Gagas Desa Pancasila, BPIP Bahas Bareng Alkhairaat
Masyarakat yang memegang prisip kepribadian bangsa, memelihara tradisi kegotongroyongan, dan menjadikan masyarakat mandiri. Itulah cita-cita yang hendak diwujudkan sebagai Desa Pancasila.
Sebelum mewujudkan hal itu, Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo Pr, melakukan pembahasan khusus dengan Pengurus Besar Alkhairaat. Organisasi Islam ala Ahlussunnah Waljamaah yang berpusat di Palu, Sulawesi Tengah, ini menjadi contoh model untuk membahas masalah kepribadian bangsa.
Romo Benny mengadakan silaturahmi ditemui Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Alkhairaat, Ridwan Yalidjama. Dalam pertemuan ini, didampingi M. Ridha Saleh dari Ruang Mediasi Indonesia dan Speaker, Penulis, sekaligus motivator Dedi Mahardi di Kantor Pusat Alkhairaat, Senin 10 Februari 2020.
“Dengan diskusi diselenggarakan dengan khidmat ini membahas mengenai gerakan Desa Pancasila. BPIP bekerja sama dengan Alkhairaat yang bertujuan untuk membumikan kembali Pancasila di masyarakat,” tutur Romo Benny Sesetyo pada ngopibareng.id, Senin 10 Februari 2020.
Dalam diskusi tersebut, Romo Antonius Benny Susetyo menjelaskan salah satu tujuan Desa Pancasila adalah untuk mengembalikan kebudayaan dan kemandirian masyarakat.
”Ya, salah satu tujuan adanya Desa Pancasila ini adalah untuk mengembalikan lagi prinsip gotong royong, kemandirian masyarakat, dan saling mengasihi satu sama lain. Selain itu, masyarakat juga bisa membuat lagi pusat-pisat kebudayaan sebagai kekuatan bangsa” ujar Benny.
Selain itu, Romo Benny menegaskan harus ada campur tangan pemerintah dalam menangani hal ini. Tentunya dengan tujuan agar lebih tertata dan terorganisir dengan baik.
“Dengan adanya campur tangan pemerintah dalam hal ini adalah BUMN diharapkan dapat membina keterampilan masyarakat dengan layak. Nah, hasilnya nanti bisa dirasakan secara nasional. Bahkan bisa go internasional. Hal ini tentunya akan membuat kesejahteraan masyarakat juga semakin baik,” tegas Romo Benny.
M. Ridha Saleh pada kesempatan itu menjelaskan, hal senada. Menurutnya, kementerian/lembaga terkait harus turun tangan dalam gerakan Desa Pancasila. Pihaknya berharap, dalam hal ini Alkairaat seharusnya menjadi salah satu pioner di dalamnya.
‘’Gerakan Desa Pancasila ini harus ada perhatian khusus dari kementerian/lembaga terkait. Hal ini agar lebih terfokus dan tentunya dana dan sumber daya manusia yang tersedia dipergunaakan secara optimal,” tegas Ridha.
Pada bagian lain, Ridha Saleh menjelaskan, dengan adanya Desa Pancasila ini seharusnya bisa mengembalikan identitas bangsa. Selain itu, desa yang menjaga kearifan lokal dan toleransi dengan sesama adalah ciri dari nilai-nilai Pancasila yang terimplementasikan.
‘’Membumikan Pancasila sama dengan mengembalikan identitas bangsa. Dengan cara membumikan Pancasila langsung kepada masyarakat ini akan memperkuat kearifan lokal, keadilan, dan budaya. Semua ini bisa didorong dengan gerakan masyarakat Pancasila,” ujar Ridha.
Pembicara, penulis sekaligus motivator Dedi Mahardi menjelaskan perlunya gerakan Desa Pancasila ini. Mengingat, budaya dan agama seakan tergadaikan. Kepatuhan terhadap hukum dan kerukunan sudah memudar dan terjadi penyimpangan di mana-mana.
“Kondisi bangsa ini sekarang seakan budaya dan agama tergadai. Padahal budaya itu berada di atas adab dan etika. Keadaan sekarang kepatuhan masyarakat terhadap hukum dan kerukunan sudah memudar bahkan penyimpangan dan intoleransi telah terjadi dimana-mana,"jelasnya.
Berdasarkan data yang dijabarkan Sekjen PB Akhairaat Ridwan Yalidjama, jumlah total siswa di Alkairaat mencapai lebih dari 120 ribu siswa dengan tenaga pengajar sekitar 9000 yang didominasi oleh guru honorer.
Selain itu, dalam penjelasaanya Ridwan Yalidjama menjelaskan, Alkhairaat tidak akan terjerumus pada hal-hal berbau intoleransi dan radikal. Karena tidak sesaui dengan paham dan ajarannya.
“Alkhairaat tidak akan terjerumus pada hal-hal negatif, intoleransi, dan radikal. Karena toleransi dan kesatuan bangsa adalah hal utama. Toleransi itu sudah terjadi bahkan sebelum Indonesia ada,” tegasnya.
Dalam penutupnya Ridwan Yalidjama menjelaskan, pendiri Alkhairaat sangatlah cinta kepada bangsa Indonesia. Meskipun pernah dijanjikan kekuasaan oleh penjajah, tetapi tetap dia lantangkan kecintaannya terhadap Indonenesia.
“Saya tetap merah putih, saya mau Soekarno,” tuturnya, menirukan sikap Sayyid Idrus bin Salim Aljufrie (Guru Tua), Pendiri Alkhairaat.
Advertisement