Writing for Healing, Sebuah Momen Emosional
Oleh: RWilis
Bila saat ini dirimu sedang dihinggapi sedih, marah, galau, atau berbagai momen emosional, maka menulislah. Begitu ajakan Ni Komang Ariani pada Seminar Umum "Cerita Yang Menyelamatkanmu dari Kesedihan". Sebuah tajuk program Perempuan Penulis Padma atau yang biasa dikenal dengan Perlima, bekerja sama dengan Universitas Pamulang, Writing for Healing.
Program seminar ini diadakan sebagai pelaksanaan kegiatan tahunan Perlima sekaligus merespons Hari Kesehatan Mental Dunia yang diperingati setiap 10 Oktober.
Kondisi kesehatan mental menjadi topik yang diangkat dan menjadi perhatian banyak kalangan akhir-akhir ini. Mulai dari keluarga, orang tua, dan terutama dunia pendidikan. Di negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan 20—25% anak sekolah mengalami masalah kesehatan mental tiap tahunnya. Masalah kesehatan mental ditemukan bermula pada rentang usia 10 sampai dengan 24 tahun. Oleh karena itu, melakukan promosi positif di dunia pendidikan menjadi signifikan sebagai upaya pencegahan.
Pada seminar umum,Minggu 15 Oktober 2023, yang didukung portal media Ngopibareng.id, peserta yang hadir sebagian besar adalah mahasiswa, anggota Perlima, dan ditambah dengan masyarakat umum. Dari pantauan, tercatat 100 peserta hadir di ruang seminar daring. Semua antusias mengikuti keseluruhan acara. Beberapa mahasiswa dari Universitas Pamulang memberikan ice breaking untuk memeriahkan suasana dan membuat peserta tetap aktif dalam seminar.
Dalam paparannya, Ni Komang Ariani menyebutkan bahwa menurut Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pandemi Covid-19 telah menyebabkan angka kasus gangguan jiwa dan depresi mengalami peningkatan hingga 6,5 persen di Indonesia.
Dalam seminar ini, ada sesi Menulis Surat untuk Diri Sendiri, yang menyentuh hampir semua peserta. Salah satu output dari acara ini adalah peserta mampu dan bersedia menuliskan sebuah cerita pendek. Kisah yang panjangnya kurang lebih 2 halaman, dan akan mendapat mentoring dari narasumber Ni Komang Ariani selama 2 pekan. Menulis untuk diri sendiri bisa berupa surat, artikel, puisi atau cerita pendek. Menguraikan detail emosi yang sedang atau pernah dirasakan, menjadi potensi karakter dalam cerita. Tidak ada yang salah dengan emosi, baik itu marah ataupun sedih. Semua manusia pasti memiliki emosi. Hidup manusia itu sendiri adalah dari drama satu ke drama lainnya. Menuliskannya, bisa menjadi saluran positif untuk healing bahkan potensi menjadi penulis hebat. (RWilis)
Advertisement