WHO Tetapkan 10 Persen Penduduk Suatu Negara Harus Vaksin Ketiga
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan 10 persen dari penduduk di suatu negara menerima vaksin ketiga atau booster, hingga setidaknya akhir September. Vaksin ketiga diperlukan untuk melindungi orang dari varian Delta yang lebih ganas.
Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. “Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global, dan akan menggunakannya lebih banyak lagi," Tedros Adhanom.
Dia menambahkan bahwa negara-negara G-20 memiliki peran kepemimpinan yang penting untuk dimainkan karena negara-negara tersebut adalah “produsen terbesar, konsumen terbesar, dan donor vaksin COVID-19 terbesar”.
Seruan WHO datang ketika penyebaran varian Delta yang lebih menular mendorong diskusi tentang booster di negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Jerman. Gelombang baru COVID-19 ini menyebabkan kekacauan di negara-negara yang tidak mampu memberi pelayanan dengan baik kepada rakyatnya.
Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menyebutkan bahwa AS telah menyumbangkan lebih dari 110 juta dosis vaksin di seluruh dunia. "Itu lebih dari gabungan negara lain mana pun," katanya. “Kami juga memiliki persediaan yang cukup untuk memastikan bahwa setiap orang Amerika memiliki akses ke vaksin. Kami akan memiliki cukup pasokan untuk memastikan, jika FDA memutuskan bahwa booster direkomendasikan untuk sebagian populasi, untuk menyediakannya juga,” kata Jen Psaki seperti dikutip Al Jazeera.
“Membatasi hanya 10 persen dari jumlah penduduk yang menerima booster, menurut kami adalah kebijakan yang salah dan kami dapat melakukan keduanya. Kami memiliki persediaan yang cukup, untuk terus mendistribusikan vaksin ke luar negeri, sambil juga memastikan bahwa setiap orang Amerika dapat divaksinasi sepenuhnya.
WHO telah berulang kali menyerukan negara-negara kaya untuk berbuat lebih banyak untuk membantu meningkatkan akses ke vaksin di negara berkembang, mengingat kesenjangan dalam distribusi vaksin global.
Sedikit lebih dari 1,8 persen orang di Afrika divaksinasi lengkap, dibandingkan dengan hampir 50 persen di Uni Eropa dan AS, menurut Our World in Data.
Sekitar 101 dosis per 100 orang telah diberikan di negara-negara yang dikategorikan berpenghasilan tinggi oleh Bank Dunia, dengan tanda 100 dosis terlampaui minggu ini. Sedang di negara 29 negara katagori miskin, angkanya 1,7 dosis per 100 orang.
Badan Kesehatan PBB berpendapat bahwa tidak ada yang aman sampai semua orang aman karena semakin lama dan semakin luas virus corona beredar, semakin besar peluang munculnya varian baru – dan ini akan memperpanjang krisis global dalam memerangi pandemi.
Kalau seruan WHO di atas diterapkan untuk Indonesia, maka sekitar 28 juta penduduk Indonesia harus menerima booster atau vaksin ketiga ini. Padahal saat ini pelaksanaan vaksinasi di Indonesia baru untuk dosis I dan II baru menjangkau sekitar 22 juta jiwa atau 10,5 persen dari target yang dicanangkan, yaitu 208 juta jiwa. Sedangkan pemerintah baru merencanakan pemberian vaksin ketiga atau booster terhadap 1,5 tenaga kesehatan dan pendukung di seluruh Indonesia.(nis)