WR IV UB Bimbing Peternak Olah Limbah Tempe jadi Biogas dan Pakan
Wakil Rektor (WR) IV, Profesor Sasmito Djati membimbing para peternak sapi di Desa Sanan, Blimbing, Kota Malang, untuk mengolah limbah tempe menjadi biogas dan pakan ternak.
Dalam kegiatan ini Sasmito juga turut menggandeng dua dosen yaitu Atiek Iriany dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) serta Kuswati dari Fakultas Peternakan (Fapet).
Sasmito menuturkan, sebagai sentra industri tempe terbesar di Kota Malang, hampir 90 persen masyarakat Desa Sanan berprofesi sebagai pengusaha tempe, mulai dari usaha tingkat mikro hingga skala besar. Di sisi lain mereka juga memiliki ternak sapi potong yang mencapai seribu ekor.
"Kondisi tersebut melahirkan limbah yang melimpah baik dari industri tempe maupun limbah ternak. Limbah cair dari pabrik tempe yang tidak diolah secara maksimal akan menghasilkan aroma busuk cukup kuat. Sedangkan kotoran ternak hanya menumpuk terabaikan," tuturnya dalam rilis resmi yang diterima ngopibareng.id pada Rabu 11 Desember 2019.
Maka terang Sasmito, salah satu solusi penanggulangannya ialah mengolah limbah-limbah tersebut menjadi biogas. Selain dapat digunakan untuk kebutuhan proses industri tempe, bisa juga untuk keperluan dapur rumah tangga pribadi. Sehingga dapat menekan biaya produksi pembuatan tempe.
"Sementara itu limbah dari industri tempe berupa kulit ari kedelai dan air rebusan kedelai dapat dimanfaatkan untuk sumber tambahan pakan dan minum ternak," tuturnya.
Sasmito mengatakan kedelai memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, meskipun berasal dari sisa air rebusan dan kulit arinya. Pemberian sisa kedelai ini bisa untuk penggemukan sapi potong.
"Kami berharap langkah ini dapat mengatasi masalah limbah di Sanan, baik limbah dari industri tempe maupun limbah kotoran ternak. Agar menambah keterampilan masyarakat sekaligus menambah income pendapatan." papar Sasmito
Di sisi lain kata Sasmito ini juga merupakan ikhtiar untuk mewujudkan kampung biogas di Desa Sanan sebagai representasi green campus oleh Universitas Brawijaya.
Sebab green campus kata Sasmito bukan hanya mengajarkan civitas akademika UB untuk berpikir green. Namun juga masyarakat sekitar tentu harus diarahkan untuk berpikir ramah lingkungan.