Widjojo Soejono, Jenderal Kritis Pangdam Brawijaya 1971-75 Wafat
Perjuangan baru akan berakhir ketika aku sudah tidak bisa mendengar tembakan salfo di telingaku. Demikian kata Jenderal (Purn) Widjojo Soejono, Panglima Kodam V Brawijaya tahun 1971-1975.
Kata-kata itulah yang menempel di hati para prajurit TNI yang pernah menjadi anggota Komandan Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD) yang kini bernama Komandan Pasukan Khusus (Kopassus). Jenderal yang dikenal kritis ini, memang pernah menjadi Komandan Puspassus AD yang kini bernama Kopassus itu. Tapi, Widjojo Soejono telah meninggal dunia pada Rabu 11 Mei 2022. Widjojo tutup usia karena sakit.
Kabar duka tersebut dibenarkan oleh Kepala Penerangan Kopassus Letkol Inf Achmad Munir. “Betul,” kata Munir, dikuti sejumlah media, termasuk Ngopibarfeng.id, Rabu 11 Mei 2022.
Pangdam V Brawijaya di Awal Orba
Widjojo Soejono ketika masih berpangkat Brigadir Jenderal menjabat tiga posisi penting, yakni Panglima Komando Tempur IV pada 1965-1967, Komandan Puspassus AD pada 1967-1970, dan Panglima Kodam XIII/Merdeka pada 1970-1971.
Selanjutnya, saat berpangkat Mayor Jenderal, Widjojo menjabat sebagai Panglima Kodam VIII/Brawijaya pada 1971-1975. Ia juga pernah menjabat sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan III yang mencakup Sulawesi hingga Kalimantan pada 1975-1978.
Karir ketentaraan Widjojo Soejono melaju terus. Panglima Komando Wilayah Pertahanan II yang mencakup Jawa, Nusa Tenggara, dan Timor Timur pada 1978-1980.
Berikutnya, Panglima Kendali Operasi terhadap Operasional Militer di Timor Timur. Saat menjabat di ketiga posisi ini, Widjojo sudah berpangkat Letnan Jenderal atau bintang tiga. Ketika berpangkat Jenderal, Widjojo menjabat sebagai Kepala Staf Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) pada 1980-1982.
"Ikut berduka cita yang mendalam atas wafatnya Jend. Widjojo Soejono (mantan Pangdam V Brawijaya)
"Semoga almarhum diberi tempat terbaik disi Nya. Semoga almarhum dimaafkan segala dosa beliau. Semoga beliau diwafatkan dalam Husnul Khotimah. Semoga keluarga yang ditinggalkan di anugerahi kekuatan Iman, diberi ketabahan, keikhlasan dan kesabaran.
"Allahumagfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu. Semoga Allah SWT melimpahkan atas almarhum maghfirah, rahmah, dan Jannah Nya. Aamiin Yaa Robbal Alam".
Begitulah ucapan duka beredar di media sosial, atas wafatnya Sang jenderal tersebut.
Pesan Kenangan Sang Jenderal
Di masa tuanya, Widjojo Soejono suka karateka dan hobi tenis lapangan ini. Ia pun getol juga mengamati keadaan sosial politik negara. Widjojo Soejono sejauh ini selalu tampak prima. Menurutnya, setiap bangsa dalam suatu negara hanya akan eksis dan lestari (selamanya), bila ia segera meningkatkan kemampuan dengan cara terus-menerus merubah sikap mental (budaya) kelompok bangsanya – agar menjadi warga negara yang baik – sehingga mampu menandingi dan bersaing dengan bangsa negara lain serta hidup sejahtera.
“Cucu saya saja membuat motto bagi dirinya dan ditulis di papan : ‘BERUBAH ATAU PUNAH’, dengan tulisan yang besar”, urainya.
Tak hanya berhenti di situ, kakek yang masih nampak kekar ini dengan semangatnya menambahkan.
“Kita rasakan betapa kebudayaan asing, terutama Cina, begitu gencar #invasi kebudayaannya ke Indonesia. Belum dengan kekuatan militer saja Cina telah #mengusai Indonesia, nyaris dalam segala bidang, terutama Ekonomi dan Berbagai Budaya (gaya hidup) yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita”.
“Itu artinya, kita yang mengaku orang Indonesia, harusnya mampu survive, mempertahankan diri (kebangsaan) dengan menandingi serangan kebudayaan mereka. Bila tidak, secara alami dan mendasar, kekuatan mereka akan menindas bangsa ini”, lanjut Widjojo dengan kalem namun meyakinkan.