Wisata Pacitan Bikin Krasan, Pariwisata Bakal Booming Homestay
PACITAN: Kota seribu goa. Begitu sebutan Kabupaten Pacitan. Wilayah paling ujung di arah tenggara Provinsi Jawa Timur. Pernah kesana? Belum? Ah rugi, Pacitan sekarang makin moncer dengan gemerlap wisatanya.
Kota lahir mantan Presiden SBY ini banyak memiliki objek wisata. Sayang, harus diakui, potensial wisata disini belum sepenuhnya tergarap baik. Sebagian besar kawasan wisata potensialnya belum tergarap akomodasi secara baik.
Namun itu bisa disusul. Ini zaman kemudahan, dan menyusul juga perkara kemudahan. Simak saja giat Disbudparpora Kabupaten Pacitan, kendati banyak kendala akomodasi mereka sangat serius menggarap kawasan potensial wisata itu.
Malah, ]mulai tahun depan, bakal digarap cross border tourism. Yakni kawasan wisata yang berada di sepanjang pantai yang berada digaris pantai selatan.
Diantaranya Pantai Pidakan, Desa Jetak, Kecamatan Tulakan. Pantai Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Nagdirojo, dan Pantai Banyu Tibo di Desa Widoro, Kecamatan Donorojo. “Selain itu kami akan meningkatkan sejumlah desa yang selama ini sudah ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun regional, untuk menjadi desa wisata,” kata Endang Sujasri, Kadisbudparpora Pemkab Pacitan.
Untuk menjadikan sebuah desa menjadi desa wisata, kata Endang, perlu kerja sama antara dinas terkait. Karena menyangkut tentang amenitas, atraksi, akomodasi dan infrastruktur.
“Untuk amenitas ini, bila tidak ada hotel, kami mengupayakan desa wisata itu memiliki homestay. Sehingga para wisatawan dari luar daerah Pacitan, bisa menginap di lokasi wisata,” katanya.
Endang juga memahami, untuk agar para wisatawan krasan perlu akomodasi untuk menginap di lokasi wisata. Seperti hotel ataupun motel, perlu ada investor yang masuk. Karena itu, pihaknya juga perlu menggandeng para investor dalam hal ini melalui dinas terkait.
“Tapi yang paling efektif itu ya homestay. Rumah warga bisa menjadi fasilitas menginap untuk para wisatawan. Untuk itulah, kami bakal fokus untuk pembangunan homestay di kawasan wisata potensial,” jelasnya.
Sejumlah daerah wisata pantai seperti Banyu Tibo, fasilitasnya masih terbatas. Akomodasi untuk kuliner masih terbatas adanya warung. Namun, untuk penginapan belum ada. Fasilitas jalan juga sudah cukup baik, meski masih sempit. Kawasan pantainyapun sudah cukup tertata dengan baik.
Sementara itu, Wisnu Bawa Tarunajaya, Asisten Deputi Pengembangan SDM Kepariwisataan Kementerian Pariwisata, mengatakan, bahwa pihaknya mendukung pengembangan homestay desa wisata di Pacitan. Dengan alasan Pacitan sudah menjadi salah satu top destination dan memiliki banyak objek wisata.
“Pengembangan sarana prasarana dalam rangka menunjang aksesbilitas dan amenias sebuah desa wisata harus mendapat prioritas dengan melibatkan perangkat desa,” jelas Wisnu.
Meski begitu, dia menjelaskan aksesbilitas dan amenitas ke desa wisata menjadi penting dalam memperkuat unsur 3A (atraksi, aksesbilitas dan amenitas). Menurutnya, dengan fasilitas yang baik akan mampu menjadi daya saing bagi desa-desa di Pacitan dalam menarik kunjungan wisatawan lebih banyak lagi.
Tahun ini kunjungan wisatawan ke Pacitan ditarget sebanyak 1,7 juta orang. Tapi, baru terealisasi sekitar 1,3 juta. “Jadi, masyarakat perlu dilatih peningkatan kapasitas usahanya di setiap destinasi wisata khususnya pada bidang pengelolaan homestay,” terangnya.
Menpar Arief Yahya memang menerapkan pola homestay desa wisata untuk memperbanyak daya tampung amenitas. Sekaligus memberdayakan ekonomi masyarakat di sektor pariwisata. “Homestay Desa Wisata terus didukung untuk maju,” ungkap Menpar Arief Yahya. (*)