Bekas RPH Babi Bakal Jadi Sentra Kuliner Khas Ampel
Pemerintah Kota Surabaya berencana mengubah bekas rumah pemotongan hewan (RPH) babi di kawasan wisata religi Sunan Ampel menjadi sentra kuliner bagi para pedagang kaki lima (PKL) di sekitar kawasan tersebut.
Komisi B DPRD Kota Surabaya memanggil pihak-pihak terkait untuk memaparkan perencanaan awal dari tempat yang akan diproyeksikan menjadi sentra kuliner wisata religi Ampel ini.
Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Manusia Bappedalitbang Kota Surabaya Alvian Chasanal mengatakan, tujuan penataan ini adalah untuk memuliakan kawasan wisata religi Sunan Ampel dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan dan peziarah.
"Kami memfasiltasi para wisatawan dan peziarah agar nyaman. Kita telah mengawalinya dengan membangun pedestrian dan PJU tematik yang temanya religi di Jalan Nyamplungan dan Jalan K.H. Mas Mansyur," ungkapnya, di ruang kerja Komisi B DPRD Kota Surabaya, Kamis 29 Februari 2024.
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan (DPRKPP) Kota Surabaya akan menata ulang kawasan bekas RPH Babi Pegirian. Sosialisasi kepada para PKL sudah mulai dilakukan oleh pihak kecamatan dan Satpol PP.
"Sosialisiasi sudah mulai dilakukan oleh camat dan Satpol PP. Kami juga masih berkoordinasi dengan pengampu wilayah terkait penataannya," katanya.
Kepala Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Perdagangan Kota Surabaya Farida Fitrianing mengatakan, terdapat sekitar 500 PKL di tiga kecamatan yang akan direlokasi ke sentra kuliner ini. Sentra kuliner ini akan fokus menjual makanan dan minuman untuk dinikmati pengunjung dan peziarah.
"Dari data, ada sekitar 500 PKL di Kecamatan Pabean Cantikan, Semampir, Simokerto. Kita akan bertahap relokasi tempat yang kita rencanakan," tuturnya.
Farida menambahkan, sentra PKL di bekas RPH Babi tersebut akan khusus menjual makanan dan minuman. "Semua jenis makanan berat dan ringan ada nanti. Harapannya tidak ada lagi yang berjualan di pinggir jalan maupun pedestrian," tuturnya.
Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Luthfiyah menyambut baik penataan PKL ini. Dia menyarankan agar makanan khas daerah Ampel seperti babat, sate, gule, dan roti maryam diadakan di sana.
"Kami sarankan agar makanan yang dijual itu makanan khas daerah Ampel seperti babat, sate, gule, dan roti maryam," ucapnya.
Luthfiyah juga meminta Pemkot Surabaya untuk tidak terlebih dahulu menarik retribusi di awal saat para PKL dipindahkan. "Kita harus lihat dahulu perkembangannya. Apakah laris atau tidak. Tentu mereka harus tanggung jawab juga saat sudah menetap," pungkasnya.