WMK Tapal Kuda, Ratusan Mahasiswa Pamerkan Produk Unik di Jember
Pameran produk bisnis hasil karya perguruan tinggi negeri dan swasta se-Tapal Kuda dipamerkan oleh 325 mahasiswa. Produk berupa makanan, minuman, dan karya seni itu dipamerkan di Mal Roxy Jember, pada Selasa, 19 Desember 2023.
Ratusan mahasiswa itu terbagi menjadi 32 kelompok. Mereka sibuk melayani sejumlah pembeli yang berdatangan. Para pembeli tak perlu mengeluarkan banyak uang, karena produk mereka dibanderol dengan harga mulai Rp 5.000 sampai Rp 22.000.
Beberapa produk yang berhasil diproduksi di antaranya, kopi celup, mi kopi, stik bayam dan buah naga, marning hingga produk olahan berupa brownies, cendol, dan biskuit. Selain produk makanan dan minuman, para mahasiswa juga memproduksi media tanam dan mesin pengaduk bahan kimia.
Ketua Program Wirausaha Merdeka (WMK) Tapal Kuda, Niken Widya Palupi mengatakan, para mahasiswa diberikan pembinaan selama tiga bulan sejak bulan September 2023. Mereka mendapatkan teori selama satu bulan, lalu mereka diterjunkan ke tempat-tempat usaha yang ada di Jember.
Mereka diberikan waktu magang selama satu bulan penuh. Pasca magang, mereka diwajibkan memproduksi barang yang bisa dijual.
“Para peserta tidak hanya dibekali teori, tetapi langsung praktik. Mereka dimentori oleh pengusaha yang menjadi mitra dan dosen pembimbing,” ujar Niken, Selasa, 19 Desember 2023.
Selama mengikuti program tersebut, seluruh mahasiswa yang menjadi peserta WMK Tapal Kuda tidak mengikuti perkuliahan di kampus masing-masing. Sebab, kegiatan wirausaha tersebut telah dikonversi menjadi mata kuliah sebanyak 20 SKS.
Hari ini, para peserta mempresentasikan di depan evaluator. Hasil produk dan presentasi itu nantinya menjadi nilai mata kuliah.
Sesuai arahan Presiden Jokowi melalui Perpres Nomor 2 Tahun 2022, seluruh komponen bangsa diharapkan turut berkontribusi dalam mewujudkan target satu juta wirausaha baru pada tahun 2024 mendatang. Kendati demikian, Niken belum bisa memastikan mahasiswa yang menjadi peserta WMK Tapal Kuda melanjutkan wirausaha mereka yang sudah dibentuk.
“Targetnya tidak bisa dilihat dalam waktu dekat, kalau hanya nilai mata kuliah bisa. Tetapi apakah mereka terus melanjutkan wirausaha yang telah mereka bangun, kita tidak bisa memastikan. Karena mereka membentuk kelompok usaha, bukan individu,” tambahnya.
Kendati demikian, setidaknya para peserta WMK Tapal Kuda sudah memiliki mental wirausaha. Terbukti, sebagian dari mereka sudah menjual produk mereka melalui media sosial.
Barang yang mereka produksi juga diminati oleh pembeli. Sebab, selain unik, produk makanan dan minuman bebas dari bahan pengawet dan bahan kimia.
Seluruh peserta juga dilarang menjiplak produk kelompok wirausaha tertentu. Kendati merupakan hasil karya mereka, namun produksi mereka hanya sekadar prototipe, karena belum mengantongi izin edar dari pemerintah.
Niken berharap pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui Program WMK Tapal Kuda tersebut dilanjutkan di perguruan tinggi masing-masing. Sehingga mereka mencoba membuka usaha bukan hanya karena mengikuti program tersebut.
Sebab, Niken melihat banyak pemuda yang memulai usaha karena gabut setelah tidak lulus mengikuti seleksi CPNS, sehingga tidak serius. Padahal iklim yang cocok sampai saat ini adalah dengan membuka wirausaha.
“Produk makanan dan minuman yang diproduksi peserta dipastikan aman dan menyehatkan. Sebab, tidak diperbolehkan mencampur bahan pengawet dan bahan kimia. Larangan itu diterapkan karena mereka belum mendapatkan pengetahuan cara mengatur dosis yang tepat,” pungkasnya.