WIN Way Menpar Arief Yahya, Jurus untuk Tebar Pesona di UEA
DUBAI : Tak ada kata lelet dalam kamus Menpar Arief Yahya. Action dan jurus-jurus pamungkas selalu ditebarkan dengan kecepatan yang tinggi. Terbaru, ada jurus WIN Way ditebar untuk Sales Mission Dubai dan Abu Dhabi di Uni Emirate Arab (UEA). Jurus WIN Way (Wonderful Indonesia Way, Red) ala Menpar Arief Yahya adalah 3S, yakni: Solid, Speed dan Smart.
Pertama, solid, kompak, bersatu menuju Indonesia Incorporated. Sebelum agenda berlangsung, Kemenpar, KBRI Abu Dhabi, Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Middle East, hingga industri semuanya diajak kompak merancang strategi pemasaran. Semua diajak kerja solid untuk mendapatkan "kue besar" di pasar pariwisata Uni Emirate Arab.
"Setelah landing di Dubai, Senin malam, pasukan kami pecah dua. Saya memonitor persiapan di Abu Dhabi, sementara VITO Middle East fokus di Dubai. Kita bekerja solid dengan semangat Indonesia Incorporated," terang pimpinan rombongan Sales Mission Kemenpar di UAE, Rita Sofia.
Setelah Itu, urusan speed jadi concern berikutnya. Mengapa urusan speed menjadi penekanan Kemenpar di Sales Mission itu? Jawaban wanita berkerudung itu sangat tegas. Alasannya pun sangat masuk akal. "Karena target jumlah kunjungan wisman tahun 2017 ini naik 25 persen dibanding 2016, dari 12 juta menjadi 15 juta," ucapnya.
Itu artinya, tenaga yang di push juga harus lebih besar. Speednya juga harus lebih kencang. Sumber daya yang digunakan juga harus besar. KBRI Abu Dhabi dan VITO Middle East yang menjadi "mata" dan "telinga" pemerintah di Dubai dan Abu Dhabi ikut digandeng. Sementara industri yang menjadi mesin penggeraknya diberi amunisi yang cukup untuk menjual paket-paket yang pas dengan selera 1,8 juta penduduk UEA dan 7,2 juta ekspatriat yang tinggal di sana.
Perumpamaannya kemudian dianalogikan Asisten Deputi Pengembangan Pasar Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Kemenpar, Nia Niscaya. Ibarat laju kendaraan, kalau selama ini berjalan pada kecepatan 60 km/jam, maka sekarang harus digas 4 kali lebih kencang menjadi 240 km/jam.
"Ini Sales Mission ketiga di tahun ini. Sebelumnya liburan bulan puasa dan setelah Arabian Travel Mart. Jadi kalau lelet, sudah hampir pasti gagal! Apalagi ini Dubai dan Abu Dhabi. Hub country. Kalau lelet, kita pasti habis dikalahkan Malaysia dan Thailand yang juga intens membidik market UEA," terang Nia.
Alasan yang sangat masuk akal. Mengingat 80 persen warga UEA adalah ekspatriat. Dan warga ekspatriat di sana, didominasi orang India. “Jadi hasilnya pemegang paspor UEA (Emirati, Red) bisa juga pemegang paspor india atau bangsa lainnya. Itu data berdasar paspor. Belum pada point of sales,” tambahnya.
Setelah speed, ada jurus smart yang ikut ditebar. Pada H-1 Sales Mission di Dubai, 6 industri Indonesia dipastikan siap menjual ragam destinasi menarik untuk pasar UEA. Dari mulai Lombok, Bandung, Bali, Jakarta hingga Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur, dipastikan siap menggoda pasar UEA.
"Jakarta disuka karena metropolisnya. Lombok karena wisata halal dan baharinya, Bali destinasi terbaik dunia yang pernah dikunjungi Raja Salman, Bandung wisata belanjanya, sementara Komodo dicari karena sedang hits di Timur Tengah," timpal Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana.
Pitana memang tak asal bicara. Saat ini, komodo sangat hits di Middle East. Cerminannya bisa dilihat dari tayangan YouTube. Postingan video komodo yang dikemas dengan gaya komedi ditonton 10.549.579 viewers. Dan mayoritas viewersnya berasal dari Middle East.
"Ini promosi yang sangat baik bagi Wonderful Indonesia. Tayangan soal komodo muncul di YouTube dan viral kemana-mana. Momentum ini yang akan kita gas di UEA. Kita tawarkan paket wisata komodo bersama Bali, Jakarta, Bandung dan Lombok," tambahnya.
Menteri Pariwisata juga ikut merespon hal ini. Komentarnya tak banyak. Dia hanya mengatakan hasil yang luar biasa hanya bisa diperoleh dengan cara yang tidak biasa. "Lifestyle orang di sana masih highest spending. Jadi menggoda pasar UEA dengan nature, culture, bahari dan shopping sudah sangat pas," ucap Arief Yahya. (*)
Advertisement