa, masih banyak warga keturunan Indonesia di Belanda yang tidak bisa berbahasa Indonesia dan lebih fasih berbahasa Belanda. Zaimah juga menegaskan bahwa dakwah Santri Indonesia adalah hal yang sangat penting dalam mengikis benih-benih Islamofobia.
Materi terakhir disampaikan oleh Munawir Aziz, yang banyak menyoroti pentingnya kolaborasi santri Indonesia untuk merespon isu kontemprorer dan mewujudkan agenda strategis di kancah global. "Santri itu sebenarnya dilahirkan sebagai masyarakat global yang harus dibanggakan pun mempunyai tanggungjawab global". Ia juga berpesan agar para santri bisa fokus pada apa yang menjadi minat dan kemampuanya.
"Kalau kita bisa fokus pada keterampilan yang kita minati, maka bisa saja kita menjadi master dalam bidang masing-masing dan akan lebih bisa punya pengaruh di kemudian hari," tuturnya.
Webinar ini diakhiri dengan launching program International Islamic Comparative Study (IICS) yang akan dilaksanakan di Malaysia – Singapura – Thailand tahun 2021 dan program Muslim Youth Leader Summit (MYLS) di Istanbul Turki 2021 yang akan diselenggarakan oleh Yayasan Santri Mengglobal Nusantara.
Kedua program ini secara khusus akan mengajak Santri Indonesia di seluruh penjuru dunia untuk mendiskusikan agenda strategis berkaitan dengan dakwah Islam ramah serta kiprah dam kontribusi santri Indonesia di masa kini dan mendatang.