Wujudkan Kepaduan Organisasi, NU Pemangku Kewenangan Keagamaan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Yahya Cholil Staquf menegaskan, posisi NU sebagai pemegang kewenangan atas agama, dalam hal ini Islam Ahlussunnah waljama'ah. Hal itu menjadi misi utama kepengurusan PBNU di tengah dinamika situasi saat ini, baik skala nasional maupun global.
Perhatian PBNU sejak 2015 untuk ikut berperan dalam isu peradaban nasional dan global adalah bentuk nyata dari upaya memperkuat NU sebagai pemegang otoritas keagamaan ini.
"Karena sebagai pemangku kepentingan keagamaan, maka NU meneguhkan gerakannya sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan atau jam'iyyah diniyyah-ijtima'iyyah," tuturnya.
Gus Yahya pun mewanti-wanti pemegang kendali organisasi di NU bukan ketua tanfidziyah, tetapi rais syuriyah.
Gus Yahya mengatakan hal itu di hadapan fungsionaris PWNU dan PCNU se-Jawa Timur mengingatkan kembali alasan NU didirikan, yakni sebagai pemangku kewenangan keagamaan di Nusantara.
Kepanduan Organisasi
Karena itu, organisasi NU harus ditata sedemikian rupa agar terwujud koherensi atau kepaduan organisasi mulai tingkat PBNU hingga level terbawah.
Pesan itu, disampaikan saat memberikan pengarahan seusai mengukuhkan KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin sebagai Pejabat Ketua PWNU Jawa Timur di Ballroom KH Hasyim Asy'ary, Gedung PWNU Jawa Timur, Surabaya, Senin (15 Januari 2024).
Hadir dalam acara Silaturahmi dan Konsolidasi Organisasi PWNU Jatim itu, Rois Am KH Miftahul Achyar, Rois Syuriyah PWNU Jatim, KH Anwar Mansur, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Sekretaris Jenderal PBNU, H Saifullah Yusuf dan sejumlah pengurus PBNU, PWNU dan PCNU se Jawa Timur.
Pengukuhan ini sekaligus mengakhiri polemik pergantian Ketua PWNU Jawa Timut yang ramai menjadi perbincangan di media sosial.
Karena itu, Gus Yahya mengajak seluruh pengurus NU untuk menjalankan organisasi NU berdasarkan ideologi yang sudah dirumuskan dan ditanamkan para muassis, khususnya Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari, salah satunya dalam khutbah iftitah yang kemudian ditetapkan menjadi Muqaddimah Qanun Asasi.
Gus Yahya mengutip khutbah itu, dimana Hadratussyaikh mengajak seluruh ulama ahlus sunnah wal jamaah dan seluruh masyarakat muslim dari semua kalangan, untuk masuk ke dalam jam'iyyah yang diberi nama Jam'iyyah Nahdlatul Ulama.
"Masuklah dengan penuh kecintaan, kasih sayang, rukun, bersatu, dan dengan ikatan jiwa raga, karena NU Ini adalah jam’iyah yang lurus, bersifat memperbaiki dan menyantuni," kata Gus Yahya mengutip khutbah iftitah Hadratussyaikh.
Untuk mewujudkan misi mulia ini, tidak ada pilihan lain bagi PBNU untuk menjaga kepaduan atau koherensi, dengan melakukan konsolidasi organisasi dan kepengurusan. Tantangan lokal, nasional hingga global yang cukup dinamis, mengharuskan NU berani melakukan lompatan dan cara pandang baru agar kuat berperan dalam isu peradaban.
"Meneguhkan peran pemangku kewenangan agama dalam situasi baru ini, tidak bisa lagi, kita menggunakan logika mencuri mangga dan berburu layangan putus seperti yang selama ini kita jalankan," tegas Gus Yahya sambil jelaskan berbagai upaya PBNU menggalang dukungan internasional untuk membantu palestina hadapi invasi Israel di Gaza.
Gus Yahya memaklumi kegaduhan-kegaduhan di organisasi yang dipimpinnya juga disebabkan masih kuatnya mindset 'nyolong pencit' atau mencuri mangga tetangga dan 'nguyak layangan pedot' atau mengejar layangan putus. Keduanya, menurut Gus Yahya menyempatkan entitas NU selalu berada di pinggiran dan senang berebut sisa orang lain.
"Harus diubah, melalui otoritas keagamaan dan masyarakat yang dimilikinya, NU tidak boleh lagi berorientasi rebutan mangga tetangga tetapi mendorong terwujudnya perkebunan mangga yang luas, tidak lagi berebut layangan putus, tetapi mendorong industri penerbangan yang kuat, misalnya!," tegasnya.
Seperti diketahui, PBNU telah menerbitkan SK pergantian ketua PWNU Jatim, dari KH. Marzuki Mustamar kepada KH Abdul Hakim Mahfudz, sementara susunan pengurus lainnya tetap tak ada perubahan. Keputusan ini diambil melalui Keputusan Rapat Harian Gabungan PBNU setelah serangkaian upaya koordinasi dan tabayun.
Sejauh ini, periode kepengurusan PWNU Jatim telah habis masa khidmatnya pada 3 September 2023 lalu, dan PBNU melakukan perpanjangan hingga 3 Maret 2024. Dengan perbaruan SK ini, maka masa khidmat Gus Kikin Pj. Ketua PWNU Jatim berlaku hingga tanggal yang sama.
Perhatian PBNU sejak 2015 untuk ikut berperan dalam isu peradaban nasional dan global adalah bentuk nyata dari upaya memperkuat NU sebagai pemegang otoritas keagamaan ini.